Jakarta, Gatra.com – Ketua Umum (Ketum) Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Dr. dr. Moh. Adib Khumaidi, SpOT, mengatakan, pihaknya akan terus mengawal perkembangan kasus infeksi virus Mpox (cacar monyet) di Indonesia.
Adib dalam keterangan pers diterima pada Senin (30/10), menyampaikan, pemantauan perkembangan kasus cacar monyet di Indonesia tersebut dilakukan oleh Satgas MPox PB IDI.
Selain itu, pihaknya juga terus bersinergi dengan pemerintah untuk memberikan penanganan terbaik bagi para pasien dan masyarakat. Diperlukan upaya berkelanjutan dan kerja sama dari seluruh pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, organisasi layanan kesehatan, dan organisasi internasional agar dapat mengatasi masalah Mpox di Asia Tenggara ini secara efektif.
“Perlu dilakukan peningkatan kesadaran masyarakat terhadap penyakit ini, peningkatan akses terhadap pengobatan yang efektif, peningkatan pendanaan untuk penelitian dan upaya pengendalian, serta pembentukan respons terkoordinasi yang melibatkan partisipasi semua negara terutama di Asia Tenggara,” ujarnya.
Berdasarkan laporan dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) bahwa penyakit Cacar Monyet atau MPox ini sebagai darurat kesehatan masyarakat global pada Juli 2022. Laporan WHO juga menyebutkan ada kekhawatiran bahwa masalah MPox ini agak terabaikan di wilayah Asia Tenggara karena kurangnya akses terhadap fasilitas medis yang memadai.
Ketua Satgas MPox PB IDI, Dr Hanny Nilasari, Sp DVE., mengatakan bahwa kurangnya kesadaran masyarakat terhadap penyakit ini adalah salah satu alasan utama diabaikannya Mpox di Asia Tenggara. Banyak masyarakat yang masih belum mengetahui gejala Mpox dan mungkin tidak tahu cara melindungi diri dari penyakit tersebut.
Menurut dia, kurangnya informasi ini dapat menyebabkan keterlambatan dalam mencari pertolongan medis, yang dapat berakibat lebih parah. Selain itu, sering terjadi kesalahpahaman mengenai penyakit ini bahwa Mpox bukanlah penyakit serius atau tidak umum terjadi.
Hal ini dapat mengakibatkan kurangnya kepedulian masyarakat terhadap penyakit ini dan keengganan mengambil tindakan untuk melindungi diri dari infeksi.
“Terlepas dari tantangan-tantangan ini, penting untuk menyadari peran kesadaran masyarakat dalam mengatasi masalah Mpox di Indonesia dan Asia Tenggara,” kata dia.
Hanny lebih lanjut menyampaikan, dengan meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai gejala-gejala penyakit ini dan terus mendidik mereka tentang cara melindungi diri dari infeksi, dapat mengurangi penyebaran penyakit dan meningkatkan hasil bagi mereka yang terinfeksi cacar monyet.
Hanny mengingatkan bahwa banyak penderita Mpox memiliki gejala ringan, yang mungkin tidak cukup parah sehingga memerlukan perhatian medis. Hal ini dapat mengakibatkan penyakit ini terabaikan, karena orang mungkin berasumsi bahwa gejalanya tidak serius dan akan sembuh dengan sendirinya.
Namun, ujar dia, kasus Mpox yang ringan sekali pun dapat menular dan menyebabkan penyebaran penyakit, serta berakibat fatal terutama pada pasien dengan imunitas rendah.
Cacar monyet atau Mpox adala penyakit yang mirip dengan cacar disebabkan oleh virus yang ditularkan dari hewan ke manusia dan dapat menimbulkan gejala ringan hingga berat Mpox dapat menular dari manusia ke manusia dan tidak hanya dari hewan ke manusia.
Cepatnya penyebaran Mpox secara global dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti tingginya jumlah orang yang bepergian, perdagangan internasional hewan seperti monyet, serta munculnya jalur penularan baru dari manusia ke manusia, khususnya melalui hubungan seksual Lelaki Seks Lelaki (LSL).
Selain itu, munculnya gejala yang tidak biasa dan masih minimnya ketersediaan vaksin MPox di negara-negara berisiko tinggi. Lebih dari 90 persen kasus MPox di dunia dilaporkan pada populasi khusus, yaitu homoseksual dan biseksual.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta per 27 Oktober 2023, sebanyak 15 orang dengan kasus positif, dan 1 kasus sembuh (Agustus 2022). Selain itu, dari 14 orang kasus positif aktif (positivity rate PCR 44 persen), dimana hampir semua bergejala ringan dan tertular secara kontak seksual. Data tersebut juga menyebutkan bahwa semua pasien tersebut adalah laki-laki usia 25-50 tahun.
Selain itu, data DKI Jakarta juga menyebutkan bahwa terdapat 20 orang dengan hasil PCR negatif, dan 2 orang yang masih menunggu hasil PCR. Dari tanggal 13 Oktober hingga saat ini terdapat 14 orang dengan kasus positif atau terduga positif yang saat ini tengah menjalani isolasi di RS. Kementerian Kesehatan juga telah menyediakan vaksin MPox yang telah diberikan pada 251 orang dari target 495 orang.