Karanganyar, Gatra.com - Bulog Surakarta, Jawa Tengah mengurangi serapan dari petani, menyusul tingginya harga gabah hasil panen saat ini. Bulog menyebut harganya paling tinggi sepanjang sejarah.
"Sepanjang sejarah, harga gabah petani saat ini paling tinggi. Kami enggak sanggup menyerap karena di atas harga pembelian pemerintah," kata Kepala Bulog Surakarta, Andri Nugroho kepada wartawan usai melepas bantuan beras pemerintah di halaman rumah dinas bupati Karanganyar, Selasa (10/10).
Ia mengatakan harga gabah usai tebas alias gabah basah dari petani Rp7.400 perkilo. Padahal harga pembelian pemerintah hanya di rerata Rp5 ribu-Rp6 ribu. Sehingga, pembelian saat ini ditunda. Bulog hanya membeli yang paling memungkinkan. Itupun tak banyak.
Andri mengatakan di saat harga gabah petani mahal. Bulog tak menyerapnya penuh.
"Dari biasanya target penyerapan 100 persen. Sekarang 60 persennya saja," katanya.
Baca Juga: Stok Menipis, Harga Gabah Tembus Rp7.500
Meski penyerapan gabah dari Bulog menurun, namun ia memastikan stok berasnya cukup. Stok tersebut dipenuhi dari penyerapan maksimal saat panen semester I tahun ini.
"Stok beras di gudang Soloraya 17 ribu ton. Sangat cukup. Bahkan bisa menyalurkan bantuan beras pemerintah ke kabupaten/kota layanan Bulog Surakarta. Di gudang bulog Triyagan saja masih tersedia 1.500 ton," katanya.
Kepala Dispertan PP Karanganyar, Siti Maesyaroch mengatakan musim tanam terakhir di 2023 merata di 17 kecamatan. Pemkab memasang sumur bor dan pompa listrik PLN untuk mengantisipasi berkurangnya suplainair dari irigasi teknis.
"Target 150 ribu ton beras terpenuhi tahun ini. Bahkan surplus. Kami pasang listrik PLN masuk sawah di 40 titik. Per titik bisa menkaver 10 hektare sawah," katanya.
Mengenai tingginya harga gabah petani, menurut Siti hal itu akibat gejolak pasar. Justru kondisi tersebut menguntungkan petani. Jika nanti masuk panen MT I tahun depan, diprediksi harganya berangsur stabil.