Home Ekonomi Peluang UMKM Ditengah Tumbuhnya Ekonomi Digital

Peluang UMKM Ditengah Tumbuhnya Ekonomi Digital

Jakarta,Gatra.com-Pertumbuhan nilai ekonomi digital Indonesia masih merajai Asia Tenggara. Pada tahun 2023, nilai ekonomi digital Indonesia tercaat sebesar 82 miliar dolar AS. Peluang baik bagi ekosistem Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) untuk terus berkembang di era digital.

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Digital, Ketenagakerjaan, dan UMKM Kemenko Perekonomian Rudy Salahuddin menuturkan, dengan capaian itu maka ekonomi digital Indonesia pada tahun 2025 diperkirakan mampu mencapai 109 miliar dolar AS.Selain itu, 40 persen pangsa pasar ekonomi digital Asia Tenggara berada di Indonesia. Hal ini bagi Rudy membuat pemerintah optimis dapat mencapai target digitalisasi 30 juga usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) pada 2024 dengan berbagai upaya yang sudah dilakukan pemerintah.

“Target digitalisasi 30 Juta pada 2024, sekarang sudah 27 Juta, untuk percepatan 3 Juta, saat ini kita sudah memberikan edukasi, meliterasi UMKM dan kita juga bersinergi dengan e-commerce dan pelaku fintech untuk bersama sama mendorong para pelaku UMKM bisa go digital,” jelasnya ujarnya saat Peluncuran Buku Putih Strategi Nasional Pengembangan Ekonomi Digital, Senin, 4 Desember.

Sementara itu, pengembangan ekonomi digital sendiri sudah diinisasi sejak tahun 2019 dengan melibatkan kolaborasi kementerian/lembaga, otoritas terkait, akademisi, pelaku industri, serta konsultan melalui beragam FGD, diskusi terbatas, hingga high level meeting. Namun menurut Rudy, tantangan pengembangan ekonomi digital masih berkutat pada akses internet yang rendah dan infrastruktur digital yang belum merata. Sementara ketersediaan talenta digital sangat kurang dan belum berdaya saing.

Pentingnya Mengukur Level Digital UMKM

Sebagai penopang ekonomi, UMKM perlu didukung dalam setiap perkembangan zaman. Dalam sebuah publikasi yang dirilis PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk melalui Lembaga Riset BRI (BRIRINS) terkait indeks digitalisasi UMKM. Diketahui, penelitian indeks digitalisasi UMKM ini dirancang untuk mampu mengukur tingkat digitalisasi UMKM dengan tujuh indikator. Diantaranya infrastruktur digital, kepemilikan alat, pengetahuan digital, pemanfaatan layanan digital, kepercayaan terhadap layanan digital, kesesuaian antara kebutuhan denga nisi layanan digital, dan kepuasan serta pemahaman terhadap regulasi.

Direktur Bisnis Mikro BRI, Supari menyatakan pihaknya berkomitmen meningkatkan kontribusi UMKM pada pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB). Pengembangan UMKM, menurutnya salah satu cara dalam mengentaskan kemiskinan. Ia menambahkan, 10 tahun kedepan penduduk Indonesia diproyeksikan mencapai 365 juta. Sekitar 50 persennya adalah perempuan. Di sisi lain, postur UMKM juga akan bertambah. Jika saat ini saja mencapai 64 juta UMKM, maka diproyeksikan bertambah menjadi 83 juta.

"Namun postursnya tak berubah, didominasi ultra mikro yang melakukan usaha demi mencukupi kebutuhan sehari-hari. Jika kedua postur itu yakni dominasi perempuan dan ultra mikro tak diatasi, maka menjadi rentan dan berpotensi menjadi beban di masa akan datang," ungkapnya.

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) melalui BRI Research Institute bekerja sama dengan Pemerintah Inggris berkomitmen memberikan pemberdayaan kepada UMKM. Pemberdayaan fokus untuk Perempuan pengusaha berupa pelatihan dalam bidang literasi digital dan keuangan.

Inisiatif ini berdasarkan webinar nasional yang diselenggarakan Program Akses Digital Pemerintah Inggris bersama BRI Research Institute pada 14 November 2023. Mengangkat tema 'Mendorong Inklusi Digital dan Peran Perempuan Pengusaha dalam Ekonomi Digital', webinar ini mempublikasikan hasil penelitian mengenai indeks digitalisasi UMKM.

Merespon hal tersebut, Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) turut mengapresiasi langkah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk yang merilis indeks digitalisasi UMKM melalui Lembaga Riset BRI (BRIRINS) dan dinilai akan menjadi tolak ukur pengembangan UMKM di Indonesia.

“Publikasi hasil penelitian Indeks Digitalisasi UMKM dan pembukaan Program Pemberdayaan Akselerasi Digital untuk Pelaku Usaha Perempuan merupakan dua langkah penting ke depan dalam mendukung dan memberdayakan UMKM di Indonesia,” ujar Staf Khusus Menteri Koperasi Bidang Pemberdayaan Ekonomi Kreatif KemenKopUKM, Fiki Satari dalam keterangan resmi..

Riset survei BRI dan BRI Research Institute pada kuartal I-2023 menunjukkan debitur yang sudah melakukan penjualan secara online sebanyak 56,3 persen yang menyatakan volume penjualannya meningkat. Sebanyak 52 persen menyatakan omzet usaha meningkat, serta sebesar 51,6 persen menyatakan keuntungan usaha meningkat.

Fikri menambahkan, Indeks Digitalisasi UMKM menunjukkan telah ada kemajuan signifikan dalam adopsi digital di kalangan UMKM di Indonesia. Namun, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan.

“Kita perlu memastikan bahwa semua UMKM, terlepas dari ukuran, jender, lokasi, memiliki akses ke infrastruktur, pelatihan, dan dukungan yang diperlukan untuk berpartisipasi penuh dalam ekonomi digital,” tutur Fiki.

Dengan jumlah UMKM di Indonesia sekitar 64 juta, digitalisasi diperlukan untuk mengakomodasi permintaan pasar. Untuk itu, digitalisasi sangat penting dan mendesak untuk dilaksanakan demi mendukung pertumbuhan UMKM. Bagi Fikri, digitalisasi bukan sebuah kemewahan melainkan kebutuhan bagi UMKM agar mampu bersaing dan berkembang dalam ekonomi yang semakin tumbuh pesat.

Kekurangan Talenta Digital

Laporan lain yang dirilis Asian Development Bank (ADB) dan LinkedIn pada September 2022 dengan tajuk ‘Digital Jobs and Digital Skills: A Shifting Landscape in Asia and the Pacific’ menyebut, periode Januari 2017-Februari 2022, tingkat perekrutan digital di LinkedIn meningkat rata-rata 9 persen setiap tahun.

Studi itu dilakukan di India, Bangladesh, Filipina, Indonesia dan Amarika Serikat. Fakta lainnya, hamper 75 persen pemberi kerja di lima negara itu membutuhkan talenta digital dengan keterampilan dasar, menengah, sampai tingkat lanjut.

“Kita lihat kebutuhan talenta digital sangat tinggi, kekurangan 9 juta talenta. Itu besar sekali peluangnya,” kata Amanda SImandjuntak, CEO Markoding kepada Muhammad MUtaqin dari Gatra. Markoding, merupakan Lembaga nirlaba yang melakukan sejumlah pelatihan kepada perempuan agar memiliki kemampuan digital untuk mampu bersaing.

Baginya, ini relevan dengan kebutuhan pada anak muda yang tingkat penganggurannya sangat tinggi. Markoding menurutnya ingin menjembatani itu, melengkapi generasi muda untuk bisa meningkatkan skill yang relevan saat ini. Dampaknya, bisa mendapat peluang pekerjaan yang baik.

Amanda mengaku berambisi menyumbangkan 1 juta talenta digital bagi Indonesia sampai 2030. Dari satu juta talenta itu, ia menargetkan setengah adalah perempuan. Untuk mencapainya, ia membua kerjasama dengan perusahaan-perusahaan dan pemerintah dalam bentuk program Corporate Social Responsibility (CSR). Targetnya, memberi beasiswa lebih banyak lagi untuk generasi muda di Indonesia, khususnya perempuan.

***

 

239