Karanganyar, Gatra.com- Hasil autopsi terhadap jenazah remaja asal Cangakan Karanganyar, Jateng Wildan Ahmad (14) menyebutkan remaja tersebut meninggal dunia dipicu trauma pada organ vital seperti pankreas, hati dan ginjal. Rekonstruksi penganiayaan kakak perguruan silat terhadap Wildan bakal digelar dengan pemeran pengganti.
Kapolres Karanganyar AKBP Jerrold HY Kumontoy mengatakan organ dalam korban mengalami trauma akibat pukulan langsung ke bagian perut secara berulang-ulang. Dalam laporan kepolisian disebutkan Wildan dihukum kakak perguruannya. Ia ditendang dan dijotos dalam posisi kuda-kuda. Kondisi trauma organ dalam itu hasil forensik yang dilakukan di RSUD Moewardi Solo pada Senin (27/11).
"Dari hasil autopsi yang kami terima, korban mengalami trauma pada organ vital. Diantaranya pankreas, ginjal dan hati," kata Jerrold saat dicegat wartawan di Mapolres Karanganyar, Rabu (29/11).
Kapolres mengatakan rekonstruksi akan digelar untuk melihat jelas kasus tersebut. Namun lantaran terdapat tiga pelaku anak, polisi mempertimbangkan akan menggunakan peran pengganti dalam rekonstruksi tersebut. Saat ini, polisi telah menahan lima orang tersangka dalam kasus meninggalnya pelajar SMP Negeri 5 Karanganyar itu saat latihan silat di halaman SDN Cangakan 2 pada Minggu (26/11).
Kelima tersangka itu berinisial BP (21), RD (20) yang berusia dewasa. Lalu tiga lainnya di bawah umur yakni AE (17), HT (16) dan MA (15). Mereka dijerat pasal pengeroyokan dan UU Perlindungan Anak dengah ancaman hukuman 15 tahun penjara. "Pelaku murni menggunakan tangan kosong untuk memukul korban hingga meninggal dunia," katanya.
Barang bukti diamankan berupa seragam perguruan silat Pagar Nusa. Wildan dihukum diduga karena gagal menjalankan misi membawa empat calon anggota baru.
Lebih lanjut Kapolres menduga pelaku sengaja mengaburkan kronologi kejadian dengan membuat alibi seolah-olah korban mengalami kejadian bukan karena latihan silat. Sebab saat di RSUD Karanganyar, bukan seragam perguruan silat yang dikenakannya melainkan baju olahraga.
"Kami menduga ada yang berusaha merekayasa kronologi kejadian. Dari semula korban pakai seragam perguruan silat, menjadi pakai baju olahraga saat dibawa ke RS," katanya.