Gaza, Gatra.com - Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza mengatakan pada hari Sabtu bahwa sedikitnya 7.703 orang telah tewas dalam perang dengan Israel, yang meletus pada tanggal 7 Oktober.
“Lebih dari 3.500 anak-anak termasuk di antara korban tewas,” tambah kementerian tersebut, dikutip AFP, Sabtu (28/10).
Konflik yang sedang berlangsung antara Hamas dan Israel telah menyebabkan jumlah korban jiwa tertinggi di Gaza sejak Israel secara sepihak menarik diri dari wilayah tersebut pada tahun 2005.
Tentara mengatakan Israel mengintensifkan pemboman di Jalur Gaza pada Jumat malam. Menyerang puluhan sasaran Hamas, terutama terowongan bawah tanah.
“Serangan udara dan artileri menghancurkan ratusan bangunan dan ribuan rumah di seluruh Jalur Gaza,” kata dinas pertahanan sipil di wilayah Palestina.
Pasukan Israel Masih di Lapangan, Hamas akan kerahkan Kekuatan Penuh
Hamas akan menghadapi serangan Israel dengan “kekuatan penuh” setelah militer Israel memperluas serangan udara dan daratnya, di daerah kantong Palestina. Itu menunjukkan bahwa serangan darat yang telah lama dijanjikan telah dimulai, pada Sabtu (28/10).
Israel mengatakan bahwa pasukannya, yang dikirim pada Jumat malam, masih berada di lapangan, tanpa menjelaskan lebih lanjut. Negara tersebut sebelumnya hanya melakukan serangan singkat ke Gaza selama tiga minggu pemboman dengan alasan membasmi militan Hamas, yang dikatakan telah membunuh 1.400 warga Israel pada 7 Oktober.
“Pasukan masih di lapangan dan melanjutkan perang,” kata Laksamana Muda Daniel kata Hagari pada konferensi pers pada Sabtu pagi.
Baca Juga: Erdogan: Barat Tidak Patuh Hukum, Pertumpahan Darah di Gaza adalah Urusan Umat Islam
Gaza hampir mengalami pemadaman total, dengan layanan internet dan telepon terputus selama lebih dari 12 jam pada Sabtu pagi. Perusahaan-perusahaan telekomunikasi dan Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan hal ini disebabkan akibat pemboman Israel.
Hagari mengatakan Israel akan mengizinkan truk yang membawa makanan, air dan obat-obatan memasuki Gaza pada hari Sabtu. Itu mengindikasikan bahwa pemboman mungkin akan berhenti, setidaknya di wilayah perbatasannya dengan Mesir, di mana sejumlah kecil bantuan telah tiba.
Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan pemadaman listrik membuat ambulans sangat sulit dan tidak mungkin menjangkau semua korban luka di Gaza.
“Evakuasi pasien tidak mungkin dilakukan dalam keadaan seperti itu, atau menemukan tempat berlindung yang aman,” katanya dalam sebuah postingan di X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter. Ia juga mengatakan WHO tidak dapat menghubungi staf dan fasilitas kesehatannya.
Kelompok militan Palestina yang menguasai Gaza mengatakan para pejuangnya bentrok dengan pasukan Israel, di daerah dekat perbatasan dengan Israel.
Hagari mengatakan pada Jumat malam bahwa pasukan daratnya memperluas operasi mereka bersamaan dengan serangan udara ekstensif terhadap terowongan yang digali oleh Hamas, dan infrastruktur lainnya.
“Selain serangan yang dilakukan dalam beberapa hari terakhir, pasukan darat memperluas operasinya malam ini,” katanya.
“Semalam, jet tempur IDF menyerang 150 sasaran bawah tanah di Jalur Gaza utara, termasuk terowongan teror, ruang tempur bawah tanah, dan infrastruktur bawah tanah tambahan. Selain itu, beberapa Hamas terbunuh,” kata militer Israel.
Baca Juga: Israel Perluas Operasi Serangan Darat di Gaza, Jaringan Komunikasi Diputus
Dalam pernyataan terpisah, militer Israel mengatakan satu serangan telah menewaskan pemimpin serangan udara Hamas, Asem Abu Rakaba, yang menurut mereka memainkan peran penting dalam serangan 7 Oktober yang memicu perang saat ini.
Menurut militer Israel, Abu Rakaba mengawasi drone Hamas, paralayang, deteksi udara, dan pertahanan udara.
“Dia mengarahkan untuk menyusup ke Israel dengan paralayang dan bertanggung jawab atas serangan pesawat tak berawak terhadap pos-pos IDF (Pasukan Pertahanan Israel),” katanya pada sebuah pernyataan.
Sayap bersenjata Hamas, brigade Al-Qassam, mengatakan pada Sabtu pagi bahwa para pejuangnya bentrok dengan pasukan Israel di kota Beit Hanoun di timur laut Gaza, dan di daerah tengah Al-Bureij.
“Brigade Al-Qassam dan seluruh kekuatan perlawanan Palestina sepenuhnya siap menghadapi agresi dengan kekuatan penuh dan menggagalkan serangan tersebut,” katanya.