
Jakarta, Gatra.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan, bahwa kemajuan teknologi telah mendorong pertumbuhan dan perkembangan usaha berbasis digital. Hal ini diperlihatkan dengan pertumbuhan jumlah usaha e-commerce pada tahun 2022 diperkirakan meningkat sebesar 4,46% dibandingkan tahun 2021.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BPS, Amalia Adininggar mengatakan, Survei Biaya Hidup (SBH) 2022 berusaha menangkap perubahan ekosistem transaksi ekonomi sebagai dasar penghitungan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK).
“Penyelenggara statistik harus terus berinovasi agar produk statistik yang hasilkan mampu mengikuti perkembangan zaman. Terutama akibat adanya perkembangan teknologi digital yang luar biasa,” kata Amalia dalam acara Sosialisasi Hasil Survei Biaya Hidup 2022, Selasa (12/12).
Amalia juga mengatakan, pada SBH 2022, komposisi asal barang yang dikonsumsi memperhitungkan bobot jenis pasar antara lain pasar tradisional, modern, dan online.
Adapun bobot jenis pasar digunakan pada saat penghitungan RH (Relatif Harga) di level komoditas. Setiap komoditas di suatu kabupaten/kota mempunyai bobot jenis pasar yang unik (bisa sama ataupun berbeda antar kabupaten/kota.
Cakupan pencacahan pasar online dilakukan pada lima kota yaitu Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Surabaya. Kemudian, enam komoditas meliputi baju Muslim wanita, sepatu pria, sepatu olahraga pria, sepatu wanita, telepon seluler, dan parfum.
Menurut Amelia hal ini merupakan salah satu langkah untuk bisa merespon terhadap perubahan perekomonian, yang terjadi akibat kemajuan teknologi digital dan berbagai perubahan dadi tren pasar maupun konsumen.
Perhitungan dari pasar daring dalam inflasi akan dimulai pada inflasi Januari 2024 yang nantinya akan diumumkan BPS pada Februari 2024.
“Walaupun kami akui ini belum sempurna tetapi setidaknya BPS bisa melakukan pencacahan pasar online,“ pungkasnya.