Jakarta, Gatra.com - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapakan, stabilitas sektor jasa keuangan nasional pada November 2023 tetap terjaga. Hal itu didukung oleh permodalan yang kuat dan likuiditas yang memadai.
“Sehingga dinilai mampu menghadapi berlanjutnya penurunan perekonomian dunia dan tingkat ketidakpastian global yang tinggi,” kata Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar, dalam konferensi pers RDK Bulan November, Senin (4/12).
Mahendra memaparkan, Indikator ekonomi terkini di tingkat global menunjukan ketidakpastian pergerakan ekonomi di tengah membaiknya tingkat inflasi menuju level pra pandemi khsusunya pada negara-negara maju. Meski demikian, sentimen di pasar keuangan cenderung positif didukung peningkatan ekspektasi berakhirnya siklus kenaikan suku bunga global setelah rilis data ketenagakerjaan Amerika Serikat serta berlanjutnya penurunan tingkat inflasi.
Kemudian, optimisme juga turut dipengaruhi oleh peluncuran insentif fiskal, moneter dan sektor keuangan di Tiongkok yang dilakukan untuk menahan penurunan kinerja perekonomian di sana. Termasuk dalam mengatasi permasalahan di sektor properti.
Sementara itu tensi geopolitik global melanjutkan peningkatan, seiring berlanjutan konflik di Timur Tengah dan beberapa perkembangan pemilihan umum (pemilu) politik di negara-negara maju. Namun kata Mahendra, dampaknya terhadap harga minyak dan energi terlihat masih terbatas terutama mengingat masih berlanjutnya tren kelemahan permintaan.
Selain itu tekanan kenaikan harga komoditas pangan diharapkan mereda, seiring dengan pelemahan El-Nino yang terjadi saat ini. Perkembangan tersebut mendorong penguatan pasar keuangan global dan juga penurunan volatilitas, baik di pasar saham, surat utang, maupun nilai tukar.
“Investor non residen juga mulai masuk ke pasar keuangan dari negara margin termauk ke Indonesia. Setelah 3 bulan sebelumnya melakukan set off yang cukup signifikan,” jelas Mahendra.
Sementara itu, di domestik pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) di kuartal III-2023 tercatat sebesar 4,94% tahun ke tahun. Nilai tersebut lebih rendah dibanding kuartal sebelumnya yang sebesar 5,17%.
“Hal itu didukung oleh tingginya pertumbuhan konsumsi runah tangga dan investasi bangunan,” ujarnya.
Lebih lanjut, Mahendra memaparkan, tingkat infalsi juga terjaga rendah di level 2,56% tahun ke tahun sementara itu ekspor masih tekrontraksi atau minus 4,26% yoy. Secara umum perekonoman nasional masih cukup positif, yang tercermin dari neracata perdagangan yang surplus, konsusmsi semen domestik yang meningkat dan Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur yang ekspansif.
“OJK mendodoring jasa keuangan untuk memonitor potensi resiko termasuk melakukan stress test ketahanan terhadap gejolak pasar serta melakukan strategi mitigasi risiko dalam rangka menjaga ketahanan permodalan dan likuiditas. Sehingga seltor jasa keuangan dapat terjaga stabil dan berkontribusi optimal bagi perekonomian nasional,” pungkasnya.