Banda Aceh, Gatra.com - Langit Kota 1001 Masjid begitu cerah Selasa (21/11) siang itu. Dengan atribut lengkap, Juliana mengejar pesanan sebagai ojek online (ojol).
Wanita berusia 48 tahun ini harus berjuang sendiri usai ditinggal almarhum suaminya pada 2011 lalu. Dengan tekad anak semata wayangnya harus bisa masuk jenjang perguruan tinggi.
Berbagai usaha ia tekuni demi memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bahkan, wanita yang akrab disapa Yuli ini juga sempat mencoba mencari sandaran hidup baru. Namun, enam tahun yang lalu, pernikahan kedua Yuli nyatanya meninggalkan trauma yang cukup besar.
"Mungkin namanya juga orang sudah tidak ada akal, jadi pada saat itu sudah kesekian kali dia melakukan kekerasan bahkan ke anak saya juga," ia menceritakan mantan suami keduanya.
Yuli yang tinggal di Serambi Mekkah, merasa sangat tabu dengan perlakuan KDRT mantan suaminya itu. Lantaran Aceh terkenal sangat kental dengan syariat Islam. Bahkan ia sering mendapatkan saran dari sekelilingnya untuk bertahan dalam ikaatan pernikahan yang sudah tidak lagi harmonis itu. Namun dirinya memilih untuk berjuang atas hak-haknya.
"Anak menurut saya adalah nomor satu, hal itu yang semakin mendorong saya untuk mengakhiri ini semua. Saya kemudian dibantu juga oleh teman-teman untuk mengadukan tindak KDRT ini ke TP2A," jelasnya. Setelah melalui prosedur pengaduan, mantan suami Yuli pun ditindaklanjuti hingga sampai ke proses penahanan.
Saat ini, di samping jadi ojol Yuli memiliki usaha sampingan berdagang jamu kesehatan dan jasa terapi atau pijat. Masih dalam produksi yang kecil, modal usaha ini ia dapatkan dari Permodalan Nasional Madani (PNM) Mekaar sejak empat tahun lalu.
Menjadi nasabah PNM Mekaar yang inspiratif, Yuli diundang pada giat Roadshow Peringatan Hari Ibu ke-95 pada Rabu (22/11) yang diselenggarakan oleh PNM bersama KPPPA di Gedung Balai Meuseuraya Aceh (BMA). Kesempatan ini membawa Yuli bertemu dengan Menteri Perlindungan Perempuan dan Anak (Menteri PPPA), Bintang Puspayoga. Decak kagum diutarakan Bintang melihat Yuli yang berani melawan stigma demi hak-haknya sebagai perempuan.
"Ibu Menteri bilang, beliau kagum karena saya sudah berani melawan KDRT yang menimpa saya dan anak saya," ucap Yuli dengan senyum lebarnya.
"Sebagai perempuan kita harus percaya akan kekuatan diri kita sendiri. Karena kalau bukan kita, siapa lagi?" tambahnya.
Kepala Sekretariat Perusahaan PNM, Dodot Patria Ary menerangkan bahwa PNM berada pada garis depan dalam memberdayakan kaum perempuan. PNM selalu ada untuk membantu kaum perempuan dalam meningkatkan kesejahteraan ekonominya. Ia berharap dengan bertambah baiknya kehidupan ekonomi maka akan memperbaiki kondisi sosial dan lingkungannya.
"Untuk perempuan Indonesia, PNM terus membantu memberikan modal finansial, intelektual dan modal sosial," ucap Dodot.