Jerusalem, Gatra.com - Kekerasan mematikan telah meningkat di Tepi Barat ketika militer Israel mengejar militan Palestina setelah serangan Hamas dari Gaza. Diwilayah pendudukan Israel ini tercatat lebih dari 90 warga Palestina tewas dalam dua minggu terakhir, sebagian besar dalam bentrokan dengan pasukan Israel.
Kekerasan tersebut berpotensi membuka front lain dalam perang yang telah berlangsung selama dua minggu ini, dan memberikan tekanan pada Otoritas Palestina yang diakui secara internasional tapi sangat tidak populer di kalangan warga Palestina. Pengelola Tepi Barat ini tidak popular sebagian besar karena mereka bekerja sama dengan Israel dalam bidang keamanan.
Penghitungan tersebut mencakup enam warga Palestina yang tewas dalam insiden terpisah pada hari Minggu, termasuk dua orang yang tewas dalam serangan udara di sebuah masjid di kamp pengungsi Jenin yang menurut Israel digunakan oleh militan. Israel melancarkan serangan udara dalam pertempuran di kamp pengungsi Tepi Barat lainnya pekan lalu, yang menewaskan 13 warga Palestina, termasuk lima anak di bawah umur, dan seorang anggota Polisi Perbatasan paramiliter Israel.
Israel jarang menggunakan kekuatan udara di Tepi Barat yang diduduki, bahkan ketika mereka telah membombardir Gaza.
Selain penggerebekan tersebut, warga Palestina telah terbunuh dalam protes kekerasan anti-Israel dan dalam beberapa kasus akibat serangan yang dilakukan pemukim Yahudi.
Israel melakukan tindakan keras terhadap wilayah tersebut segera setelah serangan Hamas, menutup penyeberangan dan pos pemeriksaan antar kota-kota Palestina. Israel mengatakan pasukannya telah menahan lebih dari 700 tersangka di Tepi Barat, termasuk 480 anggota Hamas, sejak dimulainya permusuhan.
Dimulainya kembali serangan udara Israel – yang dalam operasi bulan Juli di Jenin mencapai tingkat intensitas yang belum pernah terlihat sejak pemberontakan Palestina melawan Israel dua dekade lalu – menunjukkan adanya perubahan dalam taktik militer.
Baca juga: Untuk pertamakalinya, Israel Menyerang Masjid di Tepi Barat Dengan Jet Tempur
Kekerasan yang semakin intensif terjadi setelah lebih dari satu tahun meningkatnya penggerebekan dan penangkapan di Tepi Barat dan serangan mematikan Palestina terhadap warga Israel.
Israel merebut Tepi Barat, bersama dengan Gaza dan Yerusalem timur, dalam perang tahun 1967. Palestina menginginkan ketiga wilayah tersebut untuk menjadi negara mereka di masa depan. Lebih dari 500.000 warga Israel tinggal di permukiman di Tepi Barat yang dianggap ilegal oleh sebagian besar komunitas internasional, sementara lebih dari 2,5 juta warga Palestina di wilayah tersebut hidup di bawah kekuasaan militer Israel.
Palestina memandang permukiman tersebut sebagai hambatan terbesar dalam menyelesaikan konflik dengan Israel. Pembicaraan damai terakhir yang serius dan substantif gagal lebih dari satu dekade lalu.
Kekerasan pemukim terhadap warga Palestina juga meningkat sejak serangan Hamas. Setidaknya lima warga Palestina telah dibunuh oleh pemukim, menurut pihak berwenang Palestina, dan kelompok hak asasi manusia mengatakan pemukim telah membakar mobil dan menyerang beberapa komunitas kecil Badui, memaksa mereka untuk mengungsi ke daerah lain.
Konsorsium Perlindungan Tepi Barat, sebuah koalisi organisasi non-pemerintah dan negara-negara donor, termasuk Uni Eropa, mengatakan setidaknya 470 warga Palestina terpaksa mengungsi di Tepi Barat karena kekerasan yang dilakukan pemukim sejak 7 Oktober. Jumlah tersebut merupakan tambahan dari lebih dari 1.100 orang. mengungsi sejak tahun 2022.