Home Pendidikan President University Berbagi Pengalaman dalam Forum China-ASEAN HR Cooperation dan Development di Guangxi

President University Berbagi Pengalaman dalam Forum China-ASEAN HR Cooperation dan Development di Guangxi

Jakarta, Gatra.com - Rektor President University, Profesor Chairy mengatakan bahwa dalam dunia bisnis, banyak produk atau jasa yang populer pada saat ini, dengan cepat menjadi usang pada esok harinya. Saat ini, siklus hidup suatu produk atau jasa menjadi semakin pendek.

Fenomena semacam itu terjadi juga dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu, menurutnya, untuk membuat lembaga pendidikan tetap relevan, termasuk lulusan yang dihasilkannya, mereka mesti mampu mengombinasikan penyelenggaraan pendidikannya dengan pendekatan yang bersifat praktis.

Hal itu diungkapkan Prof. Chairy dalam ajang China-ASEAN Human Resources Cooperation and Development Forum yang digelar pada Sabtu-Minggu (3-4/11) di Kota Nanning, Guangxi, China. Forum ini dihadiri oleh 300-an peserta dari China dan berbagai negara ASEAN. Sebagian peserta adalah para pejabat pemerintahan, para ahli dan cendekiawan dalam berbagai bidang keahlian.

Pada forum itu, Prof. Chairy memaparkan pidatonya yang bertopik The Role of University in Preparing Highly-Skilled Human Capital: The Case of Indonesia to Achieve Golden Indonesia in 2045. Untuk menyongsong Indonesia Emas, Prof. Chairy menyebut bahwa pemerintah menetapkan empat pilar, yakni SDM yang kompeten dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, akses infrastruktur yang adil, serta penguatan ketahanan nasional dan tata kelola.

Meski begitu, lanjut dia, dalam hal talenta yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, Indonesia relatif masih tertinggal jika dibandingkan dengan negaranegara tetangga di ASEAN dan Asia Pasifik. Merujuk pada laporan World Talent Ranking (WTR) yang dipublikasikan tahun 2023 oleh Institute for Management Development (IMD) yang berbasis di Swiss, Indonesia masih menempati peringkat ke-47. Sementara, negara tetangga, seperti Singapura menempati peringkat ke-8, Malaysia ke-33, dan Thailand ke-45. Lima negara teratas ditempati oleh Swiss, disusul Luksemburg, Islandia, Belgia dan Belanda. Di kawasan Asia Pasifik, Hongkong menempati peringkat ke-16, Australia ke-18, Taiwan ke-20, Korea Selatan ke-34, dan China di peringkat ke-41.

Merujuk laporan WTR, papar Chairy, negara-negara yang menempati peringkat atas menekankan betul pentingnya pelatihan profesional dan magang yang terintegrasi dalam sistem pendidikannya, ketimbang mata pelajaran yang bersifat akademis. Strategi itulah yang kini ditempuh pemerintah dengan mendorong pendidikan yang berbasis vokasi. Strategi lainnya, ungkap Prof. Chairy, dengan meningkatkan anggaran dalam bidang pendidikan.

Prof. Chairy juga menyebut bahwa President University sudah menerapkan pelatihan profesional dan magang. Sejak awal berdiri, President University memang sudah merancang magang sebagai bagian dari kegiatan perkuliahan.

"Itu sebabnya mahasiswa angkatan pertama, yang bergabung pada 2002, pun sudah menjalani program magangnya pada tahun 2005," ungkapnya.

"Mengapa magang begitu penting bagi kami? Ilustrasinya sederhana. Kalau kita ingin bisa berenang, di mana tempat belajar yang paling tepat? Di kelas, atau di kolam renang?" tambahnya.

Ia menjelaskan, lewat program magang, President University mendorong mahasiswa untuk langsung terjun ke dunia kerja dengan magang di berbagai industri. Konsep ini diterapkan pula untuk mahasiswa yang setelah lulus ingin mendidikan usaha sendiri atau menjadi pengusaha.

Dalam forum di China tersebut, Prof. Chairy juga memaparkan tentang konsep magang di President University yang terbagi dalam tiga tahap. Pada tahap pertama, mahasiswa sedini mungkin diperkenalkan dengan konsep dan pentingnya magang, serta didorong terlibat dalam berbagai kegiatan ekstrakurikuler untuk mengasah kemampuan kepemimpinannya. Selain itu, mahasiswa juga diajak untuk mulai membangun portofolio dirinya.

Pada tahap kedua, mahasiswa belajar dari para praktisi bisnis dan alumni tentang sukses berkarier dan pentingnya membangun jejaring. Di tahap ini, diharapkan mahasiswa dapat memvisualisasikan karier yang diinginkan di masa depan.

"Ajang seperti ini diharapkan mampu membulatkan tekad mahasiswa untuk berhasil dalam studinya," ujarnya.

Tahap ketiga adalah ketika mahasiswa betul-betul menjalani program magangnya di perusahaan atau organisasi lainnya. Untuk mencapai kinerja terbaiknya, selama magang mahasiswa akan dibimbing oleh dosen pembimbing dari President University dan dari pihak perusahaan atau organisasi. Pada tahap ini, mahasiswa memiliki kesempatan magang selama empat bulan hingga satu tahun.

"Oleh karena kinerjanya yang baik selama magang, banyak perusahaan yang tertarik untuk langsung merekrut mahasiswa tersebut. Itu sebabnya banyak mahasiswa President University yang sudah diterima bekerja, padahal yang bersangkutan belum lulus atau belum diwisuda," jelasnya.

Data tahun 2022, lanjut Prof. Chairy, sebanyak 55% mahasiswa President University ditawari oleh perusahaan untuk langsung bekerja sebelum mereka lulus atau diwisuda.

72