Jakarta, Gatra.com – Konten kreator cerita horror dan folklore kanal YouTube RJL 5 Official Channel, Tubagus Fajar Adhitya atau Fajar Aditya kembali menggebrak publik dengan konten terbarunya bertajuk “Lagi Ramai di Medsos? Pro Kontra Nyamuk Wolbachia & Bahas Senjata Biologi: Siti Fadilah” yang dirilisnya pada Sabtu, 25 November 2023.
Hingga saat ini konten tersebut telah ditonton dengan lebih dari 167 ribu penayangan dan 3,9 ribu jempol alias tanda like. Diketahui, RJL 5 merupakan konten podcast dengan tema Horor-Sejarah-Tragedi-The Untold Story yang diproduksi RJL Group Media Nusantara.
“Akhir-akhir ini sedang ramai di medsos terkait penyebaran nyamuk Wolbachia. Oleh karena itu, kami mengundang Bu Siti Fadilah untuk memberikan klarifikasi dan edukasi kepada Gen Z & Millenial agar bisa paham harus bersikap apa?” kata Fajar Aditya kepada Gatra.com.
Tak tanggung pria asal Jakarta kelahiran tahun 1992 ini mendatangkan mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari ke studio RJL 5. Tak hanya membahas soal nyamuk dan kesehatan, konten yang dibawakan Fajar Aditya kali ini juga membahas tentang teori konspirasi dan ledakannya. “Selain nyamuk, RJL 5 membahas senjata biologi yang dalam sejarahnya digunakan dalam perang yang menimbulkan korban dahsyat,” ucap Fajar.
Pada pemaparannya, Siti Fadilah Supari memikat minat pengunjung konten mengenai nyamuk hasil rekayasa genetika yang diyakini mampu mengurangi angka kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) dan penyakit demam dengue. Nyamuk ini dikenal dengan sebutan nyamuk wolbachia.
World Mosquito Program (WMP) adalah badan yang melakukan rekayasa genetika nyamuk wolbachia dengan harapan mengubah sel telur nyamuk liat menjadi “wolbachia”. Bill Gates selaku yang memiliki yayasan tersebut dikabarkan menaruh investasi sebesar US$500 juta.
“Nyamuk ini masih sangat misteri dan meninggalkan banyak pertanyaan. Apakah nyamuk ini sungguh aman jika menggigit manusia? Atau nanti akan menimbulkan penyakit yang baru?” ucap Siti Fadilah Supari.
Keanehan lain yang disoal adalah penyebaran nyamuk secara tiba-tiba bertepatan dengan tahun politik atau pemilu. “Kemarin baru saja Bali menolak program wolbachia ini karena khawatir masyarakatnya menjadi “korban” uji coba pemerintah dalam melihat hasil turunnya angka DBD,” kata Siti.
Menteri Kesehatan Indonesia dalam Kabinet Indonesia Bersatu menyebut, WMP ingin menguji coba kembali proyek tersebut di Indonesia. “Kala itu di Yogja dilakukan uji coba melepas jutaan nyamuk dan hasilnya menurunkan angka DBD sekitar 77%. Hal ini dilakukan agar meyakinkan masyarakat dunia bahwa program ini aman,” ujar Siti.
Menurutnya, Brasil, Singapura dan Sri langka telah mundur dari program ini karena tidak efektif. Masyarakat Indonesia sebelumnya khawatir dengan program tersebut sehingga tidak lagi dilanjutkan. “Rakyat Indonesia benar benar menjadi kelinci uji coba dalam program ini,” Siti menambahkan.
Nyamuk wolbachia ini adalah rekayasa genetika alami di mana perubahan yang terjadi pada nyamuk ini tidak bisa diprediksi akan menuju kemana. Ada indikasi bahwa nyamuk tersebut bisa saja berevolusi atau beradaptasi dan bisa membawa jenis penyakit baru.
Dalam menyuarakan kekhawatirannya, Siti Fadilah speak up lewat berbagai media sosial terkait pro dan kontra dari nyamuk tersebut. Sayangnya, banyak dari para “buzzer” yang menyerangnya karena mengira mantan Menkes ini halu (mengada-ada). Siti yang berlatar belakang medis ini semakin gencar menyampaikan pesan kewaspadaan jika ke depannya akan ada program medis misterius yang berhubungan dengan wolbachia.
Siti mengungkapkan penyebaran nyamuk ini tidak melalui peringatan. “Bahkan RT dan RW jika melakukan fogging harus menggunakan izin. Akan tetapi nyamuk ini seperti dilepaskan ke masyarakat begitu saja,” kata Siti.
Menurutnya, tercatat dalam sejarah ada genosida pertama yang menggunakan bio weapon, yaitu saat orang-orang Eropa ingin mengambil tanah Amerika dari suku asli suku Indian. “Bangsa Eropa melakukan kekejian ini dengan cara sebelumnya mengambil simpati suku Indian. Mereka membuat skenario seolah olah mau bekerja sama dan melakukan pertukaran barang dan juga teknologi,” papar Siti.
Dalam podcast RJL-5 ia berpesan kepada milenial dan Gen Z untuk peka terhadap arus informasi yang ada saat ini. Generasi muda harus kritris dan cerdas dan jangan sampai dibodohi oleh narasi-narasi yang dibuat oleh pihak barat. Ia juga berpesan agar presiden Indonesia selanjutnya mengerti dan melek akan situasi dan kegelisahan yang ada di masyarakat.