Gaza, Gatra.com - Umat Kristen Palestina, yang keberadaannya di tanah Palestina sudah ada sejak lebih dari 2.000 tahun yang lalu, tidak hanya menghadapi pembantaian di Jalur Gaza, namun juga mengalami pelecehan dan serangan di wilayah-wilayah pendudukan.
Pasukan Israel telah menghancurkan infrastruktur di Gaza termasuk gereja serta masjid. Pasukan Israel telah membunuh banyak orang Kristen dan juga melakukan serangan psikologis dan fisik terhadap mereka.
Para pemimpin komunitas Kristen dan gereja-gereja di Kota Tua Yerusalem menuduh pemerintah Israel menutup mata terhadap serangan-serangan yang dilakukan oleh pemukim Yahudi terhadap tempat-tempat suci, pendeta, dan masyarakat.
Umat Kristen Palestina, terutama pada malam Natal, telah menjadi sasaran berbagai serangan yang dilabeli sebagai "kejahatan kebencian" dan "terorisme".
Dalam beberapa tahun terakhir, telah terjadi peningkatan serangan oleh pemukim Yahudi terhadap umat Kristen, tokoh-tokoh agama, dan tempat-tempat suci di Yerusalem Timur.
Lembaga-lembaga dan pendeta Kristen menuduh pihak berwenang Israel membiarkan para pemukim Yahudi melakukan serangan tanpa hukuman.
Menurut sebuah laporan yang diterbitkan pada tahun 2021 oleh harian Israel Haaretz, polisi Israel menutup sembilan dari 10 investigasi kasus kejahatan kebencian terhadap masjid dan gereja antara tahun 2018 dan 2020, dengan alasan ketidakmampuan untuk mengidentifikasi para pelaku.
Serangan terhadap umat Kristen umumnya berupa peludahan dengan maksud menghina serta kekerasan fisik. Sementara beberapa orang Yahudi menganggapnya sebagai "tradisi Yahudi kuno yang membawa berkat," yang lain menyebutnya sebagai "tindakan yang tidak ada hubungannya dengan hukum Yahudi.
Mereka yang mengalami serangan ini sering kali ragu-ragu untuk menghadapi orang-orang Yahudi fanatik yang berkeliaran dalam kelompok-kelompok dan melakukan serangan yang bertujuan untuk menghina dan mempermalukan orang lain. Mereka yang menyatakan keberatannya akan menghadapi kekerasan fisik atau serangan gas air mata.
Umat Kristen Palestina di Tepi Barat, khususnya di Betlehem, yang dianggap sebagai tempat kelahiran Yesus, menahan diri untuk tidak merayakan Natal tahun ini karena serangan Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza.
Kota bersejarah Betlehem di Tepi Barat tidak menghiasi jalan-jalannya untuk perayaan Natal seperti tahun-tahun sebelumnya.
Sebagai bentuk solidaritas terhadap warga Gaza, patung-patung kecil bayi Yesus diletakkan di antara reruntuhan dan kawat berduri yang melambangkan reruntuhan di gereja-gereja di seluruh Palestina, termasuk Gereja Kelahiran Yesus yang dibangun pada abad ke-4 di tempat yang diyakini sebagai tempat kelahiran Yesus.
Dalam sebuah pidato pada bulan April, Kardinal Pierbattista Pizzaballa, perwakilan Vatikan di Yerusalem, mengatakan: "Komunitas Kristen berada di bawah serangan yang semakin meningkat. Pemerintah Netanyahu telah memberanikan diri untuk melecehkan para pendeta dan menyerang properti-properti keagamaan."