Jakarta, Gatra.com - Wakil Presiden RI Ma'ruf Amin mengungkapkan, Pemerintah telah menetapkan Indonesia Emas 2045 sebagai tujuan kolektif untuk mewujudkan Indonesia yang makmur serta tumbuh secara inklusif dan berkelanjutan.
Ma’ruf menilai, meskipun Indonesia memiliki banyak asset dan juga memiliki potensi yang besar untuk menjadi negara berpenghasilan tinggi. Namun, hal tersebut tidak terlepas dari beberapa tantangan Indonesia ke depan yang harus dihadapi untuk mewujudkan cita-cita besar itu.
“Berbagai tantangan juga masih dihadapi, tugas kita beraama adalah mengoptimalkan segala potensi dan peluang untuk mewujudkan cita-cita besar tersebut,” katanya dalam acara Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) ke-10 Tahun 2023 di JCC Jakarta, Kamis (26/10).
Menurut Ma’ruf, untuk mewujudkan cita-cita besar tersebut salah satunya memalui pengoptimalan capaian target Produk domestik bruto (PBD) pada 2045 mendatang melalui digitalisasi. Ke depan teknologi tranversal (Transversal/Cross-Cutting Technologies) dinilai menjadi salah satu pergerak utama pertumbuhan ekonomi global.
Terlebih, nantinya penerapan teknologi dan digitalisasi menjadi sebuah syarat bagi seluruh sektor potensial agar sukses menapaki langkah menuju Indonesia emas 2045.
“Tanpa adalnya inisiatif strategis untuk mempercepat implementasi teknologi transversal Indonesia tidak akan mungkin optimal dalam pencapaian target PDB tahun 2045,” ungkapnya.
Untuk diketahui, kondisi ekonomi Indonesia saat ini yang kian solid, ditandai dengan indikator fundamental seperti pertumbuhan ekonomi yang mampu mencapai 5,17% di kuartal 2-2023, akan menjadi bekal menuju Indonesia Emas 2045 mendatang. Melalui Visi ini, Indonesia menargetkan predikat sebagai “High Income Country” dapat terwujud menjelang tahun 2045.
Dalam Rapat Kerja Pelaksana BPK RI Tahun 2023, Senin (28/08), Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan bahwa sasaran yang ingin dicapai Indonesia pada tahun 2045 diantaranya yakni memiliki PDB Nominal sebesar USD9,8 triliun, dengan GNI per kapita US$30.300, porsi penduduk middle income sebesar 80%, kontribusi industri manufaktur pada PDB mencapai 28%, dan penyerapan 25,2% tenaga kerja.
“Pertumbuhan (ekonomi) pertahun 5% tidaklah cukup. Jadi kita butuh tumbuh 6% sampai 7%. Namun salah satu yang menjadi catatan yaitu ICOR (Incremental Capital Output Ratio) kita di tahun ini terlalu tinggi yaitu 7,6. Ini artinya bahwa investasi yang kita masukkan belum terlalu optimal,” tutur Airlangga.