Malang, Gatra.com - Bagi Ayu Pramitha Sari (21), keinginan untuk mengenyam bangku perkuliahan adalah hal yang tak bisa diganggu-gugat. Cita-cita ia gantungkan, usaha ia lakukan, guna mendapatkan kesempatan untuk menjadi mahasiswa di sebuah perguruan tinggi.
Sebagai anak bungsu dari tiga bersaudara, Perempuan yang akrab disapa Mitha itu menjadi satu-satunya anak yang akhirnya bisa mengenyam bangku kuliah. Alasan ekonomi mungkin menjadi ganjalan. Orang tua Mitha, tak mempunyai penghasilan tetap.
“Jadi sempat khawatir kalau saya tidak bisa lanjut kuliah karena masalah biaya. Saat itu kalau tidak bisa kuliah, saya kepikiran ingin langsung kerja,” ujar Mitha saat ditemui di Universitas Negeri Malang (UM), Senin (6/11).
Sang ayah saat ini membuka jasa pijat urut dan supir panggilan. Sedangkan sang ibu, hanya memiliki usaha jahit kecil-kecilan di rumahnya. Penghasilan yang tak menentu itu yang sempat membuat pesimistis Mitha, untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang kuliah.
Namun, informasi beasiswa Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah yang diperoleh dari guru semasa SMA nya lah yang membuat asa itu kembali muncul. Mitha melihat, KIP Kuliah menjadi jalan untuk dirinya bisa berkuliah di tengah kondisi finansial yang tidak mendukung.
Kenyataannya, seleksi juga tidak bisa dikatakan mudah. Pada percobaan pertama Mitha gagal lolos seleksi penerima KIP Kuliah. Tak pelak, ia harus menunda niatnya untuk berkuliah. "Pada saat itu saya menyibukkan diri dengan menjadi guru les. Mengajar anak SD sampai SMP," ujar Mitha.
Tak patah arang, ia kembali mencoba seleksi KIP Kuliah di tahun berikutnya. Kali ini, takdir menjemput. Ia sukses lolos seleksi dan diterima dalam jurusan Akuntansi Universitas Negeri Malang. Pemilihan jurusan Akuntansi pun diakui Mitha tak memiliki kekhususan maupun dorongan. dari orang tua.
“Tapi karena saya suka pelajaran Matematika, suka hitung-hitungan, makanya memilih Akuntansi. Alhamdulillahnya diterima di jurusan ini,” beber dia.
Bersyukur sudah pasti dipanjatkan, namun ia merasa mendapatkan KIP Kuliah juga menjadi pelecut semangatnya untuk terus meningkatkan prestasi. Apalagi menjaga prestasi dan nilai IP untuk tidak menurun merupakan persyaratan para penerima KIP Kuliah.
"Yang pasti saya bersyukur sekali karena KIP Kuliah membuka pintu bagi cita-cita saya untuk berkuliah," beber dia.
Mendapat Dukungan Orang Tua
Sementara itu, saat ditemui di kediamannya di daerah Kepanjen, Kabupaten Malang, Siti Arofah, Ibu dari Mitha, mengaku keinginan anak bungsunya untuk berkuliah memang sangat kuat.
Ia menyadari, bahwa kondisi ekonomi keluarga agaknya akan sulit guna memenuhi impian dari putrinya untuk berkuliah. Namun, justru rasa percaya yang tinggi justru ditunjukan Mitha. Sang ibu seolah luluh melihat keteguhan hati sang anak.
Siti bercerita, Mitha kala itu meyakinkan dirinya bahwa kondisi ekonomi tak melulu menjadi batu sandungan seseorang untuk berkuliah. Apalagi, saat itu Mitha sembari mengenalkan peluang untuk memperoleh pembiayaan pendidikan melalui KIP Kuliah.
“Awalnya saya takut anak saya didiskriminasi dan dicap karena dari kalangan tidak mampu. Tapi, justru Mitha yang menguatkan saya. Saya kagum dengan rasa percaya dirinya yang tinggi,” tutur dia.
Setelah mendapat kabar bahwa Mitha menjadi lolos menjadi salah satu penerima KIP Kuliah, Siti pun merasa haru sekaligus bangga. Kini, ada satu anaknya yang bisa mendapat kesempatan untuk berkuliah. Sebagai orang tua, kini tugas Siti adalah untuk terus mendukung dan mendoakan sang puteri agar bisa menggapai cita-citanya.
“Dia itu bilang ingin jadi PNS (Pegawai Negeri Sipil). Ingin kerja di kantor,” ucapnya.
KIP Kuliah Menunjang Kebutuhan Kuliah
Bukan hanya terbantu masalah biaya kuliah, pembiayaan yang ia dapat setiap bulannya juga diakui sangat bermanfaat guna menunjang aktivitas perkuliahan dan pengembangan diri melalui organisasi. Sesuai ketentuan penerima, Mitha merupakan penerima klaster II yang besaran biaya hidup yang diberikan sebesar Rp. 950.000 per bulan.
Berbekal ilmu yang ia dapat di bangku kuliah, Mitha coba merancang keuangan dirinya dari besaran biaya hidup yang diberikan. Utamanya dalam upaya menabung sembari tetap bisa memenuhi kebutuhan penunjang kuliah dan pengembangan diri.
Teranyar, Mitha kini memiliki perangkat laptop yang ia gunakan untuk mengembangkan kemampuan akademik maupun non akademik.
"Laptop ini berguna untuk kuliah online. Sambil saya gunakan juga untuk melatih kemampuan desain grafis," jelas dia.
Apalagi di UM, kampus yang menaunginya, tak terlalu ketat dalam mengawasi penggunaan biaya hidup yang diterima. Hanya saja, ia pembinaan tetap dilakukan guna menumbuhkan kebijaksanaan dalam diri penerima KIP Kuliah.
“Jadi memang ditekankan agar mahasiswa penerima KIP ini bisa bijaksana, arif, dan bertanggung jawab terhadap penggunaan bantuan KIP Kuliah,” tutur dia.
Kedepan, Mitha akan terus mengejar cita-citanya sebagai seorang manajer akuntansi. Ia pun berharap, apa yang ia perjuangkan saat ini dapat bermanfaat, khususnya untuk keluarganya.
Penerima Diharapkan Makin Luas
Sementara itu, Rektor UM Hariyono, menyebut bahwa keberadaan KIP Kuliah diakui sangat membantu mahasiswa yang memiliki latar belakang ekonomi dan sosial yang kurang beruntung untuk bisa menuntut ilmu dan berprestasi.
Manfaat besar yang dihadirkan KIP Kuliah pun digarap terus hadir dan makin meluas. Saat ini sebanyak 4.464 mahasiswa UM diketahui menjadi penerima KIP Kuliah.
“Kalau di rata-rata tiap tahun kami menerima 1.460 mahasiswa. Itu sudah termasuk skema satu dan dua,” ujar Hariyono yang ditemui di Gedung Rektorat UM, Malang, Senin (6/11).
Hariyono juga menyebut mahasiswa penerima KIP Kuliah punya motivasi lebih untuk terus berprestasi dan mendapat nilai baik di perkuliahan. bahkan prestasi itu beberapa digapai di tingkat nasional dan internasional.
Selain itu, Ia juga mengakui para penerima KIP Kuliah banyak menonjolkan kebijaksanaan dan kemampuan untuk mengelola keuangan yang baik. Artinya, mahasiswa dapat secara arif menyalurkan manfaat ke hal-hal yang esensial dalam menunjang perkuliahan pengembangan diri.
“Jadi, kami bekali mahasiswa juga dengan kecerdasan finansial dan emosional dalam mengelola dana KIP Kuliah,” kata Hariyono menandaskan.