Jakarta, Gatra.com - Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menegaskan, masyarakat selaku konsumen punya beberapa hak yang harus dipenuhi oleh produsen. Misalnya, hak untuk mendapatkan produk yang aman dan baik serta hak atas ganti rugi jika produk yang digunakan ternyata berkualitas buruk.
Ketua YLKI, Indah Sukmaningsih mengatakan bahwa komplain dari masyarakat selaku konsumen justru akan merugikan produsen. Oleh karena itu, Indah menyarankan produsen maupun importir lebih selektif untuk menciptakan atau memasukkan produk ke Indonesia.
"Kalau konsumen membeli produk yang jelek kemudian rusak, dia akan komplain ke perusahaan. Perusahaan yang rugi," ucap Indah Sukmaningsih dalam acara Diskusi Forum Komunikasi Sadar Hemat Energi yang dilanjutkan dengan Diskusi Hasil Studi Praktik Dumping AC di ASEAN dan Indonesia di Hotel Westin, Jakarta, Selasa (10/10).
Diskusi kali ini fokus membahas masuknya produk dumping dari negara di luar ASEAN ke dalam kawasan Asia Tenggara, salah satunya Indonesia. Perlu diketahui, produk dumping adalah produk yang tidak memenuhi Standar Kinerja Energi Minimum (SKEM) di negara asalnya sehingga tidak bisa dijual di sana. Namun, produk-produk ini diekspor ke negara lain yang regulasi kualitas produknya lebih rendah dari skala di negara asalnya.
Berdasarkan data CLASP, sebanyak dua per tiga sebaran pasar AC di Indonesia merupakan barang impor. Berdasarkan hasil studi dari CLASP, pada tahun 2021 tercatat ada 2,4 juta penjualan AC di Indonesia dengan nilai valuasi pasar mencapai US$680 juta. Angka ini diproyeksikan tumbuh menjadi 3 juta penjualan di tahun 2026 dengan laju pertumbuhan sebesar 6%.
"Itu yang akan kami sampaikan kepada masyarakat dan menjadi warning ke produsen. Dengan menerima produk hasil dumping dan kemudian dijual ke masyarakat jelek, ketika rusak kemudian komplain, yang merugi juga perusahaan," kata Indah.
Mantan Ketua YLKI ini juga sempat meminta beberapa produsen AC yang hadir untuk dapat menggunakan metode komparatif testing sebagai salah satu cara mereka menjajakan produk ke masyarakat.
"Kalau sama orang-orang Indonesia itu bagaimana 'how to believe' bukan 'how to sell'," kata Indah lagi.
Ia mendorong agar para produsen bisa lebih terbuka untuk dibandingkan produknya dengan produk sejenis milik kompetitor. Perbandingan ini dinilai lebih jelas dan memudahkan konsumen untuk memilih produk yang ingin mereka beli.
"Ini ya, kalau anda beli ini kira-kira bisa tahan sekian tahun. Tapi, kalau anda beli ini di depan tapi ini hidupnya sekian tahun. Dan, anda gak perlu sering panggil tukang pembersih AC dan biasa ada tambah biaya freon. Kan, itu kita gak ngerti," ucap Indah mencontohkan.