Yogyakarta, Gatra.com -Konferensi Tingkat Tinggi ( KTT) Archipelagic and Island States (AIS) Forum yang digelar di Bali, Rabu (11/10), memberi kesempatan pada generasi muda untuk menampilkan inovasinya. Inovasi dari peneliti Yogyakarta mampu meningkatkan produktivitas perikanan sekaligus menjaga lingkungan.
Inovasi tersebut datang dari Fajar Sidik Abdullah Kelana, inovator muda dari Sragen, Jawa Tengah, yang menciptakan Banoo, microbubble aerator, sistem penjaga kualitas air untuk budidaya ikan.
Sebagai latar belakang, Direktur Lembaga Penelitian, Pengabdian, dan Pengembangan Masyarakat (LP3M) Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta ini menjelaskan dampak perubahan iklim terhadap sektor perikanan budidaya.
"Perubahan iklim telah menyebabkan penurunan kualitas air dan menyebabkan gagal panen yang berdampak pada 2,2 juta petani ikan di Indonesia dan petani ikan di belahan dunia lainnya," kata Fajar di Yogyakarta, Sabtu (14/10).
Berangkat dari isu tersebut, Fajar membuat Microbubble Aerator berkelanjutan yang terintegrasi untuk meningkatkan kualitas air di sektor budidaya perikanan.
Inovasi yang dirintis Fajar sejak berkuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM) ini mampu meningkatkan produksi budidaya perikanan dan pendapatan petani ikan sebesar 30 persen.
“Inovasi kami juga menurunkan amonia dalam air sebesar 17 persen dan menurunkan konsumsi listrik sebesar 40 persen dibandingkan dengan teknologi aerator yang ada saat ini,” katanya.
Fajar mengatakan, inovasi ini memberikan dampak baik dan kesejahteraan bagi rakyat kecil sebagaimana visi dan tujuan hidupnya.
Dalam KTT AIS Forum, paparan inovasi Fajar tersebut dipresentasikan di depan Presiden Joko Widodo dan 51 pemimpin negara yang hadir di forum negara-negara kepulauan itu.
Selain Fajar, inovator muda lainnya adalah Nadea Nabilla yang membuat kapal listrik nelayan, Manta One, untuk mengurangi karbon hingga 78 persen. Saat ini ada dua juta nelayan skala kecil yang menghasilkan lebih dari delapan juta ton karbondioksida per tahun karena penggunaan bensin yang menghabiskan 70 persen pendapatan mereka.