Jakarta, Gatra.com - Bakal calon presiden (capres) Prabowo Subianto merupakan salah satu kandidat kuat pemimpin yang tepat bagi Indonesia di masa yang akan datang. Hal itu dikarenakan menuju Pilpres 2024, Prabowo terus mendapatkan berbagai macam dukungan, salah satunya dari organ-organ relawan Jokowi pada 2019 silam.

Hal itu disampaikan Direktur Eksekutif Indonesia Political Review Ujang Komarudin. Ia mengatakan, dukungan dari para organ relawan Jokowi di 2019 silam berimbas positif bagi elektoral Prabowo.

"Artinya ya elemen-elemen, organ relawan Jokowi, pendukung Jokowi itu banyak yang mendukung Prabowo," kata Ujang dalam keterangannya, Senin (9/10).

Ujang melanjutkan, banyaknya simpul dukungan organ relawan Jokowi pada 2019 silam yang mendukung Prabowo memang sangat menguntungkan. Ia meyakini, Prabowo merupakan salah satu capres yang saat ini bisa mendapatkan berbagai dukungan dari semua kalangan, termasuk organ relawan Jokowi pada 2019 silam.

"Dalam konteks ini saya melihatnya bahwa dukungan dari simpul-simpul pendukung Pak Jokowi di 2019 itu, arah dukungannya ke Prabowo, itu hal yang menguntungkan bagi Prabowo," ujarnya.

Adanya dukungan itu berdampak positif pada tingkat elektabilitas Prabowo jelang Pilpres 2024. Berdasarkan kepada survei terbaru yang telah dikeluarkan Poltracking Indonesia periode 3-9 September 2023, Prabowo berhasil mengalahkan Capres PDIP Ganjar Pranowo dan Capres Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) Anies Baswedan.

Dalam simulasi tiga nama capres, Prabowo berhasil mengantongi dukungan tertinggi dengan 38,9 persen. Diikuti Ganjar dengan 37,0 persen dan Anies 19,9 persen.

Sebelumnya, Prabowo kembali mendapatkan dukungan dari para relawan Jokowi yang mengatasnamakan diri mereka Solidaritas Ulama Muda Jokowi atau Samawi. Ketua Umum Samawi Gus Muhammad Nahdy mengatakan bahwa Samawi tegak lurus terhadap Presiden Jokowi dan berikhtiar penuh mendukung Prabowo jadi pemimpin Indonesia selanjutnya.

"Kami kaum sarungan tegak lurus bersama Pak Jokowi, dan berijtihad mendukung Bapak Prabowo," kata Gus Muhammad Nahdy.