Jakarta, Gatra.com - Ketua Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK) Jimly Asshiddiqie mengungkapkan adanya mafia peradilan di Tanah Air, yang datang dari berbagai kalangan. Bahkan, Jimly menyebut, para mafia peradilan itu kerap menggelar rapat kerja nasional (rakernas) dalam satu tahun sekali.
"Jadi, kalau mafia peradilan itu, kalau setahun sekali, para mafia itu rakernas. Ya kan? Itu cuma segelintir orang, tapi lumayan banyak. Mereka rakernas setiap tahun, lalu masing-masing melapor siapa yang paling banyak dapat duit," kata Jimly dalam persidangan yang berlangsung di Gedung MK RI, Jakarta, pada Jumat (3/11).
Tak sampai di sana, Jimly juga mengungkapkan bahwa semua pihak cenderung memperoleh "hasil". Di mana, jaksa dan polisi cenderung akan mendapatkan "hasil" yang cenderung setara, diikuti oleh pihak panitera, serta hakim yang biasanya berada pada urutan terakhir.
"Polisi lapor, sekian dapatnya. Jaksa lapor. Ternyata sama banyaknya antara polisi sama jaksa. Tapi sebenarnya lebih banyak jaksa, karena jaksa itu kerjanya sampai eksekusi. Ya kan? Tukang peras ini, diperas-peras semua," tutur Jimly.
"Nah, terus sampai terakhir, panitera. Panitera itu suka ngaku, hakimnya minta sekian. Padahal dia. Hakim pindahnya, ke provinsi ini, pindah sana, pindah sana. Paniteranya di situ saja. Dia jadi manajer. Nah, terakhir, baru hakim," lanjutnya.
Ketua MK pertama di Indonesia itu menyebut, hakim biasanya hanya mendapatkan "tulang-tulangan" dari sisa "hasil" yang diperoleh para mafia peradilan dari kalangan lain. Dengan kata lain, menurutnya, hakim cenderung memperoleh lebih sedikit dibanding advokat, polisi, maupun jaksa.
Namun demikian, "hasil" yang didapatkan para hakim tak serta-merta dapat diremehkan, karena hal itu menandakan bahwa semua pihak dalam memiliki potensi untuk ambil bagian dalam menikmati "hasil" dari proses peradilan yang dilakukan para mafia itu.
"Tetapi kata pengacara, waktu rakernas itu, ‘Ya, Pak Hakim, Bapak tinggal dapat tulang-tulangnya, tapi dalam tulang, ada sumsum’. Jadi, walhasil semua dapat. Semua kebagian," ujar Jimly.
"Tapi yang paling banyak dapat itu advokat. Mulai dari sebelum kejadian sampai eksekusi terus dapat. Makanya, advokat itu kaya-kaya. Nah, mudah-mudahan, Saudara boleh kaya, tapi idealisme jangan lupa," pungkasnya.