Jakarta, Gatra.com - Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Faisal Basri mengungkapkan, Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) membutuhkan waktu sekitar 48,3 tahun untuk bisa balik modal. Menurut Faisal, hitungan tersebut merupakan perhitungan optimis terkait pengembalian nilai investasi proyek KCJB yang mencapai Rp114,4 triliun.
Dalam hitungannya, kereta yang diberi nama “Whoosh” ini diasumsikan memiliki kapasitas tempat duduk setiap rangkaian sebanyak 601 orang, terisi 100% dengan waktu operasional dari pukul 05.00-22.00. Faisal juga mengasumsikan dalam setiap hari ada 36 kali perjalanan dengan tarif rata-rata sekali jalan senilai Rp300 ribu. Serta, beroperasi setiap hari sepanjang tahun dengan total 365 hari, dengan menggunakan kurs senilai Rp14.300 per dolar AS.
“Nilai investasi Rp114,4 triliun. Pendapatan per tahun Rp2,369 triliun per tahun. Untuk mencapai nilai investasi butuh 48,3 tahun,” kata Faisal dalam diskusi publik bertajuk “Beban Utang Kereta Cepat di APBN” secara daring, Selasa (17/10).
Dalam kesempatan itu, Faisal mengungkapkan skenario lainnya, KCJB jika menggunakan kurs senilai Rp14.500 per dolar AS maka balik modal kereta Whoosh bisa mencapai 94 tahun. “Ganti saja (kurs) jadi Rp15.700, bisa jadi 100 tahun,” jelasnya.
Sebelumnya, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) meresmikan beroperasinya Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB), di Stasiun KCJB Halim, Jakarta Timur, Senin (02/10/2023) pagi.
Whoosh yang merupakan kereta berkecepatan tinggi pertama di Indonesia dan Asia Tenggara dapat melaju hingga kecepatan 350 kilometer per jam. Kereta yang menghubungkan Jakarta dan Bandung ini memiliki jalur sepanjang 142,3 kilometer dengan empat stasiun pemberhentian yaitu Halim, Karawang, Padalarang, dan Tegalluar.