Jakarta, Gatra.com - Dana kompetitif atau Competitive Fund dapat memfasilitasi perguruan tinggi vokasi (PTV) untuk bertranformasi. Langkah ini menjadi salah satu upaya menciptakan atmosfer kampus vokasi yang ideal dan mampu mewujudkan lulusan berkualitas di level global.
Sejak dimunculkan pada 2020 lalu, program Competitive Fund telah menjadi kunci dalam meningkatkan relevansi pendidikan tinggi vokasi dengan dunia kerja dan dunia industri (DUDI). Adanya program tersebut, menjadi penyambung langkah dalam penyelarasan kurikulum, peningktan SDM, serta menciptakan kemitraan strategis dengan mitra dunia kerja.
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek, Kiki Yuliati mengatakan bahwa, program competitive fund vokasi menjadi salah satu upaya dalam mengakselerasi pendidikan vokasi untuk mencapai level kompetensi global. Tuntutan itu menjadi wajib dijawab, mengingat tantangan kerja kedepan sudah memasuki situasi di mana tidak ada lagi batas negara secara tegas.
“Mereka akan bekerja pada situasi kerja yang kompleks, boleh jadi mereka harus berhubungan atau berinteraksi dengan masyarakat global oleh sebab itu tuntutannya tetap pada level global,” ujar Kiki dalam keterangannya saat membuka program Competitive Fund Vokasi 2024, Rabu (25/10).
Hingga tahun 2023, Competitive Fund Vokasi telah memberikan bantuan kepada 79 perguruan tinggi vokasi, baik negeri maupun swasta, dengan total penerima 387 program studi (prodi).
Competitive Fund Vokasi telah mendorong terbentuknya teaching factory di antara ke-387 prodi tersebut. Keberadaan teaching factory tidak hanya menjadi salah satu wujud kemitraan dengan dunia industri saja, tetapi juga menjadi bagian dari ekosistem pendidikan vokasi yang ideal.
Lebih lanjut, Kiki menyebut bahwa pihaknya juga meluncurkan Dana Padanan (Matching Fund) sebagai program untuk intervensi terhadap pada dosen. Kedua program ini, Matching Fund dan Competitive Fund, merupakan bagian dari Merdeka Belajar episode ke-11: Kampus Merdeka Vokasi.
“Dua hal yang penting dalam program transformasi pendidikan vokasi adalah manusianya, yakni para mahasiswanya dan para dosen-dosennya. Lalu kemudian, para mahasiswa dan dosen yang hebat ini akan sulit untuk berkembang jika perguruan tingginya tidak transformatif,” kata dia.
Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Direktur Kelembagaan dan Sumber Daya Pendidikan Tinggi Vokasi, Muhamad Fajar Subkhan, coompetitive fund vokasi 2024 tetap berfokus pada upaya untuk mendukung perguruan tinggi dalam meningkatkan kesiapan kerja lulusan.
“Pada Competitive Fund 2024, batas jumlah mahasiswa aktif dan kerja sama aktif sebagai kriteria bagi setiap kelompok perguruan tinggi juga mengalami perubahan,” tutur Fajar.
Penyesuaian juga terdapat pada beberapa ruang lingkup Competitive Fund 2024 ini. Pada ruang lingkup penguatan tata kelola dan kemitraan, perguruan tinggi dapat memanfaatkan hibah ini untuk memperkuat produk unggulan, berkolaborasi dengan mitra industri, meningkatkan aktivitas pembelajaran pada teaching factory, serta meningkatkan citra baik (brand value) perguruan tinggi maupun prodi.
Selanjutnya, pada ruang lingkup peningkatan kualitas dan inovasi pembelajaran, perguruan tinggi dapat memanfaatkan program Competitive Fund Vokasi untuk meningkatkan kompetensi dosen dan tenaga kependidikan serta meningkatkan wahana pembelajaran yang mendukung produk unggulan.
Sementara pada ruang lingkup fasilitasi mahasiswa dalam program MBKM, Competitive Fund Vokasi dapat dimanfaatkan untuk penguatan technical skills (hard skills dan soft skills) serta karakter kerja bagi mahasiswa program MBKM yang akan mengikuti magang industri maupun kegiatan student mobility berskala internasional.
“Kami berharap program Competitive Fund Vokasi dapat memberikan manfaat bagi seluruh unsur perguruan tinggi, baik secara kelembagaan, bagi dosen dan tenaga kependidikan, mahasiswa, serta mitra dunia kerja atau industri,” ujar Fajar.