Jakarta, Gatra.com - Lembaga Survei Indonesia (LSI) mencatat nama Prabowo Subianto sebagai sosok bakal calon presiden (bacapres) dengan tingkat keterpilihan paling tinggi menjelang periode pendaftaran capres-cawapres ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang dimulai pada Kamis (19/10) hari ini.
Dengan angka elektoral 37 persen, Ketua Umum Partai Gerindra itu berhasil mengungguli dua kandidat pesaing utamanya, yakni Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan, dalam simulasi survei 3 nama calon. Ganjar tercatat kalah tipis dari Prabowo dengan 35,2 persen, sedangkan Anies terekam kalah signifikan dengan 22,7 persen.
Dari hasil tersebut, LSI pun mencatat bahwa mayoritas masyarakat pemilih Indonesia telah mantap dengan pilihan sosok calon presiden (capres) mereka. Bahkan, sejumlah besar di antaranya menyatakan hampir tidak mungkin mereka mengubah pilihan politiknya dalam Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 mendatang.
"Kalau kita ukur dari sisi ini, ada 73,2 persen pemilih dari simulasi 3 nama [capres] itu yang sudah menyatakan bahwa mereka sudah tetap pilihannya, sudah solid. 73,2 persen. Cukup tinggi ya," kata Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan dalam acara rilis survei, pada Kamis (19/10).
LSI mencatat, ada sebanyak 46,1 persen pemilih ketiga kandidat itu yang mengaku kecil kemungkinannya mereka akan mengubah pilihan capres pada hari pemungutan suara mendatang. Sementara itu, 27,1 persen lainnya dengan lebih tegas lagi menyatakan bahwa mereka hampir tidak mungkin mengubah pilihan capres pada Februari 2024 nanti.
"Yang [menyatakan] masih bisa dengan mudah berubah itu ada 23,4 persen, ditambah 3,3 persen yang belum menjawab dalam survei ini. Jadi, ada sekitar 26,7 persen," ucap Djayadi.
LSI mencatat, dari jumlah tersebut, ada sebanyak 19 persen yang menyatakan cukup besar kemungkinan bagi mereka untuk mengubah pilihan pada kontestasi politik mendatang. Sementara itu, 4,4 persen di antaranya justru mengaku masih sangat besar kemungkinan bagi mereka untuk mengubah pilihan pada hari H pemungutan suara. Selain itu, terekam pula 3,3 persen suara yang belum menjawab survei LSI.
Jika dirinci pada masing-masing capres, maka Prabowo memiliki persentase jumlah pemilih kuat terbesar dibanding kedua pesaing utamanya, dengan 74,7 persen. Jumlah tersebut sedikit lebih unggul dari jumlah pemilih kuat Ganjar yang tercatat mencapai angka 72,8 persen dari keseluruhan pemilihnya. Sementara itu, Anies di urutan ketiga memiliki pemilih kuat dengan persentase sebesar 71,4 persen dari total pemilihnya.
"Dengan demikian, maka kalau kita lihat di sini, kembali ke simulasi 3 nama tadi. Maka, di putaran pertama, akan terjadi pertarungan yang sangat sengit untuk memperebutkan pemilih yang masih mudah berubah. Jumlahnya sekitar 27 persen," ucapnya.
Djayadi menilai, dengan perolehan jumlah pemilih kuat tersebut, baik Prabowo, Ganjar, maupun Anies, masih sama-sama memiliki kesempatan untuk masuk ke putaran kedua Pemilihan Presiden (Pilpres) pada tahun mendatang. Dengan demikian, kata Djayadi, putaran pertama maupun putaran kedua Pilpres 2024 nantinya sama-sama memiliki potensi besar untuk berlangsung secara sengit.
Sebagai informasi, survei nasional bertajuk "Peta Pilpres dan Pileg Menjelang Masa Pendaftaran Calon" itu dilaksanakan pada periode 2 - 8 Oktober 2023, atau beberapa waktu sebelum diumumkannya putusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait batas usia calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres). Survei tersebut dilaksanakan dengan metode wawancara terhadap 1620 responden, dengan margin of error sekitar 2,5 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.