Home Regional Berkat Embung, Petani Sepakung Bisa Bercocok Tanam di Musim Kemarau

Berkat Embung, Petani Sepakung Bisa Bercocok Tanam di Musim Kemarau

Semarang, Gatra.com - Musim kemarau menjadi momok bagi para patani karena mereka tidak bisa bercocok tanam di sawah akibat kesulitan mendapatkan air.

Saat musim kemarau yang berlangsung beberapa bulan menyebakan sumber air, seperti sumur dan sungai mengering sehingga petani tidak bisa mengairi tanaman di sawah.

Namun, musim kemarau saat ini bukan lagi menjadi momok bagi petani Desa Sepakung, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang. Mereka masih bisa bercocok tanam.

Kebutuhan air untuk mengairi tanaman di sawah didapatkan dari embung yang berada di tengah areal persawahan milik petani.

Sehingga pada musim kemarau panjang tahun 2023, areal persawahan di Desa Sepakung yang berada di bawah kaki Gunung Telomoyo itu tampak hijau dengan tanaman jagung dan ketela rambat.

“Sejak adanya embung di Desa Sepakung pada tahun 2020, petani tidak mengalami kesulitan mendapatkan air pada musim kemarau,” kata Ketua Kelompok Tani Sido Makmur 2 Sepakung, Sugeng, kepada Gatra.com di lokasi embung baru-baru ini.

Sugeng menjelaskan, pembangunan embung berukuran 20 meter x 20 meter dengan kedalaman dua meter menelan dana Rp120 juta yang berasal dari bantuan APBD Provinsi Jawa Tengah dikerjakan pada 2019.

Peresmian embung dilakukan Wakil Bupati Semarang, Ngesti Nugraha (sekarang menjadi bupati Semarang) pada 8 Agustus 2020.

Kapasitas tampung embung bisa mencapai 550 meter kubik air yang dapat mengairi areal persawahan seluas 50 hektare saat musim kemarau.

“Pembangunan embung atas usulan petani. Dalam pembangunan petani ikut membantu tenaga menggali embung dan membuat jalan akses masuk untuk kendaraan pengangkut material,” ujarnya.

Dari pantauan di lapangan, pada musim kemarau tahun 2023, kondisi embung masih berisi air, kendati debitnya kurang dari separuh kapasitas yang ada. Sumber air embung berasal dari sendang yang lokasinya tidak jauh dari embung.

Selama musim kemarau, lanjut Sugeng, persediaan air embung masih bisa mencukupi untuk kebutuhan mengairi tanaman jagung dan ketela rambat di sawah setiap hari. Air embung tidak digunakan untuk keperluan masak, mandi, dan mencuci warga.

Mengingat jumlah petani mencapai 100 orang, maka penggunaan air embung dilakukan dengan cara bergiliran. Setiap hari, dua sampai tiga petani menyedot air embung menggunakan diesel berkekuatan 15 PK untuk mengairi sawah.

Untuk mengambil air embung, petani mengeluarkan biaya Rp50 ribu guna membeli solar menghidupkan mesin diesel.

“Adanya embung ini, petani Sepakung merasa senang dan bahagia, karena pada musim kemarau masih bisa bercocok tanam jagung dan ubi rambat sehingga sangat membantu ekonomi keluarga,” ujar Sugeng yang memiliki beberapa petak sawah.

Sugeng yang juga Kadus Krajan, Sepakung menyatakan, sebelum dibangun embung, bila musim kemarau petani tak bisa bercocok tanam, karena tak ada air. Bila tetap nekad menanam jagung atau ketela rambat hasil busuk, kekurangan air.

“Sebelum ada embung, petani mengandalkan air dari Sendang Ari Wulan, tapi kalau musim kemarau panjang tidak mencukupi mengairi tanaman sehingga mengakibatkan gagal panen,” jelasnya.

Sugeng menambahkan untuk pemeliharaan embung, kalau banyak kotoran dilakukan pembersihan secara begotong royong oleh petani pemilik sawah.

Petani Sepakung, Paryanto, menyatakan, adanya embung sangat bermanfaat, karena pada musim kemarau masih bisa menanam jagung dan ubi rambat.

“Dulu sebelum ada embung, saat musim kemarau kekurangan air. Kalau tetap menanam jagung dan ubi rambat gagal panen,” katanya.

Menurut Paryanto, menanam jagung dan ketela rambat dilakukan petani pada bulan Agustus, sedangkan untuk tanam padi bulan Februari karena musim hujan sehingga air mencukupi.

“Kami minta pemerintah memberikan bantuan mesin diesel dengan kekuatan 28 PK agar bisa mengaliri tanaman lebih luas,” ujarnya.

Seperti diketahui, pembangunan embung merupakan salah satu program dari mantan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo untuk mengatasi masalah kekurangan air yang dihadapi petani pada musim kemarau.

Ganjar yang menjabat gubernur Jawa Tengah dua periode, 2013-2018 dan 2018-2023 itu bahkan menggagas pembangunan sebanyak seribu embung.

Dilansir dari jatengprov.go.id, (23/10/2022), pembangunan seribu embung yang digagas Ganjar Pranowo sejak 2015 telah tercapai pada 2022 dengan membangun sebanyak 1.135 embung.

Dana pembangunan embung bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.

Pembangunan embung yang didanai APBN dikerjakan oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) sebanyak 141 buah dan Dinas Pertanian dan Perkebunan Jawa Tengah sebanyak 512 buah.

Pembangunan embung yang didanai APBD Jawa Tengah dilakukan secara gotong royong oleh Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air dan Penataan Ruang Jawa Tengah sebanyak 74 buah, Dinas Pertanian dan Perkebunan Jawa Tengah sebanyak empat unit, dan pemerintah kabupaten/ kota sebanyak 11 buah.

Jawa Tengah juga mendapat Dana Alokasi Khusus (DAK) dari pemerintah pusat untuk membangun sebanyak 390 embung, dan hibah corporate social responsibility CSR perusahaan sebanyak tiga buah embung.

141