Jakarta, Gatra.com – Direktur Utama (Dirut) PT Anggrek Gorontalo Terminal International (PT AGIT), Hiramsyah S. Thaib, mengatakan, pihaknya berupaya meningkatkan kemampuan masyarakat sekitar Pelabuhan Anggrek yang dikelola dengan skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU).
“Kami tidak hanya berfokus pada pengembangan infrastruktur fisik, tetapi juga kapasitas dan kompetensi masyarakat setempat,” kata Hiramsyah pada Senin (9/10).
Pria yang juga mendapuk President Director & Group CEO PT Gobel International ini mengungkapkan, AGIT yang telah 2 tahun mengelola Pelabuhan Anggrek, aktif berkolaborasi dengan masyarakat lokal dan lembaga pendidikan.
Sebagai komitmen memperkuat dan wujudkan visi International Smart Port, kali ini pihaknya akan menghelat pelatihan teknologi dan bahasa Inggris bagi murid SMA atau SMK Pondok Pesantren (Ponpes) Modern Hubulo di Kecamatan Tapa Bone Bolango, Gorontalo.
Ia menjelaskan, kegiatan pelatihan ini direncanakan akan mengajarkan dasar-dasar pengoperasian komputer dan berbagai perangkat lunak pendukung lainnya, seperti Microsoft Office dan aplikasi lainnya yang akan menunjang kompetensi di dunia kerja.
“Ini mencakup rencana kami dalam pembentukan tenaga kerja terampil yang dapat berkontribusi pada keberhasilan pelabuhan dan menjadi garda terdepan dalam pembangunan ekonomi daerahnya,” ujar dia.
Hiramsyah mengungkapkan, berdasarkan nilai rata-rata Indeks Masyarakat Digital, Gorontalo mengalami peningkatan dengan nilai indeks 38.88. Namun, pilar pemberdayaan dari indeks tersebut masih sangat rendah.
Masyarakat Gorontalo memiliki pengetahuan terbatas tentang penggunaan teknologi digital dan bagaimana teknologi tersebut bisa menguntungkan dalam berbagai aspek kehidupan.
“Kehadiran PT AGIT menjadi harapan baru bagi masyarakat Gorontalo dalam meningkatkan perekonomian daerah,” ujar Femi Pakaya, tokoh masyarakat Desa Ilangata yang berada di kawasan proyek Pelabuhan Anggrek.
Femi mengungkapkan, secara pribadi, PT AGIT memberikan dampak ekonomi bagi keluarga masyarakat Desa Ilangata dengan adanya lapangan pekerjaan.
“Kami berharap agar PT AGIT mampu terus berkontribusi untuk mensejahterakan wilayah di sekitar pelabuhan dan bahkan untuk Gorontalo secara luas agar kita bisa maju bersama,” katanya.
Hiramsyah menyampaikan, lokasi Anggrek Port terletak di pantai utara Sulawesi dan dekat dengan jalur perdagangan internasional utama, menjadikannya sebagai pintu gerbang vital bagi perdagangan antara Gorontalo dan negara-negara di Asia Timur.
Dalam mewujudkan sebagai pelabuhan dengan taraf internasional, maka diperlukan standar mutu dan kualitas pengelolaan yang tinggi.
PT AGIT mengadopsi konsep smart port melibatkan pemanfaatan teknologi seperti sensor Internet of Things (IoT), otomatisasi, dan analitik data dalam operasi pelabuhan.
Berbagai fitur teknologi ini meningkatkan efisiensi pengiriman, mendeteksi hambatan navigasi dengan cepat, mengurangi waktu putar kapal, dan memperbaiki penanganan kargo.
Implementasi konsep smart port ini memungkinkan manajemen pelabuhan untuk membuat keputusan yang didukung oleh data secara real-time.
Kawasan Industri Anggrek sebagai Pusat Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Daerah Gorontalo. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), pertumbuhan ekonomi Gorontalo sebesar 4,09% (yoy) masih di bawah pertumbuhan ekonomi di kawasan Sulawesi, Lampung, dan Papua yang mencapai 6,79% (yoy), serta di bawah pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,01% (yoy). Hal ini menyoroti perlunya upaya pengembangan yang lebih terfokus di daerah ini.
Dalam menjawab tantangan tersebut, kata Hiramsyah?, AGIT turut berkomitmen untuk memberikan kontribusi yang signifikan pada pembangunan ekonomi daerah Gorontalo.
Selain Pelabuhan Anggrek, lanjut dia, juga akan dibangun kawasan industri yang direncanakan untuk menjadi pusat pengumpulan sumber daya pertanian dan perikanan dari kawasan Indonesia Timur.
“Rencana pelatihan materi dasar pengoperasian komputer dan berbagai perangkat lunak sejalan dengan agenda pembangunan kawasan industri ini,” ujarnya.
Selain mempersiapkan talenta-talenta lokal untuk mengambil bagian dari proyek Pelabuhan Anggrek, pelatihan ini turut mengakselerasi masyarakat setempat agar menjadi tenaga kerja yang memiliki kualitas dan standar internasional sehingga sesuai dengan kebutuhan pembangunan Kawasan Industri Anggrek.
Ia menjelaskan, wilayah Kawasan Industri Anggrek juga akan menjadi pusat pengolahan dan kemasan untuk produk pertanian dan perikanan yang akan diekspor ke berbagai negara di kawasan Asia Timur, seperti Jepang dan Korea Selatan.
Proyek ini diharapkan akan meningkatkan nilai investasi lebih dari Rp835 triliun, menggerakkan 140.000 TEUs logistik, memperkuat industri di luar Pulau Jawa, dan menciptakan lebih dari 200 ribu lapangan kerja di wilayah tersebut.
Selain merencanakan pelatihan bahasa Inggris dan teknologi, ujar Hiramsyah, pihaknya turut melaksanakan rangkaian kegiatan sosial bersama masyarakat dalam rangka peringatan 2 tahun dalam mengelola Pelabuhan Anggrek.
Berbagai kegiatan sosial tersebut berupa tasyakuran atas keberhasilan pengadaan alat operasional seperti reach stacker dan fork lift, kegiatan doa bersama para pemuka agama setempat dengan mengundang anak yatim, serta pemberian bantuan pembangunan toilet dan penataan halaman di area Masjid Jami Kecamatan Anggrek, Gorontalo Utara. Pemberian bantuan dana ini sebesar Rp75 juta yang diberikan kepada Pemerintah Kecamatan Anggrek.
Saat ini, proses pengelolaan Pelabuhan Anggrek sedang memasuki tahap netralisasi kawasan pelabuhan dari segala aktivitas. Proses ini dilakukan bersamaan dalam proses penerbitan izin Analisis Dampak Lingkungan (Amdal) guna menjaga serta memastikan keberlanjutan lingkungan di sekitar lokasi operasi proyek pelabuhan.
“Pelabuhan Anggrek adalah harapan bagi pertumbuhan ekonomi daerah Gorontalo. Hal Ini sejalan dengan 'Visi 2051 yang memvisualisasikan Gorontalo sebagai pusat ekonomi yang berkembang pesat,” kata Rachmat Gobel, Chairman dan Shareholder Gobel Group.
Menurutnya, melalui pembangunan Pelabuhan Gorontalo, dalam beberapa tahun ke depan pihaknya selaku pemegang saham mayoritas PT AGIT, menargetkan Gorontalo dari provinsi termiskin ke-5 menjadi provinsi termakmur ke-5 di Indonesia.