Jakarta, Gatra.com – Klinik fertilitas dan bayi tabung Kato Ojin Fertility Center kini menghadirkan metode mini in vitro fertilization (IVF) atau mild stimulation di Indonesia. Klinik ini mengadopsi metode atau protokol dari Group Kato Ladies Clinic dari Jepang.
CEO Kato Ojin Fertility Center, Rina Laurentie Sindunata, mengatakan bahwa Kato Ojin Fertility Center Indonesia ini merupakan yang hadir pertama di Tanah Air. Sebelumnya, Kato Group sudah ada di lima negara, yaitu Jepang, Filipina, Mongolia, Cina, dan Amerika Serikat.
“Yang membuat Kato Ojin Fertility Center berbeda dengan klinik fertilitas lain adalah penggunaan metode mini IVF. Metode ini merupakan natural cycle treatment sehingga aman untuk para wanita yang sedang atau akan mengikuti program hamil,” kata Rina dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat, (17/11/2023).
Di samping itu, kata Rina, dosis obat yang digunakan dalam metode ini terbilang minim dan less injection. Menurutnya, medical supplies yang digunakan oleh Kato Ojin Fertility Center sebagian besar berasal dari Jepang. Dengan demikian, kualitas dan tingkat akurasi hasilnya dari laboratorium terbilang tinggi, baik dari tahap awal sampai akhir.
“Komitmen Kato Ojin Fertility Center kepada pasutri Indonesia yang belum memiliki momongan adalah memberikan service quality yang terbaik kepada para pejuang garis dua dengan mendatangkan para dokter obgyn yang berkualitas dan bersertifikasi dari Kato Ladies Clinic di Jepang, serta peralatan yang canggih dan akurat untuk laboratorium IVF yang memiiki standar internasional,” kata Rina.
Sementara itu, Medical Director Kato Ojin Fertility Center, dr. Muhammad Dwi Priangga, Sp.OG, SubSP.FER, mengatakan bahwa metode stimulasi minimal (mild stimulation) ini bertujuan untuk mengurangi dosis penggunaan obat stimulasi indung telur yang rata-rata cukup tinggi dengan tetap mempertahankan keberhasilan perkembangan embrio kehamilan.
“Pada IVF konvensional, penggunaan obat stimulasi dossi tinggi bertujuan untuk merangsang ovarium agar memproduksi banyak sel telur untuk diambil. Namun, hal ini dapat menimbulkan berbagai efek samping dan komplikasi,” jelas Priangga.
Spesialis obgyn Kato Ojin Fertility Center, dr. Muhammad Fadli, Sp.OG, mengatakan bahwa anti-mullerian hormone (AMH) sering kali dikaitkan dengan kesuburan wanita. Menurutnya, hal ini tidak sepenuhnya benar. Ia mengatakan bahwa kadar AMH menggambarkan jumlah cadangan telur sebanyak dua juta.
“Saat memasuki pubertas angka ini menurun menjadi 300.000 dan tersisa sangat sedikit saat memasuki fase menopause. Unutk menilai cadangan telur, maka selain menggunakan tes AMH, penting juga untuk dilakukan pemeriksaan antral follicle count dengan menggunakan USG transvaginal,” kata Fadli.
Spesialis obgyn lainnya, dr. Eko Santoso, SpOG, mengatakan bahwa ketika seseorang penderita PCOS yang memiliki AMH tinggi berkeinginan untuk memulai program bayi tabung, maka dalam penanganannya perlu meminimalisir kejadian ovarian hyperstimulation syndrome (OHSS).
“Karena PCOS akan mempnyai risiko OHSS yang sangat meningkat. Efek samping OHSS paling ditakuti karena merupakan bentuk komplikasi serius IVF yang dapat terjadi ketika ovarium menghasilkan terlalu banyak folikel atau sel telur. OHSS dapat mengakibatkan morbiditas atau bahkan kematian,” kata Eko.
Sementara itu, Counselor Kato Ojin Fertility Center, dr. Iwan Budhiharto, mengatakan bahwa pasangan yang belum memiliki momongan dalam kurun waktu lama kemungkinan memiliki stressor tersendiri. Salah satunya adalah rasa cemas (anxiety) terkait penyakit, stigma dari orang lain, hingga tekanan dari orang tua atau mertua.
“Selain itu, kegagalan program IVF sebelumnya juga bisa memberikan dampak negatif dan pesimistis. Gaya hidup dan psikologi masing-masing pasangan dapat mempengaruhi kesuburan seseorang,” kata Iwan.