Jakarta, Gatra.com - Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia dikenal sebagai penggerak perekonomian bangsa. Terbukti dalam setiap krisis, UMKM tetapi menjadi penyangga ekonomi negara.
Lembaga keuangan pun setia melayani sektor UMKM agar tetap hidup dan membangun ekonomi lokal hingga nasional. Pasalnya, pelaku UMKM tentu membutuhkan modal untuk memulai atau mengembangkan usahanya.
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (MenKopUKM), Teten Masduki menyebut bahwa kredit macet pelaku UMKM mencapai Rp22,9 triliun. Oleh karena itu, perlu dicari solusi dan evaluasi program untuk permasalahan kredit UMKM.
PT Permodalan Nasional Madani (PNM) sebagai lembaga pembiayaan group lending dalam sektor ultra mikro terbesar di seluruh dunia, semakin yakin bahwa pendampingan nasabah menjadi salah satu solusi kredit macet. Hal itu selaras dengan program pemberdayaan PNM di mana pembiayaan dan pendampingan nasabah menjadi satu paket.
Pasalnya, PNM memang bekerja untuk pemberdayaan nasabah melalui pembiayaan dan pendampingan. Dua hal itu bagaikan dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan satu dengan lainnya.
"Nasabah kami ini kan banyak yang sebelum bergabung dengan Mekaar tidak memiliki usaha, jadi betul-betul kami bimbing dari awal," kata Sekretaris Perusahaan PNM, L. Dodot Patria Ary dalam keterangannya yang diterima pada Sabtu (2/12).
Dodot mengatakan bahwa PNM Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar) yang memiliki fokus kepada ibu-ibu prasejahtera dalam salah satu layanannya, membukakan akses baru kepada tiga modal utama yakni finansial, intelektual, dan sosial. Di sisi modal intelektual, PNM tidak semata-mata memberikan pinjaman saja, pendampingan yang berkelanjutan kepada setiap nasabahnya juga terus dilakukan.
Para mitra pelaku usaha ultra mikro dan UMKM binaan PNM juga diberikan berbagai program pelatihan sebagai stimulus memperbesar usaha nasabah lewat unit Pengembangan Kapasitas Usaha (PKU). Tercatat, hingga Oktober 2023, PNM sudah melaksanakan 10.109 pelatihan dengan 550.111 peserta.
Tidak hanya itu, sudah 721.780 nasabah yang dibantu untuk memperoleh Nomor Induk Berusaha (NIB). Pelatihan literasi digital juga dilakukan walaupun masih dalam tahapan yang sangat belia.
Selain kegiatan pelatihan yang sifatnya menjadi program pengembangan kapasitas usaha, dilakukan juga pendampingan nasabah setiap minggu. Sehingga, dari 14,8 juta nasabah semua mendapatkan pendampingan usaha melalui Pertemuan Kelompok Mingguan (PKM).
"Kami rajin melakukan edukasi literasi keuangan, dan klasterisasi usaha yang kami bentuk juga menjadi satu environment yang menguntungkan bagi para mitra binaan, sampai saat ini sudah 418 klasterisasi di desa-desa terbentuk," jelas Dodot.
Salah satu nasabah PNM dari Jakarta, Ratnasari menilai upaya PNM semakin membuahkan hasil. Ia merasa usahanya terus meningkat dari waktu ke waktu.
Ratnasari mampu mengatasi persaingan jajanan kue kering di Ibu Kota yang cukup tinggi. Ia bisa melakukan inovasi dan menciptakan keunggulan produk mulai dari rasa, diversifikasi, dan kemasan yang menjadi penentu dalam persaingan pasar.
"Sebelumnya packaging saya tidak seperti ini. Setelah beberapa kali mendapat pelatihan dan ada saran dari teman-teman PNM juga, kemasan saya dinilai lebih memiliki identitas," jelas Ratnasari.