Aceh, Gatra.com - Koordinator KontraS Aceh, Azharul Husna mengatakan, hingga saat ini, pengungsi Rohingya yang telah tiba di Aceh masih belum mendapat tempat penampungan dan masih berada di samping pantai. Azharul menduga, adanya niat pemerintah daerah untuk memulangkan para pengungsi Rohingya agar kembali melaut
Dugaan ini terlihat setelah adanya rapat koordinasi antara Pemerintah Daerah Aceh dengan pemerintah pusat.
“Dalam rapat koordinasi kemarin, pemerintah pusat sebenarnya sudah memberikan kewenangan kepada pemda untuk menunjukkan tempat untuk akomodasi,” ucap Azharul Husna melalui konferensi pers secara daring pada Selasa (21/11).
Azharul mengatakan, kewenangan untuk mengakomodasi kebutuhan pengungsi memang jatuh di tangan pemerintah pusat. Namun, untuk beberapa urusan, ada hal-hal yang bisa diserahkan kepada pemerintah daerah. Misalnya, penunjukkan lokasi penampungan para pengungsi.
“Yang masih menjadi kekhawatiran kami adalah disinyalir ada rencana untuk mengembalikan pengungsi yang saat ini berada di kawasan desa pinggir laut untuk kembali ke boat,” kata Azharul dalam konferensi pers bersama Amnesty International Indonesia ini.
Azharul pun menjawab mengenai dugaan adanya penolakan pengungsi Rohingya oleh masyarakat Aceh. Isu penolakan ini banyak beredar di media sosial. Azharul menegaskan, penolakan dari masyarakat justru disebarkan oleh oknum dan merupakan propaganda. Namun, KontraS Aceh belum punya bukti kuat untuk menyebut siapa oknum yang dimaksud.
KontraS mendorong agar pemerintah, baik daerah maupun pusat, agar dapat segera mengambil tindakan untuk mengatasi kebutuhan dari pengungsi Rohingya yang ada di perairan Aceh. Kegagalan negara dalam mengatasi hal ini dinilai dapat mencoreng Indonesia yang pada bulan Oktober 2023 lalu baru saja kembali diangkat menjadi anggota Dewan HAM PBB.
Beberapa hari yang lalu, masyarakat dikejutkan dengan isu adanya penolakan masyarakat Aceh terhadap pengungsi Rohingya. Jumlah pengungsi yang datang terus bertambah.
Berdasarkan data yang dimiliki Amnesty International Indonesia, hingga 19 November 2023, sudah ada sekitar 865 orang pengungsi yang datang dengan lima kapal. Mayoritas pengungsi adalah anak-anak, yaitu sekitar 409 orang. Sementara itu, pengungsi pria berjumlah 206 orang dan yang perempuan sebanyak 250 orang. Para pengungsi terbagi ke beberapa wilayah, yaitu sekitar Pidie dan Bireuen.