Jakarta, Gatra.com - Institute for Development of Economics and Finance (Indef) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 mendatang hanya 4,8%. Tingkat pertumbuhan ini lebih rendah dari target pemerintah dalam asumsi makro Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024 yang sebesar 5,2%.
Wakil Direktur INDEF, Eko Listiyanto mengatakan, proyeksi yang di bawah asumsi makro tersebut dilihat dari tantangan tahun depan yang dinilai cukup pelik. Salah satu tantangan tersebut adalah berakhirnya windfall harga komoditas mentah global pada 2024 mendatang.
“Kalau dari hitung-hitung Indef ekonomi 2024 ini tidak setinggi dari asumsi makro, kenapa? Tantangannya cukup pelik, dan cukup banyak. Catatan lainnya adalah kemewahan windfall dari peningkatan harga komiditas tahun depan itu tidak akan kita rasakan lagi, turun lebih dalam mungkin iya,” kata Eko dalam acara Seminar bertajuk Tantangan Pelik Ekonomi di Tahun Pemilu, Rabu (6/12).
Dalam paparanya, faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi 2024 yaitu adanya tekanan daya bell masyarakat bawah, moderatnya laju pertumbuhan kredit ke sektor rill. Di samping Itu, stimulasi akselerasi dari sisi fiskal juga masih dinilai tidak akan maksimal mengingat pola penyerapan anggaran yang selalu menumpuk di akhir kuartal IV atau akhir tahun.
Baca Juga: Belanja Pemerintah Lambat, Ekonomi RI Terancam Tumbuh di Bawah Target
Kemudian, kondisi ekonomi global mengalami krisis geopolitik, di mana ada dua peperangan yakni Rusia-Ukraina dan Israel-Palestina, diprediksikan kinerja pertumbuhan ekonomi global akan melambat di kisaran 2,8% di tahun 2024. Pelambatan tersebut akan mempengaruhi ekonomi Indonesia yang juga berisiko terjadi pelambatan.
Eko menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 yang di bawah 5% tersebut tidak terlalu buruk, jika dibanding dengan kondisi ekonomi negara lain. Hal tersebut menginggat pertumbuhan ekonomi Indonesia dua kali lipat dibanding proyeksi pertumbuhan ekonomi global.
“Jadi kalau pemerintah punya tergat 5,2 persen, kita mengharapkan itu yang tercapai, tapi memang agak susah. Realitis dari hitungan kami adalah 4,8 persen dengan berbagai tantangan baik di dalam nergeri dan luar negari,” katanya.