Home Ekonomi Wise: Masyarakat Indonesia Membayar 15 Triliun Rupiah untuk Transaksi Mata Uang Asing

Wise: Masyarakat Indonesia Membayar 15 Triliun Rupiah untuk Transaksi Mata Uang Asing

Jakarta, Gatra.com – Perusahaan teknologi global untuk jasa transfer uang ke seluruh dunia, Wise, mengungkap bahwa masyarakat Indonesia kehilangan sekitar Rp15,09 triliun setiap tahun untuk biaya penukaran mata uang asing. Di mana sekitar Rp6,83 triliun merupakan biaya tersembunyi dalam bentuk markup nilai tukar, pembayaran, dan pembelian menggunakan kartu kredit. Sisanya, sebanyak Rp8,26 triliun merupakan biaya transaksi.

Data tersebut diperoleh dari penelitian independen yang dilakukan Capital Economics berkolaborasi dengan Wise pada Juli 2023 yang bertujuan memperkirakan besaran biaya transaksi mata uang asing di Indonesia untuk consumer research. Penelitian tersebut menyelidiki biaya yang dibayar oleh konsumen untuk transaksi mata uang asing setiap tahun di Indonesia dari tahun 2018-2022 di dua klaster, yakni pengiriman uang dari dan ke Indonesia serta pengeluaran oleh warga Indonesia di luar negeri.

Konferensi Pers Wise di Kawasan Senayan, Jakarta Selatan pada Rabu, 18 Oktober 2023 (GATRA/ Andhika Dinata)

Besaran dari biaya tersembunyi di Indonesia

Di antara masyarakat Indonesia yang sering mengirim uang ke luar negeri, sebagian besar mengetahui dua biaya utama untuk transfer internasional, yaitu biaya transaksi di muka (upfront fee) dan biaya nilai tukar (exchange rate fee). Namun, masih banyak yang belum mengetahui biaya remitansi yang sebenarnya. Sekarang biaya pengiriman uang antar negara rata-rata mencapai 6,3%. Hal itu berarti bahwa transfer uang sebesar US$1.000 atau sekitar Rp15 juta ke Indonesia masih dikenakan biaya sebesar US$ 63 atau sekitar Rp1 juta.

Upfront fee yang biasanya diungkapkan oleh provider seringkali berbeda dari biaya yang sebenarnya ditagih. Provider cenderung untuk tidak menggunakan kurs tengah dan tidak mengungkapan markup yang ditambahkan pada nilai tukar. Akibatnya, konsumen tidak sadar kalau mereka dikenakan biaya tambahan.

Baru-baru ini isu transparansi menjadi topik pembicaraan di Twitter atau X, setelah Ayudia Chaerani (@ayudiac), atau dikenal sebagai Ayudia Bing Slamet, seorang aktris, penulis, dan musisi Indonesia, membagikan pengalamannya saat transfer ke luar negeri pada platform social media miliknya.

Keinget transfer ke luar negeri buat temen/keluarga. Emang tau sih ada feenya, tapi pas nyampe ternyata ada duit yg kepotong lagi, kalau dari dulu tau gini aku pasti cari cara lain buat transfer,” cuit Ayudia di akun Twitter @ayudiac.

Pengalaman Ayudia ini tidaklah asing, karena sekarang semakin banyak orang dan bisnis yang merambah dunia internasional sehingga kebutuhan untuk memindahkan uang antar negara semakin meningkat. Saat ini, ada lebih dari 50.000 pelajar Indonesia yang menempuh pendidikan di luar negeri setiap tahunnya. Orang tua dari pelajar-pelajar ini, termasuk dari sekian konsumen Indonesia yang sering mengirim uang ke luar negeri. Pada 2022, mereka membayar total biaya sebesar Rp4,03 triliun, termasuk Rp2,7 triliun untuk biaya transaksi dan Rp1,32 triliun untuk margin nilai tukar, menurut studi Wise.

Ayudia mengungkapkan keprihatinannya dengan tingginya biaya tersembunyi untuk melakukan transfer uang ke luar negeri merujuk pada studi Capital Economics. “6 triliun ilang buat biaya tersembenyi? Gak nyangka markup nilai tukar bisa mahal banget. Pantesan kalo transfer ke luar negeri kok suke gede. Kebetulan punya kakak-kakak tinggal gak di Indo, jadi ngerasain bener huhuhu,” ucapnya.

Tenaga Kerja Indonesia (TKI) juga merupakan kelompok masyarakat yang ikut terdampak oleh biaya tersembunyi. Di tahun 2021, terlihat bahwa negara-negara dengan jumlah TKI terbanyak mencakup negara-negara yang mengirimkan remitansi terbesar ke Indonesia, yakni Arab Saudi (37,5%), Malaysia (25,2%), Uni Emirat Arab (7,5%), dan Singapura (4,1%). Konsumen-konsumen tersebut tercatat membayar Rp7,61 triliun untuk biaya transfer di tahun 2022, termasuk Rp 4,76 triliun untuk biaya transaksi dan Rp2,84 triliun untuk markup nilai tukar.

Infografis (Sumber: Wise Indonesia)

Studi juga mengungkap bahwa wisatawan Indonesia mengeluarkan total biaya sebesar Rp3,45 triliun ketika mereka berbelanja di luar negeri, di mana Rp2,66 triliun disembunyikan dalam bentuk markup nilai tukar.

Kampanye #TransparanBarengWise bertujuan meningkatkan awareness mengenai biaya tersembunyi

Wise meluncurkan kampanye nasional #TransparanBarengWise untuk mendidik masyarakat mengenai biaya tersembunyi dan mempromosikan transparansi harga di seluruh industri. Kabar baiknya provider telah membuat kemajuan signifikan dalam mengatasi masalah ini, meski masih ada hal-hal yang perlu ditingkatkan.

“Warga Indonesia semakin mengincar layanan yang lebih baik, lebih cepat, dan harga yang lebih terjangkau, karena perkembangan internet dan teknologi,” kata Country Manager Wise Indonesia, Elian Ciptono.

Menurutnya, hasil dari survei Wise bersama Capital Economics cukup jelas bahwa terjadi penurunan yang signifikan pada biaya layanan mata uang asing pada tahun-tahun terakhir di Indonesia, dari Rp21,47 triliun pada 2018 menjadi Rp15,09 triliun pada 2022. “Kami melihat ini sebagai evolusi dan tren di seluruh industri menuju transparansi yang lebih baik yang menguntungkan semua pihak,” ujar Elian.

Infografis (Sumber: Wise Indonesia)

Elian membeberkan empat tips ketika seseorang memutuskan untuk melakukan transfer uang ke luar negeri. Pertama, dengan memperhatikan biaya dan biaya tersembunyi. Caranya dengan memperhatikan nominal dari kurs nilai tengah yang digunakan. Kedua, jangan tertipu dengan iklan atau tawaran biaya “nol”. “Penyedia layanan dapat menyelipkan biaya tanpa sepengetahuan kita atau meningkatkan nilai tukar,” tutur Elian.

Ketiga, mencari layanan yang menawarkan kurs tengah. Menurut Elian, sebagian besar provider tradisional tidak mengonversi uang dengan nilai tukar yang tercantum di Google atau Reuters. Terakhir, membiasakan pembayaran dalam bentuk mata uang setempat ketika berada atau berpergian di luar negeri.

“Ketika kita berbelanja di luar negeri maupun secara online, jangan membayar dalam mata uang asal atau rupiah untuk menghindari biaya konversi mata uang yang fluktuatif,” ucap Elian.

Elian berharap kampanye nasional #TransparanBarengWise dapat menginformasikan dan mendidik masyarakat mengenai transparansi, yang juga sejalan dengan tujuan jangka panjang Wise untuk membantu orang-orang memindahkan dan mengelola uang dengan cara yang lebih cepat, murah, dan transparan.

Konsumen tetap disarankan untuk mencari penyedia layanan terbaik yang dapat memberikan nilai tukar dan biaya transaksi yang adil, atau untuk menggunakan platform pengiriman uang internasional seperti Wise.

Wise memberikan warga Indonesia layanan pengiriman uang ke lebih dari 70 negara di seluruh dunia dengan nilai tukar pasar tengah yang dapat ditemukan di Google atau Reuters, tanpa markup nilai tukar. Dengan Wise Account dan Wise Business, individu dan perusahaan dapat menyimpan lebih dari 40 mata uang, memindahkan uang antar negara, dan membelanjakan uang di luar negeri.

Sejumlah perusahaan besar dan bank saat ini juga menggunakan teknologi Wise; sebuah jaringan yang baru untuk uang dunia. Saat ini, terdapat 16 juta orang dan bisnis menggunakan Wise. Pada tahun fiskal 2023, Wise memproses sekitar £105 triliun dalam transaksi lintas batas serta menghemat sekitar £1,5 triliun bagi pelanggan.

328