Home Gaya Hidup Tari Tanangan Karya Kurniadi Ilham, Tiga Babak Gerak Pengendalian Diri

Tari Tanangan Karya Kurniadi Ilham, Tiga Babak Gerak Pengendalian Diri

Padang Panjang, Gatra.com - Pertunjukan tari berjudul “Tanangan” karya koreografer Kurniadi Ilham dipentaskan di Gedung Pertunjukan Hoerijah Adam, Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang, Rabu (6/12) malam. Pertunjukan ini menjadi bagian dari program Lawatari Indonesian Dance Festival (IDF) ke Padang Panjang.

Program Lawatari digagas untuk menghubungkan IDF dengan penggiat seni pertunjukan di kota yang dituju melalui pementasan karya. Dalam setiap lawatannya IDF bekerja sama dan berkolaborasi dengan penggiat seni pertunjukan lokal.

Kurniadi Ilham adalah koreografer dan penari lulusan ISI Padang Panjang yang sekarang menjadi dosen di kampus tersebut. Karya-karyanya berpijak pada tradisi yang kuat dan bersinggungan dengan berbagai topik seperti tradisi, sosial, lingkungan dan perempuan.

Pementasan Tanangan karya Kurniadi Ilham di ISI Padang Panjang (Gatra/Eva Agriana Ali)

Karya tari “Tanangan” merupakan karya yang lahir dari tesis Ilham saat menyelesaikan studi pasca sarjananya di ISI Surakarta. Kata tanangan berasal dari bahasa Padang, yang berarti tenangkan.

Kata tanangan sering digunakan masyarakat di Kota Padang, Sumatera Barat ketika menyampaikan pesan kepada seseorang dalam mengendalikan diri. Salah satu contohnya, seorang ibu yang sedang menegur anaknya ketika anak lupa diri, sebagai pesan kepada anak bagaimana etika bergaul di lingkungan sosial.

Baca Juga: Lawatari Indonesian Dance Festival Melawat ke Padang Panjang

Tarian tersebut dilakukan dalam set panggung yang dimodifikasi menggunakan batang-batang bambu. Jalur-jalur gerak langkah enam orang penari berada di batang-batang bambu tersebut. Mereka berjalan meniti bambu dengan perlahan, sesekali cepat, berdiri, hingga merunduk. Semua dilakukan untuk menjaga keseimbangan tubuhnya.

“Tanangan” dipentaskan dalam tiga babak. Setiap babaknya terdiferensiasi oleh penggunaan properti di tubuh para penari. Babak pertama, penari tidak membawa apapun saat bergerak. Babak kedua mereka membawa benda bulat di atas kepala. Babak ketiga, satu bilah bambu disimpan horizontal pada kepala mereka.

Baca Juga: Masterclass Hari Ghulur di ISI Padang Panjang: Menemukan Kebebasan Tubuh yang Unik dan Organik

Kurniadi Ilham menjelaskan bahwa karya ini terinspirasi dari pengalaman tubuh keseharian di setapak pematang sawah dan esensi dari beberapa jenis ilmu silat. Karya ini dibuat untuk mengeksplorasi konsep pengendalian diri.

Pementasan Tanangan karya Kurniadi Ilham di ISI Padang Panjang (Gatra/Eva Agriana Ali)

Dalam esensi ilmu silat, tubuh ditantang mencapai titik keseimbangan melalui pengendalian diri ketika dihadapkan dengan berbagai media. Karya ini mengeksplorasi konsep pengendalian diri sebagai kunci mencapai keseimbangan tubuh secara fisik maupun batin.

Maka itulah, pada keseluruhan pementasan ini, setiap geraknya dilakukan dengan penuh perhitungan dan kehati-hatian. Setiap penari terlihat sabar dalam bergerak dan melangkah. Penonton dibawa merasakan bagaimana ketegangan yang terasa saat semua penari pelan-pelan bergerak meniti batang-batang bambu itu.

Tarian yang muncul jadi semacam gerak-gerak meditatif yang membawa kesadaran kita untuk tidak terburu-buru jika tidak ingin terjatuh dalam setiap perubahan gerak. Di luar tarian, sikap seperti ini rasanya bisa diterapkan dalam segala lini kehidupan. Penuh perhitungan dan kesabaran agar tidak terjatuh dalam setiap babakan hidup.

138