Jakarta, Gatra.com - Platform komunikasi cloud global, Infobip, menyatakan ada lima jenis penipuan umum yang seringkali menargetkan pengguna ponsel. Hal tersebut merupakan tantangan utama yang dihadapi operator seluler, khususnya yang menggunakan ekosistem application-to-person (A2P). Infobip turut serta berperan membantu operator seluler dalam menjaga keamanan bisnis dan pelanggannya dengan firewall.
Melalui banyaknya interaksi brand dengan konsumen yang beralih ke platform digital, keamanan dan privasi komunikasi merupakan hal penting yang perlu diperhatikan demi memberikan pengalaman pelanggan yang memuaskan. Namun, meski ekosistem A2P saat ini berkembang mencapai valuasi US$29 miliar pada 2024, omset yang hilang akibat penipuan juga meningkat. Hal ini semakin mendorong pentingnya jaminan jalur komunikasi yang aman dan terjaga bagi bisnis yang berada di dalam ekosistem A2P.
Berdasarkan laporan dari Statista Technology Market Outlook, kerugian global akibat kejahatan siber diperkirakan mencapai US$8,44 triliun (setara Rp129,643 triliun) pada 2022. Angka tersebut meningkat 40,9 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar US$5,99 triliun (setara Rp92 triliun). Statista juga memperkirakan kerugian tersebut akan terus meningkat mencapai US$11,5 triliun (setara Rp177 triliun) di 2023 dan berpotensi melonjak ke US$23,82 triliun (setara Rp354 triliun) pada 2027.
Selain itu, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) memperkirakan adanya berbagai ancaman siber yang lebih luas dan banyak, misalnya melalui ransomware, kebocoran data, dan phishing, terutama pada sektor keuangan di Indonesia pada 2023. Saat ini juga tercatat lebih dari 900 ribu ancaman siber yang teridentifikasi sebagai ransomware yang berpotensi merusak reputasi perusahaan hingga mengakibatkan kebangkrutan. Karena itu, BSSN telah menganjurkan untuk meningkatkan teknologi keamanan di sektor keuangan demi mencegah kerugian yang semakin besar.
Untuk membantu melindungi konsumen, Infobip menyarankan operator seluler bekerja sama dengan platform messaging ternama untuk mengintegrasikan firewall ke dalam jaringan agar melindungi ekosistem A2P. Infobip juga mendorong adanya perubahan regulasi untuk menghilangkan restriksi terhadap operator seluler dalam menggunakan modul seperti sistem analisis konten untuk melindungi konsumen dari modus penipuan.
Analisis konten penting untuk meningkatkan standar keamanan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Misalnya, Infobip merekomendasikan perusahaan untuk menggunakan platform messaging yang memiliki jaringan langsung dengan operator seluler demi melindungi keamanan dan privasi konsumen melalui platform komunikasi terpercaya dengan infrastruktur global.
Country Manager Infobip Indonesia, Rifa Haryadi mengatakan sebagai pemain terbesar yang menyediakan firewall SMS, pihaknya berkomitmen untuk menjaga operator seluler, bisnis, dan konsumen dengan serius. “Namun, perlu diingat bahwa kita semua merupakan bagian dari ekosistem A2P. Meskipun para penipu dapat menggunakan modus yang canggih, kita dapat melawannya melalui kerja sama berbagai pihak,” kata Rifa.
Menurut Rifa, sistem keamanan hanya sekuat titik terlemahnya, sehingga operator seluler harus konsisten menggunakan teknologi terkini untuk melindungi konsumen dan bisnisnya. Karena itu, Infobip mengembangkan berbagai fitur seperti data anonymization, di mana firewall dapat memisahkan data sensitif pelanggan dari konten agar data pelanggan tetap terjaga.
Infobip terpilih oleh operator seluler sebagai penyedia firewall SMS terdepan dalam empat tahun berturut-turut. Solusi tersebut dikenal sebagai firewall Anam Protect yang berkontribusi melindungi lebih dari 120 operator seluler dan menjaga 1,2 miliar pengguna ponsel. Infobip juga memproses sekitar 63 miliar transaksi melalui solusi firewall-nya dan memblokir lebih dari 1 miliar pesan palsu setiap bulan.
Infobip memiliki lebih dari 800 jaringan langsung ke operator seluler, sehingga memungkinkan tingkat keamanan dan kualitas konektivitas yang baik bagi penggunanya. Selain firewall SMS, Infobip secara resmi telah meluncurkan Signals —layanan tambahan di bidang keamanan telekomunikasi, yang menggunakan teknologi terkini seperti machine learning untuk mendeteksi dan memblokir traffic palsu dengan tepat.
Infobip, sebagai perusahaan yang mengoperasikan firewall omnichannel canggih, mengidentifikasi lima ancaman keamanan siber yang perlu menjadi perhatian oleh pelaku bisnis dan operator seluler:
1. Artificially Inflated Traffic: Penipuan dengan merekayasa traffic menggunakan bot ke sebuah situs yang dapat meningkatkan biaya iklan dan menguntungkan penipu
2. Flubot: Modus pengiriman tautan yang mengarahkan pengguna ke situs palsu untuk mengunduh aplikasi atau software update yang khususnya dapat mengancam ponsel Android dengan malware
3. Smishing: Phishing melalui SMS, atau smishing adalah di mana penipu menargetkan konsumen untuk memberikan data sensitifnya untuk disalahgunakan. Berdasarkan data RoboKiller, modus penipuan ini telah merugikan lebih dari US$10 miliar (setara dengan Rp153 miliar)
4. Grey Routes: Jaringan ilegal yang menerobos sistem protokoler operator seluler dan dapat digunakan oleh pengguna, namun berpotensi merugikan pendapatan operator seluler dan mengancam keamanan dan privasi pengguna
5. Spam: Pengiriman pesan yang tidak penting dan mengganggu pengguna