Home Nasional Pakar Psikologi Forensik Ungkap Alasan Mengapa Joget 'Gemoy' Prabowo Bermasalah

Pakar Psikologi Forensik Ungkap Alasan Mengapa Joget 'Gemoy' Prabowo Bermasalah

Jakarta, Gatra.com - Pakar psikologi forensik Reza Indragiri Amriel mengungkapkan kekhawatirannya terhadap perilaku calon presiden (capres) nomor urut 02 Prabowo Subianto yang gemar berjoget “gemoy” belakangan ini sebagai bagian dari kampanyenya.

“Prabowo joget terlalu sering. Tanpa musik pula. Dan seperti tak kenal situasi. Saat ditanya hal serius, tanpa jawaban tuntas, Prabowo justru ‘menggenapi’ jawabannya dengan berjoget,” ungkap Reza dalam keterangan tertulis pada Rabu (13/12).

Lebih lanjut, Reza mengungkapkan bahwa perilaku yang sama pernah dilakukan oleh dua mantan pemimpin besar dunia, yakni Donald Trump (Amerika Serikat) dan Boris Yeltsin (Rusia). Trump melakukan ajojing usai lolos dari serangan Covid-19 beberapa waktu lalu, sementara Yeltsin berjoget pada tahun 1996 silam diduga untuk menyembunyikan riwayat penyakit jantungnya.

“Jadi, kedua tokoh tadi berjoget dalam rangka meyakinkan publik bahwa mereka sehat. Dan karena sehat, target Trump dan Yeltsin, masyarakat tidak ragu akan kesanggupan mereka memimpin Amerika Serikat dan Rusia,” jelas Reza.

Dari contoh historis tersebut, Reza menyimpulkan bahwa Prabowo mengadopsi pendekatan serupa. Hal itu, kata dia, didukung kondisi bahwa Ketum Gerindra itu sudah bertambah usia dan kesehatannya tidak lagi prima. Ia menduga Prabowo melakukan itu untuk memengaruhi persepsi publik.

Reza mengatakan bahwa sejatinya sah-sah saja jika kontestan pilpres mana pun menunjukan siasat khasnya masing-masing, termasuk dengan berjoget. Namun, ia mengindikasikan bahwa yang dilakukan Prabowo lebih parah dari Trump dan Yeltsin.

“Trump dan Yeltsin bergoyang asyik cuma di saat berada di panggung dan ketika musik mengalun. Pun hanya satu dua kali. Mereka tidak menjadikan joget sebagai strategi branding yang dipertontonkan terus menerus. Pada titik itulah joget gemoy Prabowo tampak sangat bermasalah,” kata Reza.

Reza mengakui bahwa dirinya justru adalah pendukung Prabowo di dua helatan pilpres sebelumnya. Ia terpukau dengan kegesitan Prabowo pada tedisi 2014 dan 2019 silam. Namun, ia kali ini risau dengan pendekatan Menteri Pertahanan (Menhan) itu. Ia khawatir ada yang bermasalah dengan fungsi eksekutif (executive functioning) pada psikis Prabowo.

“Joget berulang tanpa memperhatikan konteks acara, ditambah pernyataan-pernyataan Prabowo yang serba mengambang dan terputus, itulah yang membuat saya waswas akan satu hal, yaitu executive functioning Prabowo. Executive functioning bersangkut paut dengan kesanggupan manusia mengelola informasi lalu membuat keputusan yang solid,” kata Reza.

Reza khawatir bahwa pendekatan joget “gemoy” ala Prabowo hanya sebatas bentuk kompensasi sekaligus pengalihan perhatian audiens atas menurunnya kemampuan Prabowo dalam berpikir strategis sebagai pemimpin level tinggi negara.

Di samping itu, Reza juga menilai bahwa strategi branding lewat joget juga berpotensi menjadi senjata makan tuan. Ia melihat ketika orang-orang di sekitar Prabowo terus mengarahkan Prabowo untuk berjoget, itu berarti mereka bukan melatih Prabowo untuk memulihkan fungsi eksekutifnya, melainkan justru membuat tumpul kapasitas kognitif Prabowo.

“Sudah hampir dua jam debat berlangsung. Executive functioning Prabowo tertakar, dan saya berempati pada beliau,” ujar Reza menanggapi penampilan Prabowo dalam debat capres pertama semalam.

Sebelumnya, Prabowo sendiri sempat buka suara soal pendekatan jogetnya yang dikritik oleh capres nomor urut 01, Anies Baswedan. Menurutnya, tidak ada yang salah dengan berjoget. Ia justru bertanya balik.

“Kalau ada gagasan, tapi mau joget, enggak boleh? Boleh sih ya. Gagasan gue boleh ga? Tolong pelajari gagasan saya. Pelajari dong. Jangn komentar tanpa dipelajari,” kata Prabowo saat menghadiri deklarasi dukungan Relawan Pedagang Indonesia Maju (RAPIM) kepadanya di Djakarta Theater seperti dilansir Gatra.com pada Jumat (8/12).

Sementara itu, Ketua DPD Partai Gerindra Jawa Tengah, Sudaryono, menyatakan bahwa joget gemoy Prabowo sangat kreatif dan dapat menarik simpati orang banyak. Ia mengatakan caleg-caleg Gerindra di level daerah juga mempromosikan Prabowo-Gibran dengan kreasi-kreasi joget gemoy.

"Gemoy itu efektif menarik simpati orang. Mereka berkumpul untuk senam, sambil kita sampaikan program Prabowo-Gibran. Kita joget tidak sekadar joget," katanya di Desa Ngringo, Jaten, Karanganyar, Jawa Tengah, seperti dilansir Gatra.com, Selasa (5/12).

Ketua DPC Gerindra Karanganyar, Adhe Eliana, mengapresiasi kreativitas calegnya dalam menggaet massa. Ia bisa mengambil pesan filosofis dalam pendekatan joegt gemoy. "Bagus juga caranya mengundang emak-emak. Pakai senam gemoy dan sapu lidi. Ada filosofi gotong royong dan persatuan di sapu lidi," ucapnya.

962