Home Politik Relawan Ungkap Tiga Dosa Besar Jokowi Jika Gibran Jadi Cawapres Prabowo

Relawan Ungkap Tiga Dosa Besar Jokowi Jika Gibran Jadi Cawapres Prabowo

Jakarta, Gatra.com – Ketua Umum Harimau Jokowi, Saiful Huda Ems, mengungkapkan tiga dosa besar Presiden Jokowi apabila ia membiarkan anaknya, Gibran Rakabuming, menjadi calon wakil presiden (cawapres) Prabowo Subianto.

Harimau Jokowi merupakan pasukan khusus advokat dan aktivis jalanan relawan Jokowi. Selain berperan sebagai ketua umum di kelompok relawan tersebut, Saiful juga merupakan seorang advokat, aktivis 1998, dan pernah menjadi bagian tim Partai Demokrat versi Kongres Luar Biasa (KLB) di Deli Serdang besutan Moeldoko.

Saiful mengatakan bahwa dosa besar pertama Jokowi adalah pengkhianatan terhadap gerakan Reformasi 1998. Menurutnya, Prabowo merupakan salah satu tokoh Orde Baru (Orba) yang terlibat dalam penculikan aktivis di masa itu sebelum Reformasi 1998.

“Agum Gumelar, Wiranto, SBY, dll. sudah pernah memberikan kesaksiannya. Jika sekarang mereka dukung Prabowo untuk jadi capres 2024, berarti ada korsleting pemikiran. Begitu pula jika kemudian Jokowi membiarkan Gibran, putra sulungnya menjadi cawapresnya Prabowo. Itu berarti Jokowi berkhianat pada Gerakan Reformasi '98,” ungkap Saiful dalam keterangannya, Sabtu, (14/10/2023).

Lebih lanjut, Saiful mengatakan bahwa dosa besar kedua Jokowi adalah khianat sejarah. Menurutnya, Jokowi seharusnya bisa meluruskan sejarah alih-alih mendukung bacapres Prabowo.

“Harusnya dihentikan oleh Jokowi, atau minimal dikritisi. Akan tetapi yang terlihat justru Jokowi malah memberikan dukungan padanya untuk menjadi capres 2024. Apalagi jika anaknya diizinkan dan didukung untuk menjadi cawapresnya. Ini merupakan perbuatan yang tidak tahu malu bahkan bisa tergolong menjadi pengkhianat sejarah,” ujar Saiful.

Saiful menyebut bahwa dosa besar ketiga Jokowi adalah serakah. Menurutnya, Soeharto tak seserakah Jokowi yang membiarkan anaknya menjadi ketua umum sebuah parpol. Seperti diketahui, belum lama ini salah satu anak Jokowi, yakni Kaesang Pangarep, telah resmi menjadi ketum partai anak muda, Partai Solidaritas Indonesia (PSI).

“Sekejam-kejamnya Soeharto, sediktator-diktatornya Soeharto, seserakah-serakahnya Soeharto, Soeharto tidak pernah membiarkan anak-anaknya jadi ketua umum partai politik di masa kepemimpinan nasionalnya, apalagi membiarkan anaknya jadi capres atau cawapres,” kata Saiful.

Menurut Saiful, Soeharto masih bisa mengontrol diri dan sangat menghayati filosofi Jawa, yakni “ngono yo ngono namun yo ojo ngono”, yang berarti “begitu ya begitu namun ya jangan seperti begitu”.

“Artinya Soeharto itu sangat tahu batasan, tidak keterlaluan, tidak kebablasan, bukan seperti Jokowi dari mulai anak, menantu sampai adik ipar sudah dan mau diizinkan sebagai pejabat semua,” kata Saiful.

Dengan demikian, Saiful berharap wacana Prabowo dan Gibran hanya sebatas "hiburan" menjelang Pilpres 2024, dan tidak menjadi kenyataan yang sesungguhnya. Sebab jika itu menjadi kenyataan, kata dia, Jokowi akan segera hancur lebur nama baiknya.

833