Home Internasional Derita Warganya Terpaksa Mengungsi di Tengah Kota Gaza yang Hancur

Derita Warganya Terpaksa Mengungsi di Tengah Kota Gaza yang Hancur

Gaza, Gatra.com - Jalan-jalan di Kota Gaza hancur. Penduduk terpaksa mengungsi pada hari Jumat (10/1). Baku tembak antara tentara Israel dan militan Hamas yang berkecamuk dan persediaan kebutuhan pokok sangat terbatas.

Tembakan keras, ledakan, dan dengungan pesawat tak berawak militer Israel terdengar saat malam tiba di Kota Gaza, di mana satu-satunya cahaya datang dari rumah sakit Al-Shifa, yang penuh dengan korban jiwa.

“Saya tidak optimis bahwa anak-anak saya atau saya akan selamat, mengingat intensitas pemboman dan tembakan,” kata Jawad Haruda, seorang warga, dikutip Al-arabiya, Jumat (10/11).

Dia menggambarkan perjalanannya melarikan diri dari kamp pengungsi pesisir Shati sebagai sebuah “tragedi.”

Militer Israel mengatakan pasukannya telah mencapai jantung kota, yang sebelum perang ramai dengan pembeli dan pengemudi yang melewati lalu lintas yang padat.

“Situasinya sangat sulit di Gaza. Pengeboman melanda semua wilayah, dan terjadi banyak bentrokan, seiring dengan serangan Israel,” kata koresponden veteran Al-Jazeera, Wael Al-Dahdouh kepada AFP setelah meninggalkan kota tersebut.

Setelah lima minggu pemboman Israel tanpa henti yang menewaskan orang-orang di tempat penampungan sekolah, rumah sakit, dan sejumlah rumah, ribuan warga berjalan ke selatan sejauh beberapa mil (kilometer) untuk menghindari serangan darat yang semakin intensif.

Badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA), hampir 1,6 juta orang menjadi pengungsi internal sejak 7 Oktober, hampir dua pertiga dari populasi Gaza.

Penghuni kamp Shati lainnya, Munir Al-Raii, mengatakan daerah tersebut kosong setelah serangan Israel yang “tanpa pandang bulu”.

“Rumah-rumah runtuh menimpa penghuninya, anak-anak atau perempuan, tidak menyisakan apa pun kecuali sisa-sisa manusia,” katanya sambil menggendong seorang anak kecil di pundaknya.

Israel mengatakan pihaknya mengusir militan di Gaza yang padat penduduknya, setelah serangan Hamas di Israel selatan pada 7 Oktober, yang menewaskan lebih dari 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, menurut pejabat Israel.

Kampanye militer Israel telah menewaskan lebih dari 11.000 orang di Gaza, sebagian besar warga sipil.

Kekurangan bahan pangan

Mereka yang selamat dari perang sejauh ini kini menghadapi kekurangan pasokan bahan pokok.

Mohammad al-Talbani, sambil menggendong bayi dan mengenakan ransel kecil saat melarikan diri, mengatakan “tidak ada yang tersedia sama sekali” di Kota Gaza.

“Ada kekurangan makanan dan air. Kami ke toko beli popok dan susu, yang seperti itu untuk anak, tidak ada,” ujarnya.

“Bahkan terjadi kekurangan bahan pangan, seperti kacang-kacangan dan makanan kaleng,” tambah Talbani.

Badan kemanusiaan PBB (OCHA) pada Kamis menyebut tidak ada toko roti yang berfungsi di Gaza utara.

Setelah serangan Israel terhadap panel surya di atap menyebabkan toko roti terbesar di Kota Gaza rusak, warga yang putus asa mengambil semua tepung dari tokonya pada hari Selasa.

“Kami tidak punya makanan, haruskah kami mati kelaparan ?” kata salah satu dari mereka, Daoud.

OCHA mengatakan badan tersebut telah mendengar laporan tentang orang-orang yang memakan bawang mentah untuk bertahan hidup.

Seruan global untuk menghentikan pertempuran guna meringankan bencana kemanusiaan yang melanda Gaza – serta mengizinkan sekitar 240 sandera yang direnggut dari Israel untuk dibebaskan – tidak diindahkan.

Penduduk Kota Gaza yang pergi berhasil lolos dari serangan darat, namun menghadapi risiko lebih besar terkena pemboman udara dan kepadatan penduduk yang ekstrem di wilayah selatan.

Mereka yang tidak bisa meninggalkan kotanya menghadapi peningkatan kekerasan di jalanan.

Berdiri di samping sejumlah jenazah di halaman rumah sakit Al-Shifa, seorang pemuda Palestina mengangkat tangannya ke langit.

“Tolong, itu sudah cukup, kami tidak tahan lagi!” katanya, menangis.

124