Medan, Gatra.com - Ikut terlibat dalam mendorong kemajuan pendidikan di Indonesia, sepertinya sudah menjadi jalan hidup Fidiyani Nasution. Puluhan tahun menjadi guru, tak membuat Fidiyani berhenti untuk belajar. Hal itu dilakukan guna memastikan anak didiknya mendapat pengajaran yang optimal selama duduk di bangku sekolah.
Kesempatan mengembangkan diri sebagai pengajar, hadir saat Fidiyani mengikuti program Guru Penggerak. Ia merupakan satu dari sekian banyak guru yang terdapat di angkatan ke-5 guru penggerak.
Fidiyani pertama kali mendapatkan informasi tentang guru penggerak melalui laman Kemendikbudristek. Saat itu, ia mengaku penasaran dengan pengalaman mengajar yang ditawarkan oleh program tersebut.
Apalagi menurutnya, pola pengajaran dengan cara-cara lama pun dirasa sudah tak lagi selaras dengan perkembangan zaman saat ini. Perlu sebuah cara baru guru dalam mengajar, agar ilmu dan pengalaman belajar anak di sekolah tak melulu stagnan. “Karena seharusnya tidak ada lagi guru yang hanya sekedar datang, masuk, buka buku, menyuruh murid mengerjakan soal, lalu pulang. Tidak seperti itu lagi,” ujar Fidiyani saat ditemui di SMPN 4 Kota Medan, Rabu lalu.
Pasca lolos menjadi guru penggerak, apa yang diimpikan Fidiyani nyatanya kejadian. Ia mendapat sebuah pengayaan anyar mengenai metode belajar baru. Dimana, Ia sadar bahwa menjadi seorang guru harus memiliki pemahaman lebih dalam memetakan minat dan kebutuhan siswa.
“Diferensiasi pembelajaran menuntut guru untuk memahami bahwa cara belajar siswa beragam. Pola belajar pun kini disesuaikan dengan minat dan kemampuan dari murid,” jelas wanita yang juga menjadi Kepala Sekolah SDN 060835 Kecamatan Medan Barat ini.
Bukan hanya mengimbas di dalam kelas, Fidiyani juga coba menerapkan pemahaman yang didapatkannya dalam program guru penggerak kepada rekan sejawat guru. Apalagi, salah satu dorongan yang atas inisiasi guru penggerak pun hadir agar mereka bisa menjadi seorang pemimpin pendidikan di sekolah masing-masing.
Fidiyani mengakui selama ini ia mencoba mengimbas guru-guru melalui kelompok kecil. Ia mengomandoi beberapa kelompok guru yang memang ingin belajar dan mengetahui tentang model-model pembelajaran yang terdapat dalam Guru Penggerak.
"Saya coba melakukan pendekatan ke mereka. Kemudian perlahan saya beritahu mengenai beberapa program pembelajaran yang akan dibuat," katanya.
Saat mengimbas sejawat guru, tantangan bukannya tidak hadir. ia mengaku bukan perkara mudah untuk coba mengimbas dan berbagi pengalaman dengan guru-guru yang terbilang berpengalaman, karena aspek senioritas. Meski begitu Fidiyani tak menganggap hal itu sebagai hambatan.
“Justru saya coba dekati mereka sampai akhirnya mereka makin penasaran dengan cara pembelajaran yang didapat dari guru penggerak,” jelas dia.
Kini, Fidiyani pun menjadi salah satu dari puluhan guru penggerak yang diangkat sebagai kepala sekolah. Menurutnya, adanya kebijakan guru penggerak untuk diangkat menjadi Kepala Sekolah justru memotong kerumitan administrasi yang ada selama ini, terhadap skema pengangkatan kepala sekolah.
Beruntungnya pula, Pemerintah Kota Medan diakui Fidiyanti sangat mendukung adanya program guru pelajar. Sehingga, pengangkatan guru penggerak menjadi Kepala Sekolah pun mendapat dorongan penuh dari pemangku kepentingan.
“Dengan menjadi kepala sekolah, tentu para guru penggerak bisa lebih luas lagi menerapkan metode-metode pembelajaran baru sebagaimana saat menjadi guru kelas,” beber dia.