Jakarta, Gatra.com – Indonesian Contemporary Art & Design (ICAD) memberikan penghargaan khusus yakni Special Tribute to Benyamin Sueb, salah satu seniman legandaris Betawi. Apresiasi ini diberikan pada gelarannya ke-13 di grandkemang Hotel Jakarta yang berlangsung mulai 13 Oktober sampai dengan 26 November 2023.
“Kami memberikan special tribute to Benyamin Sueb. Ada instalasi instalasi untuk melihat kembali karya-karya seniman besar Benyamin Sueb,” kata Edwin Nazir, Festival Director ICAD 13, dalam konferensi pers di grandkemang Hotel Jakarta, Kemang, Jakarta Selatan (Jaksel), baru-baru ini.
Perwakilan dari Yayasan Benyamin Sueb, Nindia Alfi Saleha, menyampaikan, pihaknya takjub kepada ICAD yang memberikan apresiasi khusus kepada almarhum Benyamin Sueb atau Bang Ben, seorang maestro besar Betawi.
Dalam pameran ICAT ke-13 ini, pihaknya diberikan ruang yang menampilkan berbagai karya-karya almarhum sehingga pengunjung bisa merasakan bagaimana beliau dari semasa hidupnya sampai meninggal.
“Banyak sekali memori-memori dan juga memberikan hal-hal positif untuk para seniman sampai hari ini,” ujarnya.
Terkait apresiasi terhadap Bang Ben, lanjut dia, pihaknya banyak berkomunikasi dengan Lead Curator ICAD 13, Amanda Ariawan; dan para kurator lainnya. “Bang Ben itu seperti apa, kenapa harus Bang Ben,” ucapnya.
Sedangkan soal Feel Good Lab yang menjadi tema ICAD 13, lanjut perempuan yang karib disapa Nindi ini, babe --sebutan lain untuk Benyamin Sueb--, mencurahkan perasaan dan keluh kesahnya melalui melalui lagu yang diciptakannya.
“Mungkin teman-teman kenal dengan lagu-lagu 'Malam Minggu', 'Kompor Meleduk'. Berbagai isu, 'Tidak Ada Lowongan', banyak sekali lagu-lagu beliau yang sebenarnya merepsons isu-isu lingkungan dan juga sosial ekonomi,” ujarnya.
Nindi menambahkan, banyak sekali juga ironi pada bait-bait lagunya Bang Ben. “Tidak hanya sekadar memberikan sesuatu yang menghibur, ketawa, tidak. Sebenarnya melalui lagu-lagunya itu, mungkin yang tadinya orang sedih menjadi ketawa, orang yang tadinya diputusin pacaranya, ya ya, namanya juga hidup,” ujarnya.
Ia menyampaikan, mungkin Benyamin Sueb seperti itu, tidak dibuat-buat atau jujur apa adanya sehingga karya-karyanya sampai hari ini tetap mendapatkan apresiasi. “Mungkin Benyamin yang sampai hari ini banyak diapresiasi, salah satunya di ICAT 13 ini,” ucapnya.
Selaku perwakilan dari pihak keluarga dan Yayasan Benyamin Sueb, Nindi menyampaikan terima kasih atas apresiasi dan penghargaan dari ICAD 13. Pihaknya berharap dengan hadirnya Ruang atau Dunia Bang Ben dalam pameran ini bukan sekadar ruang kosong, tetapi melahirkan banyak ide-ide atau gagasan almarhum yang benar-benar meng-influence dari berbagai sisi bagi para pegiat seni dan lainya.
“Maksudnya, bukan hanya untuk seniman tertentu, tapi seluruhnya multi disiplin tadi. Saya senang sekali, takjub, dan semoga Babe bisa selalu menginspirasi seluruh seniman dan memberikan hal-hal positif,” katanya.