Paris, Gatra.com - Presiden Prancis Emmanuel Macron disebut kini menarik kembali komentarnya tentang serangan Israel yang menewaskan sejumlah warga sipil di Gaza, yang ia sampaikan dalam sebuah wawancara dengan BBC pada Jumat (10/11) lalu.
Pernyataan tersebut mendapat reaksi keras dari Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang menyebut Macron telah melakukan kesalahan serius. Sementara Presiden Israel mengatakan bahwa pernyataan tersebut begitu menyakiti dan melahirkan kekecewaan bagi Israel.
Pemimpin Prancis itu akhirnya menelepon Presiden Israel, Isaac Herzog pada Ahad (13/11). Macron mengklarifikasi posisinya dengan mengatakan bahwa dirinya tidak bermaksud menuduh Israel dengan sengaja melukai warga sipil yang tidak bersalah.
Macron juga menegaskan kembali dukungannya terhadap hak Israel untuk membela diri dan komitmennya untuk menjamin pembebasan sandera yang ditahan di Gaza, dan menjelaskan bahwa komentarnya dibuat sehubungan dengan situasi kemanusiaan.
Herzog meyakinkan Macron bahwa Israel mengambil semua tindakan yang mungkin dilakukan untuk mencegah ancaman terhadap warga sipil yang tidak terlibat dan melimpahkan kesalahan atas kematian warga sipil kepada Hamas.
Sebelumnya, Emmanuel Macron mengatakan kepada BBC bahwa dia dengan tegas mengutuk serangan Hamas terhadap Israel. Namun, ia juga melontarkan kritik atas tindakan Israel terhadap warga sipil di Gaza.
“Faktanya, saat ini warga sipil dibom... bayi-bayi ini, wanita-wanita ini, orang-orang tua ini dibom dan dibunuh,” ujarnya.
Saat ini Macron menyebut bahwa tidak ada alasan dan pemebenaran untuk melakukan hal tersebut. Ia pun mendesak Israel untuk berhenti. Menurutnya, gencatan senjata adalah satu-satunya solusi untuk melindungi seluruh warga sipil di Gaza.
Benjamin Netanyahu dengan cepat merespons pernyataan Macron. Ia menegaskan bawha Israel benar-benar melakukan segalanya untuk meminimalkan ancaman terhadap warga sipil dan mendesak Macron untuk tidak tunduk pada tekanan dari pihak-pihak yang menyerukan gencatan senjata di Gaza.
Israel melancarkan pemboman militer yang belum pernah terjadi sebelumnya di wilayah Gaza sebagai pembalasan atas serangan Hamas di yang menyebabkan sekitar 1.200 warga Israel tewas.
Lebih dari 11.000 warga sipil Palestina telah tewas dalam lebih dari empat pekan serangan artileri dan udara di Gaza, dengan lebih dari 8.000 di antaranya adalah wanita dan anak-anak.
Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) mengatakan bahwa di tengah serangan Israel, Rumah Sakit Al-Quds, fasilitas medis terbesar kedua di Gaza, telah berhenti beroperasi akibat pemadaman listrik lantaran kekurangan bahan bakar.
Mereka menyalahkan komunitas internasional dan negara-negara penandatangan Konvensi Jenewa Keempat karena tidak mampu berbuat apapun atas kehancuran total sistem layanan kesehatan di Gaza dan mengakibatkan krisis kemanusiaan yang mengerikan.