Jakarta, Gatra.com - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan, Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Fed menahan suku bunga acuan di level 5,25-5,50% pada Kamis (2/11) kemarin. Hal itu, berdampak pada mata uang dunia, termasuk Indonesia.
Menurut Perry, nilai tukar rupiah langsung menguat usai The Fed tahan suku bunga. Hingga hari ini, Rupiah pada awal perdagangan hari ini terus menguat tajam di posisi di posisi Rp15.805/ US$1.
"Pasca pernyataan The Fed, Rupiah menguat, Alhamdulillah," kata Perry dalam konferensi pers KSSK, Jumat (3/11).
Perry juga mengungkapkan bahwa, penguatan mata uang Rupiah juga ditopang koordinasi yang erat antara moneter dan fiskal. Ke depan, ia memastikan akan terus menjaga nilai tukar Rupiah tetap stabil.
"Koordinasi ini dilakukan di tingkat menteri, di tingkat direktur jenderal (dirjen) sampai di tingkat departemen pun hampir setiap minggu terus koordinasi, ini koordinasi yang sangat erat," ungkapnya.
Baca Juga: Ekonomi Indonesia Diproyeksi Tetap Tumbuh Hingga 5,3%, BI: Meningkat di 2024
Dilansir Reuters, Ketua Fed Jerome Powell mengatakan, situasi ini masih menjadi teka-teki, dan para pejabat bank sentral AS bersedia menaikkan suku bunga lagi jika kemajuan dalam inflasi terhenti, karena khawatir bahwa kenaikan suku bunga berbasis pasar mungkin mulai membebani perekonomian secara signifikan.
Powell mengatakan, keputusan tersebut dinilai lebih baik untuk saat ini, mengingat ketidakpastian ekonomi yang terjadi dengan mempertahankan suku bunga acuan The Fed dalam kisaran 5,25%-5,50%.
Menurut Powell, masih belum jelas apakah kondisi keuangan secara keseluruhan masih cukup ketat untuk mengendalikan inflasi sehingga ia menganggap masih jauh di atas target bank sentral sebesar 2%.
“Kami tidak yakin bahwa kami belum mencapai atau sudah mencapai kondisi yang cukup membatasi. Inflasi sudah turun, tapi masih berjalan jauh di atas target kami sebesar 2 persen," kata Powell.