Home Kolom Peran Global Indonesia Melalui Diplomasi Infak

Peran Global Indonesia Melalui Diplomasi Infak

Oleh: Anwar Hudijono

Presiden Jokowi didampingi Menko PMK Muhadjir Effendy akhir November lalu melepas bantuan kemanusiaan tahap kedua ke Palestina yang rakyatnya menjadi korban kebiadaban rejim Zionis Israel.

Pada hari yang sama Muhadjir melepas bantuan kemanusiaan ke Afghanistan yang dilanda bencana alam gempa bumi.

Sebelumnya Indonesia mengirim bantuan serupa ke Vanuatu, Myanmar, Pakistan, Turki, Suriah dan lain-lain.

Bantuan itu dikemas dalam Diplomasi Kemanusiaan. Artinya bantuan itu semata atas alasan kepentingan kemanusiaan di atas kepentingan lain.

Contohnya bantuan kemanusiaan ke Vanuatu. Sama sekali tidak dimaksudkan melunakkan negara itu untuk melepas dukungan terhadap kelompok separatis Papua atau Organisasi Papua Merdeka (OPM).

Bantuan ke Afghanistan diberikan meski Indonesia tidak mengakui rezim Taliban. Kendati demikian prosesnya tetap "kulanuwun" kepada rezim Taliban sebagai adab tatakrama pergaulan.

Humanitarian diplomacy atau diplomasi kemanusiaan memang tidak melulu bantuan sosial kemanusiaan. Seperti gencatan senjata, pertukaran tawanan perang.

Tapi untuk Indonesia lebih fokus ke bantuan sosial korban bencana, korban perang. Justru di sinilah kekhasan dan keunggulan Indonesia dalam mengambil peran global.

Bahkan terlihat lebih menonjol dibanding diplomasi di bidang lain seperti politik, ekonomi dan perdagangan.

Memang di dalam negeri sendiri terkadang muncul pertanyaan mengapa getol memberi bantuan ke luar negeri sementara rakyat sendiri sangat bahkan lebih membutuhkan. Kok kemenyek banget, sekadar pencitraan.

Tidak salah memang banyak rakyat yang membutuhkan. Tetapi bantuan yang boleh dibilang bernilai infak itu sejalan dengan perintah Allah di Quran surah Ali Imran 133-134. Ciri orang yang bertakwa adalah yang berinfak di kala lapang maupun sempit. Jadi bantuan itu memiliki landasan moral yang kuat.

Tren ke depan masalah kemanusiaan akan cenderung naik sejalan dengan meningkatnya perang dan bencana alam. Untuk itu di sini Indonesia bisa meningkatkan peran globalnya melalui diplomasi kemanusiaan sehingga Indonesia di mata dunia tidak sekadar warga biasa tanpa peran berarti.

Rabbi a'lam.

29