Blora, Gatra.com- Harga kedelai dipasaran terus mengalami kenaikan. Kondisi ini membuat sejumlah perajin tahu tempe di Blora kelimpungan. Untuk bertahan hidup, mereka harus memutar otak.
Seperti yang dirasakan perajin tahu bernama Damsiah warga desa Patalan. Ia mengaku usahanya semakin berat dengan naiknya harga kedelai yang mencapai Rp 13 ribu per kilonya.
"Saat ini susah sekali pak. Masalahnya kedelainya naiknya sudah tinggi sekali, sedangkan kalau kemarau gini air beli, kayu beli otomatis penghasilan itu sangat minim sekali untuk kebutuhan sehari-hari," ungkapnya.
Meski harga kedelai tinggi, namun ia tidak berani mengurangi ukuran tahu. Ia khawatir banyak pelanggan yang tidak mau membeli lagi tahu miliknya.
"Kalau ukurannya dikecilkan itu tahunya semakin tipis, takutnya gak laku dipasaran gitu," ucapnya.
Saat ini, yang bisa dilakukan hanyalah mengurangi jumlah produksi tahu.
"Paling dikurangi produksinya. Kalau biasanya 1 kwintal sekarang 80 kilo," jelasnya.
Kondisi serupa juga dialami perajin tempe Ririn Suryani warga Dukuh Krabyakan Desa Temurejo. Ia bahkan sering mendapat komplain dari pelanggan karena tempe semakin mengecil.
"Ya pusing, Mas, ukuran tempe terpaksa saya perkecil. Sering dikomplain karena ukurannya kok semakin kecil. Tapi bagaimana lagi kalau tidak begitu kita rugi besar," ungkapnya.
Ia berharap agar pemerintah segera mengambil langkah agar harga kedelai bisa kembali normal di pasaran.
"Kalau harapannya semoga harga kedelai bisa Rp 9 ribu lagi, biar perajin seperti saya ini tetap bisa dapat untung," harapnya.