Gaza, Gatra.com - Militer Israel mengatakan pihaknya telah mengerahkan 300.000 tentara cadangan dan memberlakukan blokade total terhadap Jalur Gaza, sebagai tanda bahwa mereka mungkin merencanakan serangan darat, sebagai respons terhadap serangan akhir pekan yang menghancurkan, dilakukan kelompok bersenjata Hamas.
Al-arabiya, Selasa (10/10) melaporkan, setelah berjam-jam dibombardir secara intens oleh jet-jet Israel, Hamas, yang menguasai Gaza, mengatakan akan mengeksekusi seorang tawanan Israel jika rumah-rumah warga sipil terus dibom.
Di dalam wilayah Israel, para pejuang Palestina masih bersembunyi di beberapa lokasi, --dua hari setelah mereka membunuh ratusan warga Israel dan menyandera puluhan orang-- dalam serangan yang menghancurkan reputasi Israel yang tak terkalahkan.
Saluran TV Israel mengatakan jumlah korban tewas akibat serangan Hamas meningkat menjadi 900 orang.
Juru bicara Hamas Abu Ubaida mengatakan kelompoknya telah bertindak sesuai dengan Islam, dengan menjaga keamanan para tawanan Israel.
“Namun sebagai imbalan atas setiap pemboman Israel terhadap rumah warga sipil tanpa peringatan, hamas akan mulai mengeksekusi tawanan warga sipil Israel dan menyiarkannya,” katanya.
Di Gaza, Israel melancarkan serangan balasan paling intensif yang pernah ada, yang telah menewaskan lebih dari 500 orang sejak Sabtu.
Menteri Pertahanan Yoav Gallant mengumumkan blokade yang diperketat, yang akan mencegah bahkan makanan dan bahan bakar mencapai wilayah tersebut, yang dihuni 2,3 juta orang.
Saat malam tiba, serangan udara Israel menjadi lebih agresif dan para saksi mengatakan beberapa markas besar keamanan dan kementerian Hamas terkena serangan. Serangan tersebut juga menghancurkan beberapa jalan dan rumah.
Israel juga mengebom markas besar perusahaan swasta Palestine Telecommunication Co., yang dapat berdampak pada layanan telepon darat, internet, dan telepon seluler.
Saat hujan turun, ledakan dan kilat menyinari langit saat guntur bercampur dengan suara pemboman.
Baca Juga: Pertempuran Hamas Dibantu Hizbullah Lebanon Melawan Tentara Israel
Sebagai sinyal lebih lanjut mengenai peralihan cepat Israel ke pijakan perang, seorang anggota kabinet dari Partai Likud pimpinan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan pihaknya dapat membentuk pemerintahan persatuan nasional yang diikuti oleh para pemimpin oposisi dalam beberapa jam.
Netanyahu mengatakan kepada wali kota di kota-kota selatan yang terkena serangan mendadak pada hari Sabtu, bahwa tanggapan Israel akan “mengubah Timur Tengah.”
Di kamp pengungsi Jabalia di Gaza utara, para pria memanjat sebuah bangunan untuk mengeluarkan tubuh mungil bayi dari reruntuhan, membawanya turun melalui kerumunan di bawah, di tengah sisa-sisa bangunan yang dibom yang masih membara.
Menurut kementerian kesehatan wilayah tersebut, serangan udara itu menewaskan dan melukai puluhan orang.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan sekitar 137.000 orang berlindung di UNRWA, badan PBB yang menyediakan layanan penting bagi warga Palestina.
Pertempuran menyebar
Pertempuran dapat menyebar ke wilayah lain telah mengkhawatirkan wilayah tersebut. “Pasukan Israel membunuh sejumlah tersangka bersenjata, yang menyusup ke wilayah Israel dari wilayah Lebanon,” kata militer, seraya menambahkan bahwa helikopter saat ini sedang menyerang di daerah tersebut.
Seorang pejabat Hizbullah membantah bahwa kelompok itu melancarkan operasi ke Israel. Hizbullah, kelompok militan Syiah yang kuat di Lebanon selatan, sama seperti Hamas, didukung oleh Iran.
Baca Juga: Serangan Udara Israel di Gaza: 576 Warga Palestina Tewas, 2900 Terluka
“Tembakan artileri terdengar di perbatasan selatan Lebanon dengan Israel,” kata seorang koresponden TV Al-Manar Hizbullah dalam sebuah postingan di media sosial.
Radio Angkatan Darat Israel menyebutkan lokasinya berada di dekat Adamit, di seberang kota perbatasan Lebanon, Aalma El Chaeb dan Zahajra.
Brigade Al Quds, sayap bersenjata gerakan Jihad Islam Palestina, mengaku bertanggung jawab atas serangan di perbatasan Lebanon-Israel.
Di wilayah selatan Israel, lokasi serangan mematikan Hamas, kepala juru bicara militer Israel mengatakan pasukan telah memulihkan kendali atas komunitas-komunitas di dalam wilayah Israel yang telah dikuasai, namun bentrokan terisolasi terus berlanjut karena beberapa pria bersenjata masih aktif.
Gambaran mengejutkan dari ratusan warga sipil Israel yang tergeletak di jalan-jalan kota, ditembak mati di sebuah pesta dansa di luar ruangan, dan diculik dari rumah mereka adalah hal yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam konflik Israel-Palestina, yang telah berlangsung selama beberapa dekade.
Pengumuman bahwa 300.000 pasukan cadangan telah diaktifkan hanya dalam dua hari, menambah spekulasi bahwa Israel mungkin sedang mempertimbangkan serangan darat ke Gaza, wilayah yang ditinggalkannya hampir dua dekade lalu.
“Kami belum pernah mengerahkan begitu banyak pasukan cadangan dalam skala sebesar ini,” kata kepala juru bicara militer Laksamana Muda Daniel Hagari. “Kami akan melakukan serangan,” tambahnya.
Warga Palestina melaporkan menerima panggilan dan pesan audio ponsel dari petugas keamanan Israel yang menyuruh mereka meninggalkan daerah-daerah terutama di wilayah utara dan timur Gaza, dan memperingatkan bahwa tentara akan beroperasi di sana.
Hamas, yang menyerukan penghancuran Israel, mengatakan serangan mereka dibenarkan akibat penderitaan Gaza di bawah blokade selama 16 tahun dan tindakan keras Israel, yang paling mematikan selama bertahun-tahun di Tepi Barat yang diduduki.
Pengepungan Total
Kementerian Kesehatan Gaza menyebut setidaknya 560 warga Palestina telah tewas dan 2.900 lainnya terluka dalam serangan udara Israel di daerah kantong yang diblokade tersebut sejak Sabtu.
“Tentara musuh Zionis yang menargetkan dan membom rumah-rumah yang dihuni oleh perempuan dan anak-anak, masjid dan sekolah di Gaza merupakan kejahatan perang dan terorisme,” kata pejabat Hamas Izzat Reshiq, dalam sebuah pernyataan.
Mesir, yang pernah menjadi penengah antara Israel dan Hamas pada saat terjadi konflik di masa lalu, memiliki kontak erat dengan kedua belah pihak, menurut sumber keamanan Mesir.
Sebuah sumber mengatakan kepada Reuters, para mediator Qatar telah mengadakan pertemuan mendesak dengan para pejabat Hamas, untuk mencoba menegosiasikan kebebasan bagi perempuan dan anak-anak Israel yang ditangkap oleh kelompok militan tersebut dan ditahan di Gaza, dengan imbalan pembebasan 36 perempuan dan anak-anak Palestina dari penjara Israel.
Baca Juga: PBB: Lebih 123.000 Warga Palestina Mengungsi dari Jalur Gaza
Seorang pejabat Israel mengatakan tidak ada negosiasi yang dilakukan.
“Harga yang harus dibayar oleh Jalur Gaza akan sangat berat, dan akan mengubah kenyataan dari generasi ke generasi,” kata Menteri Pertahanan Gallant di Ofakim, salah satu kota yang diserang.
Militer Israel menghadapi pertanyaan sulit atas kegagalan intelijen terburuk negara itu dalam 50 tahun terakhir. Pilihan Netanyahu mungkin juga dibatasi oleh kekhawatiran atas nasib para sandera Israel.
Dirangkum berbagai sumber