Jakarta, Gatra.com - Kemajuan teknologi telah membuka peluang dan tantangan baru bagi berbagai industri di seluruh dunia. Seiring perkembangan tersebut, Artificial Intelligence (AI) dan Machine Learning (ML) berperan sebagai pendorong utama inovasi yang merevolusi berbagai sektor serta memiliki dampak yang signifikan pada lanskap keamanan siber.
Pemimpin keamanan siber global, Palo Alto Networks, mengungkapkan dalam Laporan Kondisi Keamanan Siber di ASEAN tahun 2023 bahwa integrasi AI merupakan salah satu strategi utama yang diadopsi secara masif oleh organisasi-organisasi teknologi di seluruh ASEAN. Di Indonesia sendiri terdapat sekitar 70% organisasi yang sedang mempertimbangkan integrasi AI, menjadikan jumlahnya tertinggi di ASEAN.
Dengan pesatnya perkembangan teknologi AI dan ML, para penjahat siber akan terus mencari cara baru untuk mengeksploitasi teknologi tersebut untuk tujuan jahat. Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) memahami potensi kerusakan atau gangguan keamanan siber yang diakibatkan oleh lompatan teknologi yang diprediksi mampu mengubah pola pencarian data secara signifikan pada 2029.
Lompatan tersebut meliputi pembelajaran mesin (ML), kecerdasan buatan (AI), dan analisis big data hingga komputer kuantum. Aktivitas kejahatan siber tersebut mengakibatkan beberapa dampak dan kekhawatiran yang meliputi kerugian finansial, gangguan terhadap bisnis, pencurian kekayaan intelektual, hingga pelanggaran privasi.
Keberadaan UKM sangat bernilai bagi masyarakat lokal dan juga perekonomian Indonesia, namun mereka jugalah yang paling rentan terhadap gangguan dan kejahatan siber. Sayangnya, tidak seperti perusahaan besar, UKM pada umumnya tidak memiliki SDM, keahlian, dan juga sumber daya lainnya yang memadai untuk melindungi keamanan siber dengan baik.
Akibatnya, mereka menjadi target empuk bagi para penjahat siber yang terus berevolusi. Lebih lagi, masih banyak UKM yang menilai keamanan siber sebagai inisiatif sesaat atau hanya perlu dilakukan sekali, bukan berkelanjutan—sehingga mereka tidak memperbarui kemampuan keamanan mereka untuk mengimbangi para aktor jahat. Hal tersebut yang melatarbelakangi pentingnya langkah-langkah keamanan siber yang kuat.
Wakil Presiden untuk ASEAN di Palo Alto Networks, Steven Scheurmann mengatakan, dalam rangka memperingati Bulan Kesadaran Keamanan Siber di bulan Oktober ini, Palo Alto memantapkan misi kami untuk memberdayakan UKM dengan postur keamanan siber yang lebih kuat, dengan menyadari peran penting mereka sebagai salah satu tulang punggung perekonomian di Indonesia.
“Sangat penting untuk diingat bahwa UKM, seperti halnya organisasi yang lebih besar, memiliki data berharga yang dicari oleh para penyerang siber untuk mendapatkan keuntungan finansial,” kata Steven.
Karena lanskap ancaman terus berkembang, langkah-langkah keamanan tradisional saja tidak lagi memadai untuk memerangi serangan siber canggih seperti phishing, serangan ransomware, kampanye jahat, dan banyak lagi. Malware tingkat lanjut dapat berubah bentuk untuk menghindari deteksi, dan menggunakan pendekatan tradisional berbasis tanda tangan membuatnya sangat sulit untuk mendeteksi serangan tingkat lanjut tersebut.
Hanya pembelajaran mesin yang dapat mengatasi semakin banyaknya tantangan dalam keamanan siber: meningkatkan solusi keamanan, mendeteksi serangan yang tidak dikenal, dan mendeteksi serangan tingkat lanjut, termasuk malware polimorfik.
Teknologi AI dan ML berperan dalam merevolusi cara profesional keamanan siber mendeteksi, mencegah, dan memitigasi ancaman siber. AI dan ML memainkan peran penting dalam meningkatkan keamanan siber untuk UKM dengan menyediakan deteksi ancaman tingkat lanjut, manajemen kerentanan proaktif, dan kemampuan respons insiden otomatis.
Dengan menganalisis kumpulan data yang sangat besar dari informasi serangan historis dan memanfaatkan umpan intelijen ancaman waktu nyata, sistem AI dapat mendeteksi dan menilai potensi serangan dengan akurasi dan kecepatan yang lebih tinggi.
Hal ini memungkinkan tim keamanan untuk merespons dengan cepat, meminimalkan kerusakan, dan mencegah pelanggaran data. Steven menyebut, bisnis yang berukuran kecil dan sumber daya terbatas pun dapat membangun postur keamanan yang tangguh, sehingga sulit ditembus oleh penyerang, asalkan ada budaya keamanan siber yang kuat di dalam perusahaan.
“Visibilitas holistik, pendekatan “zero-trust”, dan integrasi AI akan membantu memastikan bahwa UKM dapat meningkatkan keamanan cloud mereka untuk melindungi dari ancaman saat ini dan masa depan, di mana pun mereka memilih untuk bekerja,” pungkas Steven.