Home Kesehatan Philips Rilis Laporan Future Health Index Indonesia 2023

Philips Rilis Laporan Future Health Index Indonesia 2023

Jakarta, Gatra.com- Royal Philips merilis laporan Future Health Index (FHI) Indonesia 2023, memberikan gambaran tentang perkembangan lanskap kesehatan di negara ini. Laporan ini bertujuan menjadi platform untuk menilai kesiapan negara-negara dalam menghadapi tantangan kesehatan global dan membangun sistem kesehatan nasional yang berkelanjutan.

"Laporan Philips Future Health Index 2023 Indonesia kali ini memperkuat urgensi perlunya adopsi teknologi untuk membangun sistem kesehatan yang lebih tangguh dan berorientasi pada pasien," kata Direktur Utama Philips Indonesia, Astri Ramayanti dalam konferensi persnya, Rabu (13/12).

Hasil laporan ini mengeksplorasi bagaimana sistem kesehatan berinovasi dalam memberikan pelayanan perawatan untuk memenuhi kebutuhan pasien yang terus berkembang berdasarkan hampir 3.000 tanggapan dari 14 negara, termasuk Indonesia.
  
Astri mengatakan, laporan ini juga menekankan kekuatan transformatif inovasi digital dalam meredefinisi pemberian layanan kesehatan guna menangani kompleksitas lanskap kesehatan di Indonesia serta mengakomodasi kebutuhan pasien yang semakin berkemban.

Baca juga: Kalangan Dokter Harap Fitofarmaka Segera Masuk Program JKN 

Dengan perjalanan lebih dari 130 tahun sebagai perusahaan inovasi, Philips menawarkan portofolio yang kuat dan platform, informatika, serta layanan yang terintegrasi untuk mendukung transformasi digital industri kesehatan. Laporan FHI 2023 menggali persepsi pemimpin kesehatan dan profesional muda terhadap peran transformasi digital, menekankan integrasi perawatan tatap muka dan virtual di dalam dan di luar rumah sakit. 
  
Dalam Laporan FHI Indonesia 2023 mengungkapkan komitmen kuat dari pemimpin kesehatan untuk memanfaatkan teknologi guna mengatasi kekurangan tenaga kerja, terutama di daerah pedesaan. Sebanyak 77% responden aktif menggunakan atau berencana menggunakan solusi kesehatan digital untuk tujuan ini, melebihi rata-rata global (56%). 

Baca juga: Kemendagri Launching Modul Penyusunan dan Penilaian Laporan Kinerja BLUD Bidang Kesehatan

Selain itu, para profesional kesehatan muda sangat tertarik untuk bekerja di institusi rumah sakit yang memiliki teknologi canggih. Satu-pertiga dari mereka memberikan prioritas akses ke kecerdasan buatan dalam perawatan kesehatan dan pengiriman perawatan terhubung saat memilih tempat kerja.

Mereka menyebutkan pelatihan yang lebih baik tentang teknologi baru (46%) dan akses ke alat diagnostik canggih (42%) sebagai faktor kunci untuk meningkatkan perawatan pasien. Investasi dalam Kecerdasan Buatan untuk Mengoptimalkan Pengiriman Perawatan dan Efisiensi Operasional Pemimpin kesehatan Indonesia semakin beralih ke kecerdasan buatan untuk meningkatkan pemberian perawatan dan efisiensi operasional.

Saat ini, hampir sepertiga (32%) berinvestasi dalam teknologi kecerdasan buatan, dengan 76% berencana melakukannya dalam tiga tahun mendatang. Laporan ini menyoroti minat bersama dalam kecerdasan buatan di antara kedua kelompok, baik pemimpin maupun profesional muda.

Baca juga: Bahaya BPA dan Bahasannya, Ini Penjelasan Pakar Agar Tidak Salah Kaprah

Kedua kelompok memprioritaskan penggunaan kecerdasan buatan untuk memprediksi hasil pasien, mendukung keputusan klinis, dan mengoptimalkan efisiensi operasional. Termasuk keinginan untuk melakukan cara baru dalam memberikan perawatan guna meningkatkan kesehatan bagi semua orang sangat terlihat di antara para profesional kesehatan muda Indonesia.

216