Pasadena, Gatra.com- Bumi super pertama yang ditemukan para astronom telah mengeluarkan jeritan sinyal-sinyal aneh selama hampir dua dekade, dan para ilmuwan mungkin akhirnya mengetahui alasannya. Demikian Live Science, 20/10.
Gunung berapi di dunia yang mengerikan itu secara berkala terbuka dan memuntahkan gas panas yang membentuk atmosfer, namun atmosfer tersebut terbakar dan membuat planet ini gundul lagi, menurut sebuah studi baru. Pengujian teori tersebut akan melibatkan Teleskop Luar Angkasa James Webb (JWST) di planet ekstrasurya yang aneh.
Planet, 55 Cancri e, adalah dunia berbatu yang berukuran delapan kali lebih besar dari planet kita dan ditemukan pada tahun 2004. Jaraknya sekitar 40 tahun cahaya dari Bumi.
Planet ini sangat dekat dengan bintang induknya sekitar 300.000 km, kurang dari 2% jarak antara Bumi dan Matahari, (150 juta km) sehingga mampu menyelesaikan orbit penuh hanya dalam waktu 17 jam saja. Bandingkan dengan orbit Bumi yang memakan waktu 365 hari. Hal ini menimbulkan beberapa kondisi ekstrem di planet neraka ini yang sulit dijelaskan.
Mungkin aspek yang paling membingungkan dari planet ini, seperti yang ditunjukkan dalam sebuah makalah yang diterima pada September di Astrophysical Journal Letters, adalah sifat sinyal transitnya. Ini adalah cahaya yang terlihat dari Bumi ketika 55 Cancri e melintasi depan bintang induknya, menyebabkan gerhana kecil, dan perubahan cahaya juga terlihat ketika planet tersebut lewat bokong bintang induknya.
Terkadang, ketika 55 Cancri e lewat di belakang bintangnya, tidak ada cahaya tampak yang datang dari planet itu sendiri, sementara di lain waktu planet tersebut memancarkan sinyal cahaya tampak yang kuat. Dalam cahaya inframerah, selalu ada sinyal, meskipun kekuatan sinyalnya bervariasi.
Pengamatan cahaya inframerah dengan Teleskop Luar Angkasa Spitzer menunjukkan bahwa sisi siang hari planet ini mengalami suhu yang sangat terik, yaitu lebih dari 4.400 derajat Fahrenheit (2.427 derajat Celsius), sedangkan sisi malam memiliki suhu yang lebih dingin, namun tetap mengerikan, yaitu sekitar 2.060 F. (1127 C).
Dalam studi baru tersebut, penulis berhipotesis bahwa kedekatan planet dengan bintangnya menyebabkan pelepasan gas, yang berarti gunung berapi raksasa dan ventilasi termal terbuka, sehingga memuntahkan unsur-unsur panas kaya karbon ke atmosfer. Namun gas planet ini tidak dapat bertahan lama di atmosfer karena panas yang ekstrem, dan gas ini akhirnya terhempas, meninggalkan planet ini hingga pelepasan gas dimulai lagi.
Berbeda dengan kebanyakan planet, atmosfer 55 Cancri e tidak stabil. Proses pelepasan gas tersebut mencoba untuk menambah jumlah atmosfer, sementara radiasi ekstrim dan angin matahari dari bintang meledakkannya. Namun kedua proses ini tidak seimbang, sehingga menyebabkan planet terkadang memiliki atmosfer, namun terkadang tidak.
Para peneliti percaya ketidakseimbangan atmosfer planet ini dapat menjelaskan sinyal transit yang aneh. Saat planet berada pada fase “botak” tanpa atmosfer, tidak ada cahaya tampak yang keluar dari atmosfer planet, karena memang tidak ada, namun permukaan planet yang panas masih memancarkan cahaya infra merah. Ketika atmosfer menggembung, baik cahaya tampak maupun seluruh radiasi yang datang dari permukaan muncul dalam sinyal transit.
Meskipun ini hanya hipotesis, Teleskop Luar Angkasa James Webb menawarkan cara untuk mengujinya. Dengan mengukur tekanan dan suhu atmosfer planet, para ilmuwan dapat menentukan apakah atmosfer selalu ada.