Home Internasional Serangan Udara dan Operasi Darat Israel: Puluhan Tewas di Gaza, Sebagian Besar Anak-anak

Serangan Udara dan Operasi Darat Israel: Puluhan Tewas di Gaza, Sebagian Besar Anak-anak

Gaza, Gatra.com - Puluhan warga sipil, sebagian besar adalah anak-anak, tewas dalam serangan udara baru yang menargetkan berbagai wilayah Jalur Gaza yang terkepung, khususnya di bagian utara dan tengah Jalur Gaza, Minggu (29/10).

Kantor berita Wafa Palestina, Minggu (29/10) melaporkan, setidaknya 23 orang tewas dalam serangan udara Israel yang menargetkan dua rumah di Jalur utara.

Di Gaza Tengah, pesawat tempur Israel menembaki sebuah rumah di daerah al-Zawaideh, yang mengakibatkan terbunuhnya beberapa warga sipil dan puluhan lainnya luka-luka.

Sebuah serangan udara menargetkan sebuah rumah di kamp pengungsi Nuseirat, di tengah Jalur Gaza, menewaskan seorang ibu dan semua anaknya.

Penembakan Israel juga menargetkan sebuah menara perumahan di lingkungan Tel al-Hawa, barat daya Kota Gaza.

Seorang anak, berusia delapan tahun, juga tewas dalam serangan udara Israel terhadap sebuah rumah di kota Rafah. Orang tua dan saudara kandung anak tersebut tewas dalam serangan udara sebelumnya, sehingga menghapus keluarga Abdallah Mousa Za'arab dari catatan sipil.

Tank Israel Masuk Kota Gaza

Israel mengisyaratkan niatnya untuk mengepung kota utama Gaza pada hari Minggu, dengan menerbitkan gambar tank tempur di pantai barat wilayah kantong Palestina tersebut, 48 jam setelah memerintahkan serangan darat yang diperluas melintasi perbatasan timurnya.

Reuters, Minggu (29/10) melaporkan, Israel menyatakan diri serangan itu sebagai “fase kedua” dari perang tiga minggu melawan militan Hamas, pada awalnya tidak terlihat oleh publik, dengan pasukan bergerak dalam kegelapan dan pemadaman telekomunikasi memutus akses warga Palestina. Reuters belum dapat memverifikasinya.

Menurut warga Gaza, pemutusan sambungan telepon dan internet tampaknya mulai mereda pada hari Minggu. Namun masih sangat menghambat operasi penyelamatan korban serangan Israel yang menimbulkan kehancuran, terutama di bagian utara Kota Gaza, tempat pusat pemerintahan dan komando Hamas.

Hamas mengatakan pihaknya menembakkan mortir terhadap pasukan Israel di Gaza utara, dan menyerang tank Israel dengan rudal.

“Israel memisahkan kami dari dunia luar untuk memusnahkan kami, namun kami mendengar suara ledakan dan kami bangga para pejuang perlawanan telah menghentikan mereka dari jarak beberapa meter,” kata Shaban Ahmed, seorang pegawai negeri yang tinggal di Kota Gaza, meskipun ada peringatan Israel untuk mengungsi ke selatan.

Ahmed mengatakan dia baru mengetahui pada hari Minggu bahwa sepupunya telah tewas dalam serangan udara dua hari sebelumnya karena pemadaman listrik.

Militer Israel menyebut, jet tempur Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menyerang lebih dari 450 sasaran Hamas, termasuk pusat komando operasional, pos pengamatan, dan pos peluncuran rudal anti-tank, dalam 24 jam terakhir.

Dikatakan beberapa pria bersenjata muncul dari sebuah terowongan dekat perbatasan Israel dan tewas atau terluka dalam bentrokan dengan tentara.

“Kami secara bertahap memperluas aktivitas darat dan cakupan pasukan kami di Jalur Gaza,” kata juru bicara IDF, Laksamana Muda Daniel Hagari.

Israel telah memperketat blokade dan membombardir Gaza sejak kelompok bersenjata Hamas menyerbu melintasi perbatasan ke Israel pada tanggal 7 Oktober, menewaskan sedikitnya 1.400 orang dan menyandera lebih dari 200 orang.

Otoritas medis di Jalur Gaza, yang memiliki populasi 2,3 juta orang, mengatakan pada hari Minggu bahwa 8.005 orang – termasuk 3.324 anak di bawah umur – telah terbunuh.

Seruang lindungi rakyat sipil

Israel telah berjanji untuk memusnahkan Hamas. Sebuah tugas yang digambarkannya memerlukan serangan darat yang berkepanjangan di, sekitar, dan di bawah Kota Gaza, di mana para militan memiliki jaringan bunker bawah tanah yang luas.

Negara-negara Barat pada umumnya mendukung apa yang mereka katakan sebagai hak pembelaan diri Israel. Namun muncul kecaman internasional atas jumlah korban pemboman dan seruan untuk “jeda kemanusiaan”, agar bantuan dapat menjangkau warga sipil Gaza.

Ada juga kekhawatiran akan terjadinya perang di Gaza, termasuk di Lebanon di mana tentara Israel dan kelompok Hizbullah yang didukung Iran saling baku tembak.

Pada hari Minggu, pasukan penjaga perdamaian PBB di Lebanon, UNIFIL, mengatakan salah satu anggotanya terluka setelah peluru menghantam pangkalan misi di dekat Houla, di perbatasan Lebanon-Israel sehari sebelumnya.

Israel mengatakan ada beberapa peluncuran roket atau mortir dari Lebanon di wilayahnya, dan mereka membalas tembakan tersebut.

Penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jake Sullivan mengatakan kepada CNN bahwa Israel harus menggunakan segala cara untuk membedakan antara warga sipil Palestina dan Hamas di Gaza.

Dia juga mendesak Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk “mengendalikan” kekerasan terhadap orang-orang tak bersalah di Tepi Barat yang diduduki.

Paus Fransiskus pada hari Minggu menyerukan gencatan senjata dan memperbarui seruannya untuk pembebasan semua sandera.

Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak dan Presiden Prancis Emmanuel Macron menyatakan keprihatinan tentang masuknya bantuan ke Gaza selama panggilan telepon pada hari Minggu, kantor PM Sunak melaporkan.

“Ketika persediaan makanan, air dan obat-obatan semakin menipis dan sebagian besar wilayah Gaza menjadi puing-puing, ribuan warga masuk ke gudang dan pusat distribusi badan pengungsi Palestina PBB (UNRWA), mengambil tepung dan kebutuhan pokok lainnya,” kata organisasi tersebut pada hari Minggu.

“Israel akan mengizinkan peningkatan besar bantuan ke Gaza dalam beberapa hari mendatang dan warga sipil Palestina harus menuju ke “zona kemanusiaan” di selatan wilayah kecil itu,” kata Kolonel Elad Goren dari Cogat, lembaga Kementerian Pertahanan Israel yang berkoordinasi dengan Palestina.

Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan pada hari Minggu bahwa 10 truk Mesir yang membawa makanan dan obat-obatan telah tiba di Gaza melalui penyeberangan Rafah, sehingga jumlah totalnya sejauh ini menjadi 94, hanya sebagian kecil dari jumlah yang dibutuhkan.

Pasokan makanan berkurang

Pengungsi Palestina yang tinggal di tenda-tenda di Khan Younis, Gaza, menggambarkan kondisi kehidupan yang mengerikan, dengan sedikit akses terhadap makanan dan air dan harus mengantri berjam-jam untuk mendapatkan toilet.

“Saya berharap Tuhan mengampuni kami dan perang berhenti,” kata Rami Al-Erqan, seorang ayah yang menggendong putrinya, salah satu dari enam anaknya.

“Kami mencapai keadaan di mana kami ingin mati di bawah reruntuhan hanya untuk mencari istirahat. Hidup kami adalah siksaan,” katanya.

Israel Tengah juga mendapat serangan roket besar-besaran pada hari Minggu, dengan sirene berbunyi di beberapa kota besar.

Brigade Al-Qassam, sayap bersenjata Hamas, mengatakan di akun Telegramnya bahwa mereka membom Tel Aviv sebagai tanggapan atas pembantaian Zionis terhadap warga sipil.

Mereka kemudian mengatakan bahwa pejuang mereka bentrok dengan pasukan Israel di barat laut Gaza, dan juga membakar dua tank Israel. Belum ada pernyataan langsung dari Israel mengenai klaim tersebut.

Konflik tersebut telah memicu demonstrasi besar-besaran di seluruh dunia untuk mendukung Palestina. Pada hari Minggu beberapa ribu orang berunjuk rasa di Beirut, menunjukkan solidaritas terhadap Gaza.

Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan mereka telah menerima peringatan dari pemerintah Israel untuk segera mengevakuasi rumah sakit al-Quds di Jalur Gaza, dan menambahkan bahwa penggerebekan yang dilakukan pada hari Minggu terjadi hanya 50 meter dari fasilitas tersebut.

Bulan Sabit Merah mengatakan sekitar 14.000 orang mencari perlindungan di rumah sakit dari serangan udara Israel.

Israel menuduh Hamas menempatkan pusat komando dan infrastruktur militer lainnya di rumah sakit Gaza, namun hal ini dibantah oleh kelompok tersebut.

Pejabat Palestina mengatakan sekitar 50.000 orang juga berlindung di Rumah Sakit Shifa Gaza, dan mengatakan mereka khawatir dengan ancaman Israel yang terus berlanjut terhadap fasilitas tersebut.

140