Jakarta, Gatra.com - Tanda pagar (tagar) Playing Victim sendiri kini tengah ramai diperbincangkan di media sosial Twitter (X), pada Kamis (2/11). Hal itu imbas dari serangan PDIP akhir-akhir ini yang kerap menyerang Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Gibran Rakabuming Raka.
Berdasarkan aplikasi monitoring media sosial TweetBinder, tagar #PlayingVictim sejak pukul 10 hingga pukul 17 mendapatkan 12.509 tweets, dengan Potential Impression (jumlah postingan tentang tagar yang ditayangkan) sebesar 16.155.307 tayangan, dan Potential Reach (orang yang melihat postingan berdasarkan tagar) berjumlah 1.962.076 orang.
Dengan dibubuhi tagar tersebut, warganet menilai pernyataan elit dan kader PDIP yang menyerang Jokowi dan Gibran di media hanya strategi untuk mencari keuntungan dengan memainkan peran seolah pihak yang terzalimi.
Seperti disampaikan akun @putrilalak yang mengatakan seharusnya PDIP fokus saja pada pemenangan pasangan Ganjar-Mahfud dengan mengangkat prestasi, bukan menyerang dengan mencari kesalahan Jokowi dan Gibran.
"Ya wess fokus aja menangkan GP dan MMD tidak perlu cari kesalahan yang lain apalagi pakai strategi #PlayingVictim," cuitnya.
"Udah gak laku lagi strategi #PlayingVictim. Masyarakat udah pinter ko menilai. Lebih baik fokus kepada pencalonan yang diusung masing-masing partai. Mas Gibran emang punya banyak prestasi yang baik dan sudah pantas untuk dijadikan cawapres," tambah @nur_albi90.
Sebelumnya, Analis sosial politik Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Ubedilah Badrun mengatakan PDIP terlihat semacam membuat strategi playing victim, seolah menjadi korban ditipu Jokowi. Padahal dulu menjadikan Jokowi petugas partai. Dalam konteks itu sesungguhnya membuat publik muak.
"Strategi playing victim ini bisa efektif jika argumennya kuat diterima publik. Tetapi jika argumennya lemah maka tidak mungkin diterima publik, maknanya strategi itu tidak efektif," ujarnya.
Menurut Ubeid, PDIP perlu legowo dengan keputusan kadernya yang mendukung maupun mencalonkan diri melalui partai lain di kontestasi pemilu 2024, termasuk Gibran Rakabuming Raka maupun Presiden Jokowi. Mencitrakan sebagai korban dari pilihan ini tidak membuat partai berlogo kepala banteng tersebut untung, sebaliknya menyebabkan publik muak.
"Hingga saat ini PDIP tidak memberhentikan keanggotaan Jokowi dan Gibran dari anggota partai maka PDIP dengan mudah dinilai publik sedang melakukan dramaturgi politik," jelasnya.