Jakarta, Gatra.com - INDODAX berkomitmen meningkatkan edukasi dan literasi kripto serta blockchain di Indonesia. Salah satunya diwujudkan dengan menggelar INDODAX Goes to Campus dengan tema Kripto Sebagai Aset Masa Depan.
CEO INDODAX, Oscar Darmawan terjun langsung untuk mengajar dan memberi edukasi kepada mahasiswa-mahasiswa di Kampus Esa Unggul. Ia mengaku ingin memberikan pemahaman mendalam mengenai kripto dan teknologi blockchain kepada generasi Z, yang merupakan tulang punggung masa depan bangsa.
"Berdasarkan data dari Bappebti, lebih dari 50% peminat aset kripto adalah anak muda di bawah usia 30 tahun. Persentase tertinggi terdapat pada rentang usia 18-24 tahun yang sebesar 28,2%, dan 25-30 tahun yang sebesar 28,5%," ujar Oscar dalam keterangannya yang diterima pada Rabu (13/12).
Oscar menegaskan bahwa program ini merupakan upaya berkelanjutan dari INDODAX. Pembekalan generasi muda terkait hal ini merupakan sebuah investasi masa depan.
"Terutama mengingat peran kripto yang semakin krusial dalam transformasi industri keuangan dan digital global," ujar Oscar.
Bagi Oscar, "INDODAX Goes to Campus" bukan hanya sekadar menginformasikan, tetapi juga bertujuan untuk memberdayakan generasi muda dengan pengetahuan yang relevan tentang masa depan aset digital.
"Dengan pemahaman yang baik, diharapkan mahasiswa dapat terlibat aktif dan melahirkan inovasi baru dalam perkembangan dinamika industri digital yang semakin terintegrasi dengan teknologi," ucapnya.
Ia juga mengatakan akan mengunjungi kampus-kampus lain di Indonesia secara bergantian untuk memastikan para generasi muda memahami terkait teknologi blockchain dan aset kripto seperti Bitcoin ini.
"Kami sangat terbuka jika ada kampus-kampus yang tertarik untuk dikunjungi dan berkolaborasi bersama tim INDODAX Academy. Silakan menghubungi tim kami kapan saja," jelasnya.
Oscar juga menyampaikan bahwa di era revolusi industri 4.0, teknologi seperti IoT, big data, robotic, AI, dan blockchain sudah saling terintegrasi satu sama lain. Maka dari itu, Oscar menjelaskan secara detail mengenai salah satu teknologi yang berada di era revolusi industri 4.0, yaitu blockchain.
"Blockchain pada dasarnya bersifat mengikat data yang satu dengan data yang lainnya. Banyak kelebihan yang dapat dimanfaatkan dari teknologi blockchain, seperti keamanan yang terjamin, lebih transparan, data tidak dapat diubah dan hanya bisa ditambahkan, lebih efisien, dapat menghemat biaya operasional, serta dapat dilacak proses pergerakannya," papar Oscar.
Meski demikian, ia menyayangkan bahwa beberapa pihak masih menyalahgunakan teknologi blockchain. Khususnya aset kripto, untuk melakukan kegiatan ilegal seperti pencucian uang.
"Langkah ini jelas merupakan langkah yang keliru. Penggunaan aset kripto seperti Bitcoin untuk pencucian uang sebenarnya dapat mudah terdeteksi. Blockchain sebagai teknologi memiliki kemampuan untuk mengaudit dan melacak setiap transaksi, sehingga tindakan ilegal dapat dengan cepat terungkap," tegas Oscar.
Tak hanya itu, Oscar juga memberikan pemahaman mendalam mengenai aset kripto yang dapat digunakan untuk berinvestasi, aset trading, hingga mining crypto, serta memberikan tips dan trik dalam bertransaksi kripto.
"Intinya, kita harus selalu melakukan DYOR (Do Your Own Research) dan jangan FOMO (Fear of Missing Out). Jangan mudah juga terpengaruh iming iming yang menjanjikan keuntungan secara instan dan fantastis. Pilihlah aset produk yang dikenali dan dimengerti. Dan yang terpenting, gunakanlah platform crypto exchange yang memiliki izin resmi dari pemerintah, seperti INDODAX," katanya.
Wakil Dekan Fakultas Ekonomi & Bisnis Esa Unggul, Abdul Haeba Ramli membahas mengenai pentingnya artificial intelligence dalam dunia bisnis. AI merupakan sebuah kendaraan yang dapat digunakan untuk mempermudah pekerjaan sehari-hari.
"AI dapat memberikan peluang inovasi dan efisiensi yang signifikan bagi sebuah perusahaan. Dengan menggunakan AI, dapat membantu produktivitas kerja, mengoptimalkan proses operasional, membantu pengambilan keputusan dengan menyediakan analisis data mendalam," ucap Haeba.
Haeba juga mengatakan, AI juga dapat dimanfaatkan suatu perusahaan untuk mempercepat respons dinamika pasar serta meningkatkan daya saing untuk membantu mencapai tingkat efisiensi yang tidak tercapai sebelumnya.
Selain Oscar dan Haeba, acara ini juga dihadiri oleh Ketua Konsentrasi Manajemen Program Doktor Ilmu Ekonomi Universitas Trisakti, Bachtiar Usman yang menjelaskan bahwa tingginya kesadaran dan pemahaman masyarakat, khususnya generasi Z, terhadap inefisiensi di industri keuangan menjadi salah satu pendorong utama munculnya teknologi finansial (fintech).
"Mereka yang enggan dan menolak mengadopsi teknologi digital, kemungkinan besar akan mengalami kemunduran ekonomi. Hal ini karena lahir dan berkembangnya industri Fintech sangat mempengaruhi kehidupan sehari-hari, dari sisi perekonomian, regulasi, resiko, ketenagakerjaan, hingga persaingan. Adanya teknologi finansial dapat mempermudah akses keuangan, menurunkan biaya operasional dan mempercepat proses bisnis," ucap Bachtiar.
Tak hanya itu, Bachtiar juga mengatakan, lahirnya finansial teknologi dapat melahirkan munculnya entrepreneur baru yang menjadikan industri fintech semakin demokratis dan memperluas lapangan pekerjaan di Indonesia.
Acara INDODAX Goes to Campus ini juga dihadiri oleh beberapa dosen, praktisi profesional, dan hingga kurang lebih 200 mahasiswa Universitas Esa Unggul. Hal ini mencerminkan besarnya antusiasme generasi Z sebagai penerus bangsa dalam menghadapi era digital.