Home Internasional Israel terus Bombardir Gaza, 5.791 Warga Palestina Tewas

Israel terus Bombardir Gaza, 5.791 Warga Palestina Tewas

Gaza, Gatra.com - Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan bahwa serangan udara Israel telah menewaskan lebih dari 700 warga Palestina di Gaza semalam. Juru bicara kementerian Ashraf Al-Qidra mengatakan kejadian itu merupakan angka kematian tertinggi dalam 24 jam, dalam pengepungan Israel terhadap jalur sempit tersebut selama dua minggu.

Dikutip Al-arabiya, Selasa (24/10), badan-badan PBB memohon dan “berlutut” agar bantuan darurat diizinkan masuk tanpa hambatan ke Gaza. Mereka mengatakan bahwa lebih dari 20 kali pengiriman saat ini diperlukan untuk mendukung penduduk Palestina, setelah dua minggu pemboman.

Dalam pernyataan yang dirilis di media sosial, Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan setidaknya 5.791 warga Palestina telah tewas akibat pemboman Israel sejak 7 Oktober, termasuk 2.360 anak-anak. Sekitar 704 orang terbunuh dalam 24 jam terakhir.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada hari Selasa memohon agar warga sipil dilindungi, menyuarakan keprihatinan tentang pelanggaran nyata terhadap hukum kemanusiaan internasional, di Gaza.

Organisasi Kesehatan Dunia, dalam seruan terbaru PBB yang semakin putus asa, menyerukan “gencatan senjata kemanusiaan segera” yang memungkinkan pengiriman makanan, obat-obatan dan bahan bakar secara aman.

Namun tampaknya kecil kemungkinan terjadinya gencatan senjata dalam waktu dekat, dalam babak paling berdarah konflik Israel-Palestina selama beberapa dekade ini, dengan penderitaan warga sipil yang semakin meluas.

Para dokter di Gaza mengatakan pasien yang tiba di rumah sakit menunjukkan tanda-tanda penyakit yang disebabkan oleh kepadatan penduduk, dan sanitasi yang buruk setelah lebih dari 1,4 juta orang meninggalkan rumah mereka, untuk mencari tempat penampungan sementara akibat pemboman terberat yang pernah dilakukan Israel.

Rumah Sakit kehabisan bahan bakar

Semua rumah sakit mengatakan mereka kehabisan bahan bakar untuk menggerakkan generator listrik, sehingga mereka semakin tidak mampu merawat korban luka dan sakit. 

“Lebih dari 40 pusat kesehatan telah menghentikan operasinya,” kata juru bicara kementerian kesehatan.

Militer Israel menegaskan kembali tidak akan mengizinkan masuknya bahan bakar dengan alasan mencegah Hamas menggunakannya.

PBB mengatakan 20 truk yang sedianya mengirimkan bantuan ke Gaza melalui penyeberangan Rafah dari Mesir pada Selasa, belum memasuki wilayah kantong tersebut. Tidak ada alasan yang diberikan, namun PBB mengatakan pihaknya berharap konvoi tersebut akan tiba di Gaza pada hari Rabu.

Setelah serangan udara di Khan Younis di Gaza selatan, seorang warga, Abdallah Tabash menggendong putrinya yang meninggal, Sidra, dan menolak melepaskannya sambil memegangi wajah dan rambutnya yang berlumuran darah. 

“Saya ingin melihatnya sebanyak yang saya bisa,” katanya.

Tank dan pasukan Israel berkumpul di perbatasan antara Israel dan Gaza menunggu perintah untuk melakukan invasi darat. Ini adalah operasi yang mungkin diperumit oleh kekhawatiran akan kesejahteraan para sandera dan oleh militanyang dipersenjatai oleh Iran. Mereka menggali wilayah perkotaan padat menggunakan jaringan terowongan yang luas.

Hamas pada hari Senin membebaskan dua wanita Israel yang termasuk di antara lebih dari 200 sandera yang disandera selama aksi kekerasan tersebut – wanita ketiga dan keempat yang dibebaskan.

Salah satu dari mereka yang dibebaskan, Yocheved Lifshitz, 85 tahun, mengatakan dia dipukuli militan saat dia diculik dan mengalami kesulitan bernapas. 

Di Gaza, sandera dibawa ke sebuah tempat --apa yang disebut Lifshitz sebagai “jaring laba-laba”-- berupa terowongan lembab dan akhirnya mencapai sebuah aula besar di mana, di bawah penjagaan 24 jam. Seorang dokter mengunjungi mereka setiap dua hari sekali dan membawakan obat-obatan yang mereka butuhkan.

“Mereka memperlakukan kami dengan lembut dan memenuhi semua kebutuhan kami,” katanya.

Menurut tiga diplomat dan sebuah sumber di wilayah tersebut menyebut mediator Qatar mendesak Hamas untuk mempercepat laju pembebasan sandera dengan menyertakan lebih banyak perempuan dan anak-anak dan melakukan hal tersebut, tanpa mengharapkan konsesi dari Israel.

Negara-negara besar khawatir konflik akan menyebar

Seberapa cepat Israel akan melancarkan invasi besar-besaran ke Gaza masih belum jelas. Militer paling kuat di Timur Tengah itu menghadapi kelompok yang telah mengembangkan persenjataan kuat dengan bantuan Iran.

Negara-negara besar khawatir konflik ini dapat menyulut konflik di seluruh Timur Tengah dan beberapa pihak mendesak Israel untuk menahan diri, sambil menegaskan hak mereka untuk membela diri.

Bentrokan mematikan telah meningkat antara militer Israel dan warga Palestina di Tepi Barat yang diduduki, dan terjadi kembali antara Israel dan kelompok Hizbullah yang didukung Iran, dan bersenjata lengkap di sepanjang perbatasan kedua negara.

Kekhawatiran akan eskalasi regional terfokus pada jaringan proksi Iran di Suriah, Irak, dan Yaman. Kebakaran yang lebih luas akan membahayakan keamanan di kawasan yang menjadi kunci pasokan energi dunia.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB pada hari Selasa bahwa Washington tidak mencari konflik dengan Iran, tetapi memperingatkan bahwa pihaknya akan bertindak cepat dan tegas jika Teheran atau proksinya menyerang personel AS di mana pun.

Para pejabat AS mengatakan kepada Reuters bahwa militer AS mengambil langkah-langkah baru untuk melindungi pasukannya di Timur Tengah ketika kekhawatiran meningkat mengenai serangan kelompok yang didukung Iran, dan membuka kemungkinan evakuasi keluarga militer jika diperlukan.

140