Jakarta, Gatra.com - Capres Nomor Urut 3, Ganjar Pranowo mengaku tidak ada bagi-bagi kursi jabatan untuk para pendukung dan timses dalam kamusnya. Jika diberi amanah memimpin, Ganjar akan terapkan sistem meritokrasi dalam penyusunan kabinetnya.
Penegasan itu disampaikan berkali-kali oleh Ganjar dalam beberapa kesempatan. Saat menghadiri acara Dialog Apindo di Menara Bank Mega Jakarta Rabu (13/12) kemarin misalnya, Ganjar bahkan menyebut Ketua TPN, Arsjad Rasjid belum tentu jadi menteri.
"Di sini ada mas Arsjad, nanti teman-teman Apindo bisa ngobrol. Beliau tim saya, tapi tidak otomatis jadi menteri," ucap Ganjar disambut tawa para pengusaha.
Hal itu kembali diucapkan Ganjar saat dialog dengan ratusan konsultan Inkindo di Hotel Sahid Jakarta pada Kamis (14/12) kemarin. Kali ini, giliran Ketua Umum IA ITB, Gembong Primadjaja yang menjadi sasaran.
"Bapak ibu, mohon maaf saya tidak bisa lama karena harus ke Jabar. Di sini ada tim saya, ada mas Gembong nanti melanjutkan. Beliau ini orang hebat yang dengan tulus membantu saya. Tapi belum tentu jadi menteri saya lho nanti," ucapnya.
Ganjar mengucapkan sangat senang dan terharu karena banyak orang hebat di sekelilingnya yang membantu. Mereka bekerja dengan tulus ikhlas tanpa menginginkan embel-embel jabatan.
"Karena saya berkomitmen, untuk pemerintahan ke depan, meritokrasi akan saya jalankan," tegasnya.
Sistem meritokrasi memang sudah dilakukan Ganjar sejak menjabat Gubernur Jateng 2013 lalu. Selama dua periode, tidak ada sogok menyogok atau KKN dalam pengisian jabatan. Karena semuanya dilakukan secara transparan dengan sistem lelang jabatan dan seleksi terbuka.
Gebrakan Ganjar ini membuat semua ASN di Pemprov Jateng yang memenuhi syarat bisa ikut bersaing menduduki jabatan penting yang diinginkan. Maka sejarah terjadi, ketika ada seorang Kepala Sekolah bernama Jumeri yang berhasil menjabat Kepala Dinas Pendidikan di Jateng. Ada juga Imam Maskur, mantan camat yang berhasil menjadi Kepala Biro Kesra Jateng.