Gaza, Gatra.com - Kementerian Kesehatan Palestina mengumumkan, jumlah korban tewas akibat agresi Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza pada hari kedua, meningkat menjadi 413 orang, sementara 2.300 lainnya mengalami berbagai luka.
Koresponden WAFA palestina di Gaza melaporkan, Senin (9/10), tercatat ada 413 warga Palestina tewas sejak subuh hari ini, termasuk 78 anak-anak dan 41 wanita, akibat pemboman pesawat tempur Israel terhadap sejumlah rumah di berbagai wilayah Jalur Gaza.
Sore ini, pesawat-pesawat tempur Israel melakukan dua ‘pembantaian keji’ di kota Khan Yunis di selatan Jalur Gaza, dan di kota Beit Hanoun di utara, merenggut nyawa bayi, wanita, dan orang tua.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan telah membahas eskalasi baru-baru ini antara Israel dan Palestina, dengan kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell.
Al-arabiya, Sabtu (7/10) melaporkan, pangeran Faisal dan Borrell membahas perkembangan yang belum pernah terjadi sebelumnya di Gaza dan [wilayah] sekitarnya, dan menyuarakan pentingnya deeskalasi.
Baca Juga: Agresi Militer Israel di Gaza: 232 Tewas, RS Indonesia jadi Sasaran Serangan
Menlu juga menegaskan kembali penolakan Kerajaan Saudi untuk menargetkan warga sipil tak bersenjata dengan cara apa pun, dan mengatakan penting bagi semua pihak untuk menghormati hukum kemanusiaan internasional.
Ia juga meminta UE untuk mengintensifkan upayanya untuk meredakan ketegangan, dan menghindari kekerasan lebih lanjut.
Sebelumnya, kelompok Palestina Hamas melancarkan serangan terbesar terhadap Israel dalam beberapa tahun pada hari Sabtu, menewaskan lebih dari 280 orang dan melukai ratusan lainnya dalam serangan mendadak yang menggabungkan orang-orang bersenjata, yang menyeberang ke Israel dengan rentetan roket yang ditembakkan dari Gaza.
Militer Israel mengatakan pihaknya telah merespons dengan serangan udara ke Gaza, di mana para saksi melaporkan mendengar ledakan besar dan beberapa orang tewas dibawa ke rumah sakit.
Serangan tersebut menandai infiltrasi yang belum pernah terjadi sebelumnya ke dalam Israel oleh kelompok bersenjata Hamas, yang jumlahnya tidak diketahui dan menyeberang dari Jalur Gaza, dan merupakan pukulan terberat bagi Israel dalam konflik dengan Palestina sejak bom bunuh diri pada Intifada Kedua sekitar dua dekade lalu.
Sebelumnya, Hizbullah Lebanon mengeluarkan pernyataan yang mengatakan mereka mengikuti dengan cermat situasi di Gaza, dan melakukan kontak langsung dengan kepemimpinan perlawanan Palestina.
Menyusul peristiwa yang melibatkan militan Gaza yang menembakkan rentetan roket ke Israel.
Baca Juga: RS Indonesia di Gaza Diserang Israel: Staf MER-C Tewas, Pemerintah Diminta Bertindak
“Ini adalah tanggapan yang tegas terhadap pendudukan Israel yang terus berlanjut dan merupakan pesan bagi mereka yang berupaya melakukan normalisasi dengan Israel,” bunyi pernyataan itu.
Adapun pemimpin sayap militer Hamas yang sulit ditangkap mengatakan jika mereka telah melancarkan operasi militer baru terhadap Israel.
Dalam pernyataan publik yang jarang diungkapkan, Mohammed Deif mengatakan bahwa 5.000 roket telah ditembakkan ke Israel pada Sabtu pagi, untuk memulai “Operasi Badai Al-Aqsa.”
The Associated Press, Sabtu (7/10) melaporkan, Israel juga dilaporkan melakukan infiltrasi dari Gaza.
“Kami memutuskan untuk mengatakan cukup sudah,” kata Deif sambil mendesak semua warga Palestina untuk menghadapi Israel.
Deif, yang selamat dari berbagai upaya pembunuhan Israel, tidak muncul di depan umum. Pesannya disampaikan dalam sebuah rekaman.
Baca Juga: Jurnalis Palestina Tewas Tertembak dalam Serangan Israel di Jalur Gaza
Militan Palestina di Jalur Gaza pada hari Sabtu melakukan apa yang tampaknya merupakan infiltrasi, yang belum pernah terjadi sebelumnya ke Israel selatan, sehingga mendorong Israel untuk memerintahkan penduduk di seluruh wilayah tersebut untuk tetap berada di dalam rumah.
Infiltrasi terjadi ketika militan menembakkan puluhan roket ke Israel.