Home Internasional Israel terus Menggempur Gaza, Para Pemimpin Dunia Serukan Penghentian Konflik

Israel terus Menggempur Gaza, Para Pemimpin Dunia Serukan Penghentian Konflik

Gaza, Gatra.com - Militer Israel mengintensifkan pemboman di Gaza selatan semalam. Hari yang paling mematikan bagi warga Palestina sejak konflik dimulai ketika para pemimpin dunia menyerukan penghentian pertempuran, yang memungkinkan bantuan masuk ke wilayah kantong yang terkepung.

Reuters, Rabu (25/10) melaporkan, di tengah kekhawatiran konflik Israel-Hamas akan menyebar ke Timur Tengah, militer Israel mengatakan jet-jet tempurnya juga menyerang infrastruktur tentara Suriah, dan peluncur mortir sebagai respons terhadap roket yang diluncurkan dari sekutu Iran, Suriah.

Militer tidak memberikan rincian lebih lanjut. Mereka tidak menuduh tentara Suriah menembakkan dua roket tersebut, yang memicu sirene serangan udara di Dataran Tinggi Golan, yang diduduki Israel.

Mengutip sumber militer, kantor berita pemerintah Suriah (SANA) mengatakan serangan Israel menewaskan 8 tentara dan melukai 7 lainnya dalam agresi udara, di dekat kota Daraa di barat daya.

Seruan Gencatan Senjata

Amerika Serikat dan Rusia memimpin seruan internasional untuk menghentikan pertikaian antara Israel dan Hamas, guna mengizinkan bantuan masuk ke Gaza, tempat bagi warga Palestina hidup dalam kondisi yang memprihatinkan.

“Sebanyak 704 warga Palestina, termasuk 305 anak-anak, tewas pada hari Selasa,” kata kementerian kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas. Jumlah korban ini menurut Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB adalah yang tertinggi, yang dilaporkan dalam satu hari sejak konflik dimulai pada tiga minggu yang lalu.

Baca Juga: Polisi Israel Menutup Masjid Al-Aqsa untuk Jamaah Muslim

Israel melancarkan serangan ke Gaza setelah militan Hamas menyerang kota-kota di Israel selatan pada tanggal 7 Oktober, dalam serangan yang menewaskan 1.400 orang, sebagian besar dari mereka adalah warga sipil.

Pembicaraan AS- Arab Saudi 

“Presiden AS Joe Biden dan Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman berbicara melalui telepon pada hari Selasa, dan menyetujui diplomasi yang lebih luas, untuk menjaga stabilitas di seluruh kawasan dan mencegah konflik meluas,” kata Gedung Putih.

Bentrokan mematikan semakin intensif antara militer Israel dan warga Palestina di Tepi Barat yang diduduki, dan terjadi kembali antara Israel dan kelompok bersenjata Hizbullah Lebanon, di sepanjang perbatasan Israel-Lebanon.

Iran, yang telah mengupayakan kekuasaan regional selama beberapa dekade, mendukung Hizbullah dan Hamas, dan telah memperingatkan Israel untuk menghentikan serangan gencarnya di Gaza.

Pasukan Israel yang melakukan serangan semalam di Tepi Barat yang diduduki, mendapat kecaman dari sekelompok warga Palestina yang kemudian diserang oleh militer dengan drone, kata militer Israel. Pejabat Palestina mengatakan tiga orang tewas.

“Sejak 7 Oktober, lebih dari 100 warga Palestina tewas dalam bentrokan di Tepi Barat dengan militer Israel,” kata kementerian kesehatan Palestina.

Militer Israel juga mengatakan pihaknya menargetkan sel penyelam Hamas, yang mencoba memasuki Israel melalui laut dekat Kibbutz Zikim.
Belum ada komentar langsung dari Hamas mengenai insiden tersebut.

AS telah menyarankan Israel untuk menunda serangan darat yang direncanakan, ketika Washington mencoba membebaskan lebih dari 200 lebih sandera Hamas di Gaza.

Baca Juga: Kehabisan Bahan Bakar, Listrik Padam di Rumah Sakit Indonesia di Gaza

Namun, ketika ditanya apakah dia mendesak Israel untuk menunda invasi daratnya, Presiden AS Joe Biden mengatakan kepada wartawan: “Israel mengambil keputusan sendiri.”

Dalam sebuah pernyataan yang dirilis di media sosial, Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza yang dikuasai Hamas mengatakan setidaknya 5.791 warga Palestina telah tewas akibat pemboman Israel di wilayah kantong tersebut sejak 7 Oktober, termasuk 2.360 anak-anak.

AS dan Rusia menawarkan proposal tandingan

Selasa malam, delapan truk berisi air, makanan dan obat-obatan memasuki Gaza dari Mesir. Badan-badan PBB mengatakan lebih dari 20 kali lipat jumlah pengiriman yang dibutuhkan saat ini untuk 2,3 juta penduduk di jalur pantai sempit tersebut.

Di PBB, Amerika Serikat dan Rusia mengajukan rencana yang saling bersaing mengenai bantuan kemanusiaan bagi warga sipil Palestina. Washington telah menyerukan penghentian pertempuran dan Rusia menginginkan gencatan senjata kemanusiaan. Jeda umumnya dianggap kurang formal dan lebih pendek dibandingkan gencatan senjata.

“Seluruh dunia mengharapkan seruan Dewan Keamanan untuk melakukan gencatan senjata yang cepat dan tanpa syarat,” kata Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia kepada Dewan Keamanan. 

Baca Juga: Hamas Bebaskan 2 Tawanan Perempuan Lanjut Usia

Negara-negara Arab dengan tegas mendukung seruan gencatan senjata kemanusiaan di tengah kehancuran yang meluas di Gaza.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pekan lalu juga menyerukan gencatan senjata kemanusiaan segera di Gaza.

“Meskipun kami tetap menentang gencatan senjata, kami pikir jeda kemanusiaan terkait dengan pengiriman bantuan yang masih memungkinkan Israel melakukan operasi militer untuk mempertahankan diri patut dipertimbangkan,” kata seorang pejabat senior AS.

Rumah sakit kehabisan bahan bakar

Para dokter di Gaza mengatakan pasien yang tiba di rumah sakit menunjukkan tanda-tanda penyakit yang disebabkan oleh kepadatan penduduk, dan sanitasi yang buruk setelah lebih dari 1,4 juta orang meninggalkan rumah mereka di daerah kantong tersebut, untuk mencari tempat penampungan sementara.

Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB mengatakan lebih dari sepertiga rumah sakit di Gaza dan hampir dua pertiga klinik layanan kesehatan primer ditutup, karena kerusakan atau kekurangan bahan bakar.

UNRWA, badan PBB untuk pengungsi Palestina, memperingatkan dalam sebuah postingan di platform pesan X bahwa mereka akan menghentikan operasi di Gaza pada Rabu malam, karena kekurangan bahan bakar.

Militer Israel pada hari Selasa menegaskan kembali akan melarang masuknya bahan bakar untuk mencegah Hamas menyita bahan bakar tersebut.

Mediator Qatar mendesak Hamas untuk mempercepat laju pembebasan sandera, dengan menyertakan perempuan dan anak-anak dan melakukan hal tersebut tanpa mengharapkan konsesi dari Israel. Tiga diplomat dan satu sumber di wilayah tersebut yang mengatakan setelah mengetahui perundingan tersebut.

Baca Juga: Malam Mematikan di Gaza, Serangan Udara Israel Menewaskan Sedikitnya 400 Orang

Negara Teluk tersebut, berkoordinasi dengan AS, memimpin pembicaraan mediasi dengan Hamas dan Israel mengenai pembebasan sandera.

Hamas sejauh ini telah membebaskan empat sandera – seorang ibu dan anak perempuan dengan kewarganegaraan ganda AS-Israel pada hari Jumat dan dua wanita sipil Israel pada hari Senin.

114